Vote sebelum baca 🌟
Sunyi, tenang, dan damai. Begitulah suasana di dalam kamar Sylvia. Di mana di dalamnya terdapat Iris yang mengungsi ke sana demi menghindari Dylan.
Menurut Iris, lebih baik tidur di kamar Sylvia daripada tidur di kamarnya. Meski pintu dan jendela sudah dikunci, bisa saja Dylan menerobos masuk.
Tentu bukan hal sulit bagi Dylan melakukan itu. Membunuh saja mudah bagi Dylan, apalagi menerobos masuk ke dalam sebuah ruangan.
Maka dari itu ... Iris memilih tidur di kamar Sylvia. Dia bisa aman karena pria itu pasti berpikir ribuan kali sebelum masuk ke dalamnya sebab Sylvia dijaga ketat oleh para ksatria.
'hoho, aku sangat pintar.' sombongnya di dalam hati.
Iris terlonjak kaget kala tangannya disentuh seseorang. Refleks membuka mata untuk melihat si pelaku dengan perasaan was-was.
"Ah, maaf. Ku pikir kau sudah tidur." Ringis Sylvia. Si pelaku.
"Kenapa, Vi? Ada yang ingin kau katakan?" Tanya Iris lembut.
Sylvia menggeleng polos. "Tidak ada. Aku hanya ingin memastikan bahwa kau benar-benar tidur di sampingku. Bukan khayalanku semata."
Iris tertawa geli mendengar jawaban Sylvia. "Ada-ada saja." Gemasnya.
Sylvia menyengir manis sedangkan Iris mengusap puncak kepala Sylvia gemas. "Tidurlah, Vi. Jangan sampai lingkaran hitam muncul di bawah matamu." Nasihatnya.
"Iya. Iris juga tidurlah."
Iris mengangguk pelan.
"Selamat malam, Iris."
"Ya, selamat malam, Vi."
Mata indah Sylvia mulai tertutup. Pada dasarnya dia sudah mengantuk dari tadi tapi menahannya karena terlampau senang tidur bersama Iris.
Di saat Sylvia mengarungi alam mimpi, Iris masih belum bisa tertidur.
Matanya memang sangat mengantuk tapi otaknya terus bekerja. Memikirkan banyak hal.
'Mungkinkah dia sudah berada di kamarku?'
'Bagaimana reaksinya saat tidak menemukanku di sana?'
'Kenapa dia menemuiku? Bukankah seharusnya dia berada di wilayah kekuasaannya?'
Gadis berambut merah muda itu memijit pangkal hidungnya kesal.
'Arghhh! Lupakan saja! Kepalaku bisa meledak memikirkan tindakannya. Yang penting aku aman sekarang.'
Baru saja berpikir demikian, Dylan mendadak muncul di samping Iris hingga mengejutkan gadis itu.
Iris hampir menjerit histeris jika saja Dylan tidak membekap mulutnya.
"Sttt. Ini aku." Bisik Dylan.
Iris melotot kesal seraya memukul lengan Dylan. Mengode pria itu agar menjauhkan tangannya.
Gadis cantik itu menarik nafas dalam-dalam. Menenangkan jantungnya yang berdebar kencang akibat terlampau terkejut melihat kemunculan mendadak Dylan.
"Bukankah aku sudah memberitahukan bahwa aku akan datang malam ini? Lalu, kenapa kau tidur di kamar Sylvia?" Cerca Dylan sambil berkacak pinggang.
Iris mendelik sinis. "Pergilah. Kehadiranmu di sini bisa menganggu tidur Sylvia." Tuturnya tanpa menjawab pertanyaan.
"Aku tidak akan pergi tanpamu." Dylan duduk di samping Iris. Kian membuat Iris ketar-ketir. Takut Sylvia terbangun dan semakin gencar menyuruhnya menerima lamaran Dylan.
"Baiklah. Aku akan pergi bersamamu."
Dylan tersenyum penuh kemenangan. "Pegang tanganku."
Meski enggan, Iris tetap memegang tangan Dylan.
Matanya mengerjap kaget melihat dirinya berpindah ke kamarnya dalam sekejap mata.
Ia sontak menatap Dylan. 'Dia bisa melakukan teleportasi?' pikirnya.
Seolah mendengar isi hati Iris, pria itu tersenyum cerah. "Ya. Aku bisa melakukan teleportasi. Menyenangkan, bukan? Kita bisa bertemu kapanpun tanpa dihalangi jarak."
Iris menggigit bibir bawahnya gusar menyadari rencana pelariannya bisa terganggu oleh kemampuan spesial Dylan.
Ia semakin gusar kala Dylan memeluk tubuhnya. Begitu erat dan posesif. Seolah tak akan pernah melepaskannya.
"Dan ... Percuma saja kau menghindar dariku karena aku bisa menemukanmu. Dimana pun kau berada." Bisik Dylan tepat di telinga Iris. Membuat tubuh Iris menegang kaku seketika.
28/8/23
2 part dulu ya untuk hari ini karna aku capek + kurang sehat -,-
Besok aku update lagi kalau komennya banyak 😎
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Wife
FantasySkripsi. Alasan Levia meninggal dunia. Alasan menyedihkan sekaligus paling konyol disepanjang sejarah. Lebih menyedihkannya lagi, jiwa Levia masuk ke dalam novel sebagai Iris. Tokoh utama wanita tersembunyi di dalam novel. Wanita yang sebenarnya sa...