"hei kamu tahu? Ada suatu penelitian mengatakan, bahwa sebelum mati, otak manusia akan membawa mereka ke masa lalu dalam kilatan memori. Menarik bukan?" ucap seorang gadis berambut panjang bergaya ponytail tersenyum padaku. "Percaya yang kaya gituan buat apaan? Selama aku belum merasakan hal itu, maka aku gak akan pernah percaya hal itu!"
Mendengar hal itu, Gadis itu cemberut dan berkata "padahal ini tuh udah ada penelitiannya" ujarnya sambil menatapku dengan wajah kecilnya itu. "Gak peduli" dia semakin cemberut dengan tanggapanku. Ya gak tau sih emang kelewatan atau enggak. Tapi dia terlihat jengkel dan berkata. "ih kamu mah gak asik. Pantesan sejak kamu masuk SMA kamu belum dapet temen satupun." Mendengar hal itu aku tersenyum sinis dan membalas "Anjani, bukan urusan kamu mau aku punya temen, atau enggak." Setelah mendengar hal itu. Gadis itu semakin cemberut dan mengerutkan dahi ".....yaudah, kalau kamu maunya gitu" dia pun pergi menjauh.
Dia adalah Anjani, teman masa kecilku yang selalu bersamaku sejak kami memasuki kelas 1 SD. Berkebalikan dengan diriku yang pemurung ini, dia sangat ceria sehingga mempunyai banyak teman. Dan yang dikatakan Anjani bahwa aku tidak mempunyai teman itu bohong. Memang tidak sebanyak yang dia punya. Tapi tetap saja aku mempunyai teman.
(POV Anjani)
Dia kenapa sih?padahal waktu kecil dia itu lucu banget. Aku tau dia punya tragedi dulu. Aku pun gak enak kalau ngungkit hal itu. Tapi bisa kan kalau dia gak nutup diri atau ngasih respon yang bagus ke orang lain? Aku ini udah temenan sama dia dari kecil loh. Tapi dia bisa bisanya gitu
Setelah tersadar dalam pikiranku itu. Akupun tanpa pikir panjang langsung duduk di kursi ku. "Tiap aku inget hal itu aku makin kesel sama hal itu" gumamku. "Aduduh, anak kesayangan kita ini kenapa?kok pagi pagi udah kusut aja mukanya. Coba cerita ke aku" setelah mendengar suara itu tanpa pikir panjang akupun langsung memeluk nya "Hana, dengerin deh, tadi pagi si Rei nyebelin banget. Reaksi nya itu bikin aku pengen mukul dia" ucapku pada Hana.
Hana adalah temanku semenjak aku masuk SMA ini. Tidak seperti ku dan Rei yang bersekolah di SMP yang sama. Dia bersekolah di sekolah lain. Dia memiliki sifat yang baik dan memiliki sisi sisi kebaikan yang sangat menyilaukan.
Setelah aku menceritakan apa yang terjadi antara aku dan Rei. Hana pun berkomentar "tapi bukannya kamu berlebihan ya? Maksud aku, ya kenapa kamu sampe bilang ke dia kaya gitu?" Akupun menyadari hal itu. Rasa menyesal mulai tumbuh dalam diriku. Membuat semua sel otakku tertuju pada pernyataan Hana. Aku terus tenggelam dalam pikiranku. Dan tanpa sadar aku melihat Hana beranjak dari kursinya setelah melihat dua orang gadis. Ditengah perbincangan, salah satu gadis mengerutkan dahi dan mendatangiku.
"Hei, kamu gapapa? Aku udah denger ceritanya sebagian. kalau kamu mau, kamu bisa cerita ke kami berdua kok" 2 gadis yang bersama Hana adalah temanku juga. Dan yang mengajak berbicara padaku adalah seorang Gadis yang memiliki rambut panjang yang terurai. "Tapi kalau kamu gak, kami gak akan maksa kok~" sambung gadis yang satunya. Aku segera menggeleng kan kepalaku. "Enggak, aku bakal cerita kok. Jadi gini......"
(POV Rei)
Sesampainya dikelas aku langsung melihat Anjani sedang berbicara dengan teman-teman nya tanpa menghiraukan kehadiran ku. Ugh, dia beneran marah gegara hal tadi. Ditambah dengan merasakan tatapan benci dari seseorang membuatku semakin pening. Sembari tenggelam dalam pikiran akupun duduk di bangku ku dan membenamkan kepalaku ke meja yang terlihat nyaman. "Apaan? Jam segini dah kek gitu. Kamu manusia atau zombie sih"
Mendengar hal itu aku mengangkat kepalaku dan membalas perkataannya ".....bukan, tapi aku adalah Undead" mendengar itu, lelaki tersebut membalas dengan ekspresi tanya yang terpasang di wajah nya "emang apa bedanya?" "Cuman beda kata hahaha" melihat cara tawaku, lelaki itu berkomentar "jangan ketawa sambil pasang muka datar, ngeri tau!!"
Orang ini adalah teman sekelas ku saat di kelas 10. Namanya Otto. Dia baik, tinggi, dan mengikuti ekskul futsal. Sejujurnya aku kurang nyaman bersamanya. Karena dia memiliki aura dan kepribadian yang sangat berlawanan denganku. Bahkan saat ini dia memiliki fans yang membuntutinya dibelakang. Sialan kau orang populer.
"Oh iya, kamu berantem sama Anjani? Ada apa sampe bisa gitu?" Aku sudah tak kaget dengan pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba seperti itu. Karna jujur, bagiku intuisinya sangat tajam sampe membuat bulu kuduk ku merinding. ".....bukan urusanmu." Balasku dengan nada datar. "Ehhhh.....kok gitu sih, cepetan cerita sama abangmu ini" ucapnya dengan frustasi. "Abang pala kau pecah" dia mengabaikan ejekan itu dan terus memaksa sampai seorang raksasa datang kepada kami "Otto, udahlah.....kasihan dia" Ucap raksasa itu pada Otto.
"Tapi kan Adam, coba liat..... muka dia beneran kek orang mati loh" mendengar hal itu akupun bertanya-tanya, memangnya muka ku terlihat seperti orang mati ya? Saat diriku diam dalam lamunan itu, Adam pun menyentil dahi otto berkata padanya "gak sopan!!.....memang muka dia agak pucat. Tapi gak harus dikatain kek gitu juga" anu, Adam?bukannya kata-kata mu lebih nyakitin daripada Otto ya? Sialan kau orang tampan no2.
Orang tampan no2 ini adalah temanku sejak kelas 8 SMP. Disebut raksasa karena dia adalah orang tertinggi di angkatan kami, dengan tinggi 185 cm. Bukan hanya tinggi dan wajah nya yang tampan. Dia juga mengikuti ekskul basket yang mana adalah salah satu ekskul unggulan di sekolah kami. Dan sama seperti Otto yang memiliki fans, dia juga memiliki fanclub sendiri dengan ajaibnya muncul setelah dia bergabung ekskul.
Ugh, kenapa barisan bangku ku sejajar dengan 2 orang tampan ini? Sinar mereka akan menghilangkan keberadaan ku yang kecil ini. Sepertinya guru-guru memang berencana menyingkirkan ku karena aku terlalu suram untuk kelas yang bagus ini. Tetapi jika aku perempuan, kurasa aku akan bersyukur karena diapit 2 benua cerah ini.
"Rei, bisa nyontek pr sejarah gak? Mohon" Otto memasang wajah memelas kepadaku. "gak, udah diajak ngerjain bareng malah maen sama orang lain" jelas aku menolak, karena salah dia sendiri terlalu bersenang senang. "Iblis....Rei iblis. Kalau Adam?boleh ya?" Dia sepertinya belum menyerah buat nyontek ke Adam. "Jijik.....jangan bikin ekspresi kek gitu. Oh, dan tentu saja jawabannya tidak!!" Yap, seperti yang diharapkan dari Adam.
Dia dari dulu seperti itu. Setiap ada temannya yang ingin menyontek, dia selalu menolak mereka dengan dingin. Dan kebanyakan ekspresi mereka sama seperti Otto yang sekarang. Lesu dan pasrah akan keadaan.
Bel pun berbunyi, menandakan bahwa jam pelajaran pertama telah dimulai. Dan saat inilah bencana besar bagi Otto akan datang. Karena hari ini pelajaran sejarah ada pada jam pertama. Saat aku melihat kesamping, aku dapat melihat Otto yang berkeringat dingin. Guru sejarah kami, pak Idan memang terkenal karena kedisiplinan dan cara mengajarnya yang ketat.
Lalu selang beberapa saat, kenop pintu berbunyi. Dan ketakutan Otto semakin besar. Akupun dapat mendengar suara getaran meja dari bangku Otto. "Ya, baiklah anak-anak saat nya kalian mengumpulkan tugas yang saya suruh Minggu kemarin!" Semua murid, kecuali Otto mengumpulkan tugasnya. Maaf Otto tapi ini demi kebaikan mu kawan. Kelas sangat hening, namun di barisan belakang terdapat satu orang yang bergetar hebat.
"Otto Iskandar. Mana tugas kamu?" Ucap pak Idan sambil membenarkan kacamatanya. "Umm....itu anu pak tu-" belum sempat menyelesaikan perkataannya, pak Idan memotong dan menekankan suaranya "Keluar, berdiri di depan kelas. Sekarang!" Otto pun tanpa melawan dan dengan pasrah keluar dari kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Detik
Random"hei kamu tahu? Ada suatu penelitian mengatakan, bahwa sebelum mati, otak manusia akan membawa mereka ke masa lalu dalam kilatan memori. Menarik bukan?" ucap seorang gadis berambut panjang bergaya ponytail tersenyum padanya. Rei yang sedari awal...