Chapter 13

50.9K 5.4K 252
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Baru bisa up karna kemarin sakit.

//Biasalah, sedang cosplay jadi FL penyakitanಥ_ಥ

//Biasalah, sedang cosplay jadi FL penyakitanಥ_ಥ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa wajahmu terlihat pucat? Kau sakit?!"

Iris meringis mendengar pertanyaan heboh Sylvia.

Bagaimana mungkin wajahnya tidak pucat jika bergadang semalaman.

Iris belum tidur semenit pun dari malam karena Dylan menungguinya sampai pagi. Dylan selalu berada di sisinya. Tak mau beranjak sedikit pun sebelum pagi menjemput.

Tadi saja Dylan baru mau mengantarnya ke kamar Sylvia setelah dirinya merengek.

Iris sangat merutuki kegilaan Dylan. Namun, apalah daya ... Dia hanya bisa pasrah.

"Tidurlah lebih lama lagi. Aku takut kau sakit, Iris." Sylvia menuntun Iris untuk rebahan lagi di atas kasur. Lalu, menarik selimut, menyelimuti tubuh Iris sedangkan Iris pasrah saja karena tubuhnya benar-benar lelah. Matanya pun terasa sangat berat.

"Bagaimana denganmu? Siapa yang akan membantumu bersiap-siap?"

Sylvia tersenyum menenangkan. "Kediaman Enfield tidak kekurangan pelayan, Iris. Aku tinggal memilih salah satu dari mereka untuk membantuku."

Bibir Iris tertekuk ke bawah. "Aku takut mereka menuduhku berleha-leha dan mengabaikan tanggung jawab. Aku takut mereka mengadu kepada Tuan Duke. Aku takut Tuan Duke mengusirku sehingga aku terpaksa berpisah darimu." Lirihnya.

"Tenang saja, Iris. Hal tersebut tidak akan pernah terjadi. Aku akan menyuruh para pelayan tutup mulut."

"Belum tentu mereka bisa tutup mulut, Vi."

"Astaga, Iris. Jangan khawatir. Apapun yang terjadi, aku akan melindungimu. Aku tidak akan pernah membiarkan Ayah memecatmu."

"Aku tetap tidak bisa tenang. Biarkan aku membantumu bersiap-siap dulu, setelah itu baru aku beristirahat."

Perdebatan kedua gadis tersebut terpaksa berhenti kala pintu kamar Sylvia diketuk.

Sylvia menyuruh orang tersebut masuk dan dibuat terkejut oleh kehadiran Frederick. "Kakak? Ada apa, kak?" Tanyanya heran melihat wajah lesu kakaknya.

Frederick berjalan menghampiri Sylvia. "Aku merindukanmu."

Sylvia terkikik geli mendengar alasan kakak tertuanya.

"Hari ini kakak akan ikut bertanding memanah di Kediaman Marquess Apollo. Kau tidak berniat memberikan kakak jimat keberuntungan?" Rajuk Frederick.

Sylvia tersenyum manis. Lantas, berjinjit dan mencium pipi kanan Frederick. "Semoga kakak memenangkan pertandingan."

Frederick menunjuk pipi kirinya manja. "Satu lagi." Pintanya memelas.

Sylvia yang gemas melihat tingkah kakak lelakinya sontak mencium pipi kiri Frederick. Ia semakin gemas melihat Frederick tersenyum cerah setelah mendapatkan ciumannya.

The Tyrant's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang