Halo!
Selamat datang di cerita baru firza532
Semoga suka😍
Suasana di Kediaman Duke Enfield begitu ramai karena sedang mengadakan pesta debutante putri bungsu Duke paling berpengaruh di Kekaisaran. Sylvia Meredith Enfield.
Para pria berlomba-lomba mengajak tokoh utama pesta untuk berdansa.
Kecantikan memikat Sylvia berhasil membius semua orang. Rambut pirang nan berkilauan, bola mata seindah lautan, kulit seputih porselen, dan tubuh mungil bak boneka hidup.
Siapapun pasti terpesona melihatnya dan tak kuasa menolak pesona mematikan tersebut.
"Senangnya menjadi orang cantik dan berkuasa." Gumam Iris di lantai dua. Menyaksikan sendiri betapa kewalahannya Sylvia menghadapi para penggemar.
"Apalah daya aku yang terlahir kembali sebagai bangsawan jatuh dan berperan sebagai dayang Sylvia." Keluhnya. Menyayangkan takdirnya.
Awalnya dia hanyalah seorang mahasiswi biasa tapi karena terlampau depresi membuat skripsi, ia mulai sakit-sakitan dan akhirnya meninggal dunia.
Namun, siapa sangka dirinya akan hidup kembali di tubuh Iris. Tokoh utama tersembunyi di dalam novel. Tokoh yang muncul di ending novel.
Sejujurnya, dia cukup senang bisa lari dari kehidupan nyata. Meninggalkan skripsi yang membuatnya muak dan sakit parah. Akan tetapi, di lain sisi ia tidak suka masuk ke dalam novel "Sang Tyrant"
Ia tidak suka mengetahui kenyataan dirinya menjadi tokoh Iris Edellyna Smith. Cinta sejati sang Tyrant. Grand Duke Dylan.
Iris sangat tidak menyukai tokoh utama pria karena terlalu jahat dan kejam. Dylan nekat melakukan apapun demi mewujudkan ambisinya, termasuk mengorbankan Sylvia. Gadis yang sangat mencintainya.
Dalam perjalanan mewujudkan ambisinya, Dylan mengorbankan banyak nyawa. Termasuk nyawa seluruh keluarga kekaisaran.
Setelah menyingkirkan semua orang, Dylan naik tahta dan menunjuk Iris sebagai permaisurinya secara paksa.
Awalnya Iris berusaha menolak dan kabur tapi Dylan lagi-lagi melakukan berbagai macam cara demi mendapatkan keinginannya. Termasuk membuat Iris mengandung penerusnya.
Kehadiran seorang anak di tengah-tengah mereka berhasil mengikat Iris di sisi Dylan. Lambat laun, Iris juga mulai jatuh cinta ke Dylan dan memaafkan semua kesalahan masa lalu Dylan.
'ughhh! Aku tidak akan pernah berhubungan dengan pria menyeramkan itu. Aku harus menghindarinya sebisa mungkin! Aku juga harus menjauhkan Sylvia darinya supaya tokoh kesayanganku tidak terluka!' tekadnya. Berniat mengambil jalan berbeda dari Iris asli.
"Iris, apa yang kau lakukan di sini?" Sentak salah seorang pelayan. Emma. Membuyarkan lamunan panjang Iris tentang alur dunia novel yang sedang dimasukinya.
"Dan apa-apaan penampilanmu itu? Cepat ganti pakaianmu dan hapus juga riasanmu. Kau tidak boleh terlihat mencolok dibandingkan Nona Sylvia."
Iris memutar bola mata malas mendengar ocehan Emma. Pelayan yang sangat membencinya karena dirinya berhasil menjadi dayang kesayangan Sylvia.
"Sylvia sendiri yang memaksaku memakai gaun dan riasan ini. Jika kau ingin aku mengganti dan menghapusnya, silahkan tanyakan ke Sylvia terlebih dahulu. Aku takut mengecewakannya." Sahutnya datar.
Emma menuding wajah Iris murka. "Beraninya kau memanggil nama nona. Harus berapa kali ku bilang untuk memanggil nona dengan sopan."
"Harus berapa kali juga aku bilang kepadamu kalau Sylvia memaksaku memanggil namanya?!" Balas Iris kesal.
"Ah sudahlah! Tidak ada gunanya berdebat denganmu. Lebih baik aku bersenang-senang di bawah." Iris menyibak rambutnya songong. Meninggalkan Emma yang menggeram kesal melihat tingkah menyebalkannya.
Akibat terlampau kesal, Emma menginjak gaun Iris. Bermaksud mempermalukan Iris di hadapan para tamu undangan.
Iris yang tak siap, tidak sempat berpegangan di tangga. Gadis cantik itu memejamkan mata pasrah. Bersiap menerima rasa sakit akibat terguling di anak tangga.
Iris refleks membuka matanya kala merasakan tubuhnya disambut oleh seseorang. Bola mata hijau cerahnya langsung bertatapan dengan mata merah darah seseorang.
Iris tertegun melihat bola mata mematikan pria yang menolongnya.
"Kau baik-baik saja, nona?"
Iris seketika gelagapan. Buru-buru melepaskan diri dari pelukan pria itu. "Ya. Aku baik-baik saja. Terima kasih sudah menolongku, tuan." Membungkuk hormat sebagai tanda terima kasihnya.
Kali ini, giliran pria bermata merah itu yang tertegun. "Siapa namamu?" Pertanyaan tersebut meluncur begitu saja dari mulutnya.
"Hah? Nama saya?" Tanya Iris terkejut.
'apa mungkin orang ini akan menuntutku karena berprasangka aku sengaja jatuh ke dalam pelukannya untuk menggodanya?' jerit batin Iris histeris.
Dua bulan berada di dalam dunia novel, membuat Iris sadar bahwa para bangsawan sangatlah sensitif dan berlebihan. Satu kesalahan bisa dibalas dengan beribu-ribu pembalasan yang menyakitkan.
"Ya. Siapa namamu, nona?"
"Nama saya Iris, tuan. Apakah saya telah melakukan kesalahan, tuan?" Sahut Iris gusar.
Pria itu tersenyum manis. "Tidak. Aku hanya penasaran siapa namamu karena aku belum pernah melihatmu."
Iris menghela nafas lega. Syukurlah dirinya tidak menjadi target bangsawan menyebalkan.
Apalah arti dirinya dihadapan bangsawan lain. Dia hanyalah seorang anak Viscount yang telah jatuh. Orangtuanya juga sudah meninggal dunia.
Menindasnya merupakan hal paling mudah dan menyenangkan bagi para bangsawan.
"Namaku Dylan Edberg. Maukah kau berdansa denganku, nona?"
Iris tercengang bukan main mendengar identitas pria di hadapannya. Pria yang sangat ingin dihindarinya.
Harusnya Iris kabur dari awal semenjak melihat bola mata merah darah milik pria itu. Bola mata yang melambangkan keturunan kaisar.
Sial! Iris terlambat menyadarinya!
25 Agustus 2023
Setelah berpikir panjang, aku akhirnya mempublish cerita baru meskipun di RL sibuk bangettt.
Suka gak sama ceritanya?
Lanjut gak?
Penasaran gak??
//Btw, makin banyak komen, makin cepat update 💃
Jangan lupa follow penulis firza532
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Wife
FantasySkripsi. Alasan Levia meninggal dunia. Alasan menyedihkan sekaligus paling konyol disepanjang sejarah. Lebih menyedihkannya lagi, jiwa Levia masuk ke dalam novel sebagai Iris. Tokoh utama wanita tersembunyi di dalam novel. Wanita yang sebenarnya sa...