Chapter 18

79 27 140
                                    

⚠️ STOP!
Sebelum baca alangkah baiknya vote dulu, tapi kalo mau lebih baik lagi vote disetiap part ya! Wkwk

Bantu ramein atuh... Jangan jadi pembaca gelap yaa🤍🤍

Makasii

Salam bahagia semua!!
Jangan lupa senyum mwehehe...

Happy reading 🍇

Sehabis makan siang yang sudah disiapkan Hana. Zalva dengan segera mencuci piring kotor yang belum sempat Hana kerjakan. Tadi Hana sudah berpesan kepadanya katanya Hana mau keluar sebentar karena ada urusan.

Zalva terus bersenandung sambil membilas piring yang sudah ia bersihkan dengan sabun.

Setelah selesai dengan kegiatan mencuci piringnya Zalva menoleh ke belakang disaat seseorang mencolek punggungnya.

"Eh, ada tamu gak diundang ni," ujar Zalva ketika melihat orang di belakangnya itu.

"Emang gak boleh main kesini," balas Lea mengerlingkan katanya.

"Dih... Baperan amat neng, tumben gak ngebucin sama pacar lo?" tanya Zalva.

"Gak tau, Rikonya gak ngajak main," jawab Lea lesu.

"Yahh... Mendadak lemes ni, jangan terlalu posesif Le, cowok juga butuh nongki sama temen-temennya."

"Hm." Lea mengangguk lesu kemudian ia berdehem. "Ekhem, yang lagi deket sama cowok diam-diam mulu ni," sindir Lea.

Zalva menautkan alisnya. "Siapa yang lagi deket?" Tanya Zalva bingung.

"Ekhem, yang nolak ke kantin bareng karna ada urusan, eh tau-taunya mau makan di rooptof sama si dia," sindir Lea kembali.

"Paan si Le," jengah Zalva disaat tau siapa yang dimaksud sahabatnya ini. Yang tak lain adalah dirinya.

"Paan si Le," nyinyir Lea mengikuti ucapan Zalva dengan nada ejekan.

"Dih, cemburu ya," tuduh Zalva.

"Sorry ya, gue udah punya Riko."

"Bilang aja ya lo cemburu, selama ini kan Hersan sering deketin lo ya, gak mustahil lah kalau lo ada sedikit rasa baper," ucap Zalva.

"Dih... Ngaco!" Lea menggeplak lengan Zalva. "Lagian, Hersan udah gue anggap sebagai kakak gue sendiri ya."

Mendengar kata 'kakak' Zalva seketika menoleh. "Kenapa harus kakak? Lo kan sama dia seumuran?"

"Dih, dia sama gue lahirnya duluan dia kali," sahut Lea.

"Eh? Kok lo tau siapa yang duluan lahir?" Tanya Zalva membuat Lea berdecak.

"Jawab Le," desak Zalva.

"Dahlah, gak penting banget sih. Biar adil, yang duluan lahir tuh orang tua kita Va," ujar Lea sembari melangkah pergi meninggalkan Zalva sedang merenggut kesal.

"ZALVA! Pinjem charger hp lo ya! Hp gue mati! Takut Riko call!" Teriak Lea.

"Hm, IYA!" Sahut Zalva malas.

STORY HERZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang