Chapter 16

48K 5K 637
                                    

Vote sebelum baca🌟

Berbagai macam persiapan melarikan diri sudah disiapkan oleh Iris. Mulai dari uang, pakaian, kebutuhan pokok, dan rute pelarian.

Tinggal menunggu waktu tiba dan setelah itu, ia akan pergi jauh. Menjauh dari latar novel, tempat terjadinya tragedi.

Rasanya sedikit berat berpisah dari kehidupan nyamannya di samping Sylvia, tapi mau bagaimana lagi. Iris terpaksa mengambil keputusan pergi demi keamanan dirinya sendiri.

Iris tidak ingin mati sia-sia untuk kedua kalinya. Masih banyak hal yang ingin Iris lakukan. Misalnya berkencan dengan pria tampan, menikah, dan memiliki beberapa anak lucu.

Iris tidak berharap mendapatkan suami bangsawan. Rakyat jelata saja sudah cukup baginya asalkan pria tersebut setia, tampan, baik, lembut, pekerja keras, punya banyak uang, dan mencintainya seorang.

Menurutnya malah lebih baik menikahi rakyat biasa daripada menikahi bangsawan. Dimana banyak trik jahat dan kotor di dalamnya.

"Semoga saja aku menemukan cinta sejatiku dalam pelarian." Kekeh Iris sedikit berharap.

"Pelarian?"

Jantung gadis cantik itu seakan mencolos ke bawah mendengar suara lelaki di belakangnya. Refleks berbalik, menatap pria yang mendengar ucapannya.

Iris tersenyum canggung melihat tatapan menusuk Frederick. Tatapan yang seakan hendak membolongi tubuhnya.

"Kau berniat melakukan pelarian? Kenapa? Apakah aturan kediaman kami membebanimu?"

Iris menggigit bibir bawahnya gusar. Bingung mendapati pertanyaan Frederick. Putra sulung Duke yang biasanya selalu memperlakukannya dingin.

Harusnya Frederick pergi saja. Berpura-pura tidak melihatnya dan berpura-pura tidak mendengar ucapannya.

Kenapa sekarang pria itu malah sok perhatian?!

"Tetaplah di sini karena Sylvia pasti akan sedih atas kepergian mu."

Iris mendesah pelan. "Tuan salah paham. Bukannya aku berniat kabur dari sini. Aku hanya mengucapkan kata dramatis yang tidak sengaja ku baca dari novel." Alibinya.

Frederick tampak meragukan alasan Iris. Namun, tak berkomentar apapun. "Sylvia mana?" Mengalihkan pembicaraan ke arah lain.

"Sylvia sedang tidur, tuan. Katanya Sylvia sangat lelah setelah mengikuti kelas sejarah."

"Lantas, apa yang kau lakukan di taman ini?"

Iris mengerjap kaget mendapati pertanyaan tak terduga tersebut. "Maaf? Apakah aku tidak boleh datang ke taman ini, tuan?" Tanyanya hati-hati.

"Ah, sudahlah." Gumam Frederick malas. Meninggalkan Iris yang mendelik melihat tingkah anehnya.

Sementara itu, Frederick memukul keningnya kesal. Niat hati mengenal Iris lebih dekat, malah berakhir buruk.

The Tyrant's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang