Chapter 10

156 70 136
                                    

Happy reading 🍇


_

_

_

Senin pagi ini para Siswa-siswi SMA LENCANA sedang berbaris di Lapangan bersiap-siap untuk melaksanakan Upacara pengibaran bendera merah putih.

Vanya dan Nada memasuki Lapangan terlihat seperti ogah-ogahan dikarnakan pagi ini matahari sedang panas-panasnya. Tak tau kenapa akhir-akhir ini cuaca selalu panas.

Vanya berdecak sesudah berbaris di belakang Nada yang sedang memakai topinya.

"Nad," panggil Vanya menoel punggung Nada.

Nada menoleh kebelakang mengangkat kepalanya seolah-olah bertanya 'apa?'

Vanya mencondongkan badannya ke depan seraya berbisik kepada sahabatnya itu.

"Nad, kita ngumpet di kantin aja yuk. Gue males ah Upacara, panas."

Nada mendelik. "Vanya lupa Senin kemarin kelas 12 yang bolos ke kantin, ketauan sama Pak Ogi, hah?" bisik Nada melototkan matanya.

Vanya mundur kembali dan berdecak.

"Benci banget gue sama hari senin!" gerutu Vanya.

Nada menoleh lagi ke belakang.

"Apa?"

Nada memanyunkan bibirnya. "Bantuin pasangin topi punya Nada, dari tadi gak masuk-masuk kepala," kata Nada menyerahkan topinya.

Vanya mengambil topi Nada sambil berdecak.

"Oon banget sih Nad," Vanya melepas empat jepitan berbentuk kelinci di rambut Nada. "Gimana nih topi bisa masuk pala Lo, sedangkan pala lo aja banyak jepitan gitu. Ini lagi, kuping kelincinya panjang banget," gerutu Vanya sambil menahan tawa melihat jepitan Nada yang ukurannya lumayan besar.

Nada menyengir dan menunduk ketika Vanya memasangkan topi ke kepalanya.

"Makaciw. Bestih," Nada membalikan lagi badannya ke depan.

Vanya menoleh ke samping ketika hidungnya mencium wangi parfum familiar.

Vanya seketika menahan napasnya ketika melihat Hersan berbaris di sampingnya.

"Ekhem," Vanya berdehem agar seseorang di sampingnya meloleh ke arahnya. Namun sang empu tetap melihat ke arah depan seolah tak mendengar suara Vanya yang sedari tadi berdehem.

"Ekhem..."

"Lo haus?" suara laki-laki terdengar di belakang Vanya dan seketika Vanya menoleh.

Vanya mendelik kepada seseorang tersebut. Kesal sekali, ia yang sedang caper ke Hersan malah yang notic Vindra teman sekelasnya.

Vanya menggeleng. "Gak."

"Serius ini, mumpung ni air belum diminum. Ni ambil," Vinda menyodorkan botol Aqua nya.

Vanya melihat botol tersebut dengan kesal. "Nggak Dra. serius," kata Vanya dengan sedikit halus dan berbalik lagi ke depan.

"Udah Dra, buat gue aja. Aqua empat ribu lumayan mahal," Devan baru saja baris bersama Ryco mengambil Aqua tersebut dan langsung meneguknya.

STORY HERZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang