Chapter 9

0 0 0
                                    

Beberapa hari telah berlalu. Dan akupun belum bisa mendekati kak Rei. "Masih belum bisa? Kamu itu manajer kami loh" kaget dengan suara yang tiba-tiba ada disampingku. Aku pun menoleh, seseorang yang berbadan tinggi dengan perawakannya yang besar membuatku semakin kaget karena tidak menyadari keberadaan nya.

"Ya mau gimana lagi, temen kak Adam itu punya tembok yang tebel banget. Aku sampe pusing mau ngedeketin dia gimana." Kak Adam hanya terkekeh mendengar itu. "Rei sini bentar" mendengar panggilan kak Adam, kak Rei tanpa protes dan mendatangi kami. "Coba bantuin Salsa ambilin bola basket gih. Kasian dia" ujar kak Adam. Namun, untuk pertama kalinya aku melihat kak Rei mengerutkan alisnya untuk pertama kalinya. "Lah? Kenapa gak sama kamu aja?" Protes kak Rei.

"Ya sebenernya mau sih, cuman aku takut Alya cemburu ngeliat aku jalan bareng cewe lain" Alya? Siapa? Pacarnya? "Kepedean amat. Dia malahan bakalan bersyukur liat kamu jalan bareng sama cewek" balas kak Rei. "Yaudah, ayo salsa. Jangan deketin orang mesum kaya dia" ajak kak Rei padaku sembari 8 ke gudang. Dalam perjalanan yang hening itu, aku pun bertanya pada kak Rei. "Kak, orang yang namanya Alya itu siapa ya? Terus kenapa kakak nyebut kak Adam orang mesum?"

"Dia itu suka banget adiknya, Gak tau suka secara romantis atau bukan. Yang jelas nama adiknya itu Alya." Eh? Orang kaya kak Adam punya kelakuan kaya gitu? Gak nyangka banget. Padahal dia keliatan keren banget sumpah.

"D-dia emang umurnya berapa tahun sampe bisa bikin kak Adam kaya gitu?" Aku dapat melihat senyum di wajahnya yang pucat itu. "Alya? Dia seumuran sama kami. Oh iya, dia itu saudara kembarnya Adam." Loh? Aku baru tahu kak Adam punya saudara kembar. Apalagi saudara kembar nya itu cewek. "Alasan dia masuk ekskul karna kak Alya juga kah?" Kak Rei hanya menggeleng kan dengan pertanyaan ku.

"..... Adam suka cerita, kalau dia dari dulu emang suka basket. Sangat berbeda dengan orang sepertiku." Ujar kak Rei. "Emang alasan kak Rei masuk basket itu apa?" Aku sungguh penasaran kenapa dia gabung ekskul basket. Serius, orang lesu sepertinya untuk bertahan dalam tim basket selama 1 tahun adalah suatu keajaiban.

"Gak ada alasan khusus, cuman pengen aja." Eh? Maksudnya apa? Saat aku ingin bertanya pada kak Rei, kami sudah sampai di gudang. "Y-yaudah aku bawa setengahnya, Kakak bawa setengahnya." Dia terkikik mendengar pernyataanku. "Enggak, bola basket itu besar loh. Jadi biar saya aja yang bawa." Apa-apaan sih? Kok dia jadi orang lembut kaya gini, Beda banget sama beberapa hari yang lalu.

"Omong-omong, kenapa kakak pake (saya) ketimpangan (aku)?" Kak Rei tertawa. "Oh itu.....kalau kamu gak nyaman sih saya bisa ganti." Mataku berbinar mendengar itu. Karena aku melihat tawanya di wajah pucat itu. "Kalau gitu, boleh ya? Aku juga kurang nyaman kalau kakak pake (saya) tiap ngobrol sama aku." Dia hanya mengangguk. Dan kamipun kembali ke gedung olahraga sembari membawa basket.

"Nah anak-anak, silahkan latihan menggunakan bola yang telah disediakan" ucap pak pelatih setelah melihat kami berdua memasuki gedung. "Kalau gitu....dah ya aku mau latihan sama Adam." Ucap kak Rei sembari membawa satu bola basket. Setelah mengambil bola basket, kak Rei pergi menjauh dariku.

Aku merasa senang, karena aku mulai merasa dekat dengannya. Dan harapanku untuk menghentikannya keluar dari tim memiliki peluang. Namun, entah perasaan ku saja atau memang para anggota senior melihat kak Rei dengan tatapan sinis? Yah mungkin perasaan ku saja. "Manajer, sepertinya latihan hari ini harus cepat selesai," ujar pak pelatih dengan tatapan lurus. "Soalnya saya punya acara beberapa menit lagi." Sambungnya. "I-iya kalau gitu saya aka-" sebelum menyelesaikan ucapanku. Handphone ku berdering.

Aku melihat handphone ku. Itu dari kak Rama. "Maaf pak saya punya panggilan." Pak pelatih hanya mengangguk. Aku berlari keluar gedung olahraga dan segera mengangkat panggilan itu. "Halo? Ada apa ya kak Rama?" Tanya ku pada kak Rama yang berada di sebrang telpon. [Umm...bisa bilangin ke ayah sama ibu kalau kakak bakalan telat pulang gak? Nanti kakak traktir kamu deh] bujukan kak Rama sebenarnya tidak begitu menarik. Karena ya uang jajanku sudah cukup untuk membeli makanan yang kuinginkan.

"Emang mau kemana?" Kak Rama tidak langsung menjawab pertanyaan ku. Sehingga aku dibuat penasaran olehnya. [....kakak mau main sama temen. Paling pulang jam 8 malem] Gilak lu? Gimana ngasih alesan yang bagus perihal hal ini coba? "Beliin aku eskrim muxie rasa stroberi." Kak Rama langsung antusias mendengar itu [oke, nanti kakak kasih yang paling mahal deh. Makasih ya adek tersayang♡︎] lalu panggilan itu ditutup oleh kak Rama.

Bener bener deh. Tapi ya karena dia ngasih eskrim yang paling mahal jadi aku harus ngasih alesan yang bagus. Oke, saatnya kembali ke gedung olahraga. Akupun kembali ke gedung olahraga. Namun, "oi Rei, kamu jangan caper ke manajer dong. Muka pasaran kek gitu mau menangis hati gadis imut kaya dia."

Aku secara tidak sadar sembunyi karena mereka menyebut diriku. Didalam gedung itu aku dapat melihat 3 orang yang berbicara dengan kak Rei. Dan apa-apaan maksud dari wajah pasaran? Sok kegantengan banget mereka. "Iya, udah lah. Kau juga udah punya Anjani yang sering sama kamu." Ucap salah seorang dari mereka. ".....saya cape, jadi boleh saya pulang?" Mendengar balasan kak Rei yang terlihat santai. Orang yang terlihat seperti pemimpin mereka menarik baju kak Rei.

"Aku serius bajingan. Kalau kamu deketin manajer bakalan kupukul kamu." Ancaman itu bukannya membuat dia takut. Malahan dia terlihat sangat tenang. "Emang dia siapanya kakak? Oh iya saya punya rekaman perihal kakak-kakak sekalian yang membicarakan 3 ukuran tubuh manajer. Kalau saya lapor ini ke polisi gimana ya? Ditambah saya denger-denger kakak-kakak sekalian punya grup chat yang memperlihatkan hal tidak senonoh." Mereka bergetar mendengar itu dari wajah datar seseorang yang sedang mereka kerumuni.

Bukannya mereka yang membuat kak Rei takut, tapi mereka sendiri yang terlihat terancam sekarang. Orang, yang menarik baju kak Rei pun melepaskan bajunya. Lalu memukul wajah pucat kak Rei sampai kak Rei jatuh Ke lantai. "Awas aja kalau dilaporin." Ancam orang itu sambil pergi menuju pintu. Melihat mereka menghampiri pintu akupun lari untuk sembunyi dibalik semak-semak.

Mereka sangat berisik membicarakan tindakan kak Rei pada mereka. Setelah melihat mereka semakin menjauh dari gedung olahraga akupun menghampiri kak Rei. "Kak? Kakak gapapa?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulutku secara spontan. Jelas aja dia kenapa-kenapa. Wajah nya aja punya luka. "Gapapa, jadi? Kamu denger sampai mana?"

Aku tersentak kaget mendengar pertanyaan itu, Membuat ku tidak bisa berkata-kata untuk sesaat. "Oke gak perlu dijawab. Saya bakal nyerahin rekaman suara ini ke pihak sekolah." Aku hanya mengangguk. Dan heran karena kak Rei menggunakan (saya) lagi. "Saya juga mau minta libur untuk seminggu ke depan. Kalau gitu, saya pamit." Dia meninggalkanku di ruangan yang luas itu sendirian. Dan keesokan harinya kak Rei menghilang bersama 3 orang yang dia hadapi kemarin.

30 DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang