Chapter 25

20 2 5
                                    

⚠️ Sebelum baca alangkah baiknya vote terlebih dahulu-
Dan kalau mau lebih baik lagi, jangan lupa komen di setiap paragraf wokeyy??

Tencuuu banyak-banyak<3

Halloooo udah lama gak update ni hihi dimaafin yaa soalnya full bulan ramadhan untuk nulis cerita kayak gak mood bangett gitu wkwk
Tapi tenang aja ya, sekarang udah mood lagi kok hehe ... Maklum ya aku nulisnya tergantung mood gini 🤧🙏

Eh kelupaan, udah lebaran ya??

Mohon maaf lahir dan batin semua 🙏

Btw ada yang punya niatan ngasih THR ke saya gak? wkwk

Eh?? Canda kok 😭🙏

Happy reading 🍇

"Hersan, sehabis pulang sekolah langsung ke rumah, ada yang mau Papah bicarakan sama kamu," ujar Harvin menghentikan pergerakan anaknya yang sedang memanaskan motor di depan rumahnya.

Hersan menyipitkan penglihatannya disaat sorot matahari pagi menerpa wajahnya. "Hm, Hersan anaknya emang suka keluyuran si," ujarnya terkekeh miris.

Disini Harvin terlihat akan-akan menganggap anak tunggalnya itu adalah anak nakal yang suka keluyuran sehabis pulang sekolah. Padahal Hersan nongkrong dengan temen-temannya pun sangat jarang sekali. Teman dekatnya pun bisa terhitung oleh hitungan jari.

Hersan bukan tipe cowok ansos tapi emang dasarnya ia itu males buat sekedar basa-basi dengan teman sebayanya yang hobinya nongkrong-nongkrong di cafe.

Selama hidup 17 tahun orang yang Hersan percaya untuk untuk sekedar membagi cerita hanyalah Sean, sahabat plus sepupu dinginnya itu. Hersan percaya, bahwa Sean tidak akan membocorkan semua cerita yang ia bagi dengannya karena Sean bukan tipe cowok bermulut ember.

"Papah bukan bilang kamu suka keluyuran, ngasih tau aja, takutnya nanti kamu nongkrong dulu sama Sean," ujarnya. "Anak muda, kan? papah dulu suka nongkrong juga, jadi wajar aja, kalau cuma sekedar nongkrong." Harvin tersenyum disaat mendapati sang putra menyinggungkan senyumnya.

"Alay!" sahut Hersan.

"Bukan alay, masa muda itu cuma satu-"
Ucapannya terpotong tatkala Hersan menyerobot menyalimi tangannya. Dengan segera Harvin menahan pundak anaknya yang mau menaiki motor sportnya.

"Kenapa?" tanya Hersan yang sedang mengaitkan helmnya.

"Sepulang sekolah, Papah mau membicarakan ke salah pahaman kamu tentang Papah dan Alvira," ujar Harvin langsung membuat Hersan mendengus.

Hersan terkekeh miris dalam diam. Disaat ia sudah berada di fase pasrah tiba-tiba Ayahnya mau menjelaskan hal itu kepadanya? Ada apa dengan Ayahnya, tidak ada angin atau-pun hujan membuat cowok berseragam SMA itu menyimpan banyak pertanyaan di dalam benaknya.

"Tumben," gumam Hersan.

"Kamu dengar?" tanya sang Ayah menyadarkan anaknya dari keterdiaman.

Hersan spontan mengangguk dan langsung tancap gas menuju tujuannya yaitu SMA LENCANA.

Harvin menatap anaknya yang sudah pergi menaiki motornya. Kemudian menengadah ke langit seraya tersenyum sendu.

"Anak kita semakin menyebalkan, tapi rasa sayang aku ke dia juga semakin besar," ujarnya. Harvin masih mempertahankan senyumannya. "Bantu aku jaga Esan kita di sana ya sayang?"

STORY HERZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang