"Malam minggu beserta kesedihannya."
_
_
_
_
_Pada malam minggu ini. Kota Jakarta diguyur habis-habisan oleh hujan. Seakan-akan merasakan sebagian manusianya sedang bersedih.
Dirumah lantai dua. Dua gadis mungil sedang bermain boneka bersama.
Hatsyi!
"Zalva,kamu pilek?" tanya gadis mungil disebelahnya seraya memberikan sapu tangan berwarna pink itu. "Nih. Lap dulu pakai sapu tangan Lea".
"Makasih Lea."
"Lea, sapu tangan kamu masih bagus. Buat aku aja ya?" Pinta Zalva .
Mendengar itu Lea segera merebut sapu tangan nya dengan kasar. "Ish! kamu kok ngelunjak sih! kan kamu juga punya yang warna biru".
Lea benar, mereka selalu mempunyai barang couple seperti anak kembar saja padahal bukan.
Dan sapu tangan itu pemberian Ayahnya Zalva yang sengaja dibedakan warnanya sesuai warna kesukaan mereka masing - masing. Dan supaya tidak tertukar.
"Iya-iya, aku minta maaf. Aku janji gak akan merebut milik kamu lagi." Janji gadis mungil nan pesek itu seraya menunjukan jarinya huruf V atau peace yang artinya perdamaian.
Lea mengangguk. "Aku juga janji deh gak akan rebut barang milik kamu, apalagi barang kesukaan kamu."
Mereka melanjutkan kembali acara bermain yang sempat tertunda dengan pertengkaran kecil yang mereka buat . Lucu ya.
Zalva menyadari sesuatu dan segera mencolek lengan Lea. "Lea,itu sapu tangannya dari tadi Lea pegang gak jijik ya?padahal udah ada ingus nya Ava loh".
Lea yang menyadari itu segera melempar sapu tangannya ke muka zalva.
Zalva yang melihat reaksi Lea lantas tertawa.
"Ihh, Zalva jorok! Lea gak mau tau besok Zalva cuci sapu tangan Lea!" perintah gadis itu.
"Iya-iya," patuh Zalva dengan sisa-sisa tawanya.
Brak!
Dua gadis mungil itu terkejut,segera berlari keluar untuk memeriksa.
"Mah! Mamah udah pulang?" Zalva berlari memeluk ibunya. "Aku tadi sama Lea bantuin bibi masak loh," antusias gadis itu menceritakan sebagian kegiatan tadi yang dilakukannya bersama Lea dan bibi.
"Zalva sayang- "
"Oh iya mah, Papah mana?" sela gadis itu.
Mamahnya terdiam beberapa saat. Jujur saja, hatinya seakan disayat ketika Anaknya menanyakan Ayahnya.
"Zalva sayang. Bobo yuk," ajak Mamah lembut mengalihkan pertanyaan. "Besok mau ketemu Nenek kan? besok pagi kita Ke Jogja. Dan mulai besok kita akan tinggal bersama Nenek, Zalva senang kan?".
"Maksudnya kita pindah Rumah Mah?" cukup hening beberapa saat.
"Gak mau," Zalva menggeleng. "Zalva disini aja sama Lea, gak mau pindah ke Jogja!"
Mamah memalingkan wajahnya berusaha menahan air mata yang terus berlomba-lomba dipelupuk matanya.
"Nurut ya? Zalva sedang sakit loh, mending bobo yuk?" Ajak mamah halus.
"Apa ini karna Papah?! Zalva sering lihat Mamah nangis juga karna Papah? iyahkan Mah?" ujar Zalva tiba-tiba dengan suara bergetar.
Jujur walaupun Zalva masih berusia sembilan tahun . Dia tau dengan keadaan orang tuanya sekarang. Dia sering mendengar orang tua nya bertengkar, apalagi selalu menyebut-nyebut namanya.
Mendengar Anaknya menyalahkan Ayahnya lantas mamah Membantah.
"Enggak!" Mamah menggeleng. "kamu gak boleh benci sama Papah sayang, Papah kamu baik banget dia-" ucapnya terpotong karna anaknya sudah lebih dulu lari ke kamar sambil terisak.
"Tante," panggil Lea yang sedari tadi menyimak.
Hana-Mamahnya Zalva menoleh. "Tante janji yah, kalau udah lama di Jogja, janji untuk bawa Zalva kesini lagi."
Hana mengangguk mengiyakan saja. Padahal ia tidak tahu, suatu saat nanti, ia akan kembali kesini lagi atau tidak.
"Ya. Tante janji," Hana mengusap lembut rambut Lea. "Tante lihat Zalva dulu ya."
Lea mengangguk.
Cukup lama Lea berdiri sendirian. Mamahnya Lea-Alvira datang dengan keadaan baju basah kuyup karna diluar sedang hujan lebat. Jangan lupakan juga matanya yang terlihat sembab seperti sudah menangis.
"Lea, Tante Hana mana?" Tanya panik Alvira.
"Ke kamar mah. Mah, katanya besok Zalva sama Tante Hana mau pindah ke rumah Neneknya Zalva," adu Lea seraya menangis. "Mah, padahal Lea belum kenalin Papah baru Lea ke Zalva loh mah," Lea mengguncang bahu Mamahnya sambil terisak.
Lea menangis sesegukan. Sedih karna ditinggal sahabat kecilnya dan juga tantenya-Hana.
Alvira segara memeluk anaknya. "Udah ya, gaboleh nangis lagi. Besok malam Papah baru Lea mau kesini ketemu Lea loh," hibur Alvira menenangkan.
Mendengar itu Lea segera menghapus air matanya. "Beneran mah?" tanyanya dengan senang.
Alvira mengangguk.
Lea dari dulu sangat menginginkan sosok Ayah yang selalu disamping dirinya. Terkadang, dirinya iri melihat teman-temannya yang selalu punya waktu bersama sosok seorang Ayah.
Sayang, Ayah Lea sudah lebih dulu diambil Tuhan karna tragedi kecelakaan disaat usia Lea baru Lima bulan didalam kandungan.
Jujur. Lea bingung untuk menjalani hari esok, perasaannya sedih bercampur senang. Sedih karna sahabatnya pergi, dan senang karna calon Ayahnya datang setelah satu bulan lamanya tidak bertemu.
Hi! Panggil saya Apii👋
Jika ada typo atau salah dalam kepenulisan mohon ditandai ya,maklum proses belajar hehe.
02,September 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY HERZA
Teen FictionPerihal berbagi, bukan cuma memberi barang ataupun harta saja. Memberikan kasih sayang, ataupun orang yang kita sayang, juga merupakan bagian dari berbagi. Cover by: Pinterest