Chapter 33

8 1 0
                                    

⚠️ Sebelum membaca alangkah baiknya vote terlebih dahulu, dan kalau mau lebih baik lagi bantu komen di setiap paragraf wokeyy

Thank you❤️❤️

Happy reading 🍇

Melihat keterdiaman mereka berempat Hersan mengumpat dalam hati. Merasa menyesal telah menanyakan pertanyaan itu pada Alvira.

Hersan mengusap belakang lehernya kikuk. "Ada yang salah sama pertanyaan barusan?" tanya cowok itu kesal.

"Jawab woy! Anak gue nanya Ra," celetuk Harvin dengan mulut yang masih penuh dengan nasi.

Alvira seketika terkekeh. "Eh maaf, yang kamu maksud ponakan tante itu, Zalva?" tanya Alvira.

Hersan mengangguk saja. "Lupain, Tan."

"Eh?"

"Gak jadi nanya," balas Hersan menyuapkan kembali nasi ke dalam mulutnya.

Alvira menghela napasnya seraya terkekeh pelan.

"Zalva siapa?" tanya Harvin setelah meneguk habis air putihnya.

Lea menoleh. "Anaknya tante Hana om," jawab gadis itu.

"Oh ... Iya-iya." Harvin mengangguk-anggukan kepalanya kemudian melihat sepasang suami istri itu heran. "Terus kenapa gak diajak gabung ke sini? Itu anak gue nanya," tanyanya greget.

Alvira menaikan alisnya kemudian terkekeh pelan. "Itu tuh, kata Mamahnya Zalva lagi sakit," balas Alvira.

"Sakit apa tan?" Hersan seketika menegakan badannya.

"Gak tau Tante." Alvira menggeleng tak tahu. "Tante tadi belum sempet tanya banyak, yang Tante tau Zalva sakit pas habis pulang sekolah kalau gak salah," lanjut wanita itu.

"Kalian bukan keluarga sedarah 'kan?" tanya cowok itu kembali.

"Kata siapa? Kita keluarga," balas Alvira tersenyum.

"Nggak, kata Zalva tante sama Mamahnya dia itu cuma sahabatan gak ada ikatan darah sama sekali."

Alvira tersenyum menatap laki-laki seumuran anaknya itu. "Kita tetap keluarga, walaupun gak ada ikatan darah. Karena tante udah anggap tante Hana sebagai Kakak sendiri," ucapnya dengan masih mempertahankan senyuman manisnya.

Okey! Mendadak punya pembelajaran baru di sini, jadi yang dimaksud keluarga itu bukan hanya yang sedarah saja tapi juga sahabat ataupun orang terdekat juga bisa kita anggap sebagai keluarga.

Hersan menoleh tatkala melihat Ayahnya beranjak dari duduknya.

"San, kamu ngobrol dulu sama Alvira, Papah mau merokok dulu di luar," ujar Harvin lalu pergi diikuti Ayahnya Lea yang sudah menghabiskan makannya.

"Sorry tan," ujar Hersan ketika kedua bapak-bapak itu sudah berlalu pergi.

"Kenapa maaf? Tante gapapa kok, santai aja." Alvira tersenyum ketika asisten rumah tangga datang membereskan piring-piring bekas mereka makan.

"San, kita ngobrol di ruang tamu aja yuk," ajak Alvira berdiri mengajak cowok itu berpindah ke ruang tamu supaya mengobrol jadi lebih santai dan nyaman juga pasti akan terganggu oleh suara bibi yang sedang cuci piring di wastafel dekat mereka duduk.

STORY HERZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang