"Rei, aku suka kamu."
"Eh?"
Aku bingung harus menjawab apa yang dikatakan Alya. Apakah harus menolaknya? Tidak, sebenarnya aku merasa senang dengan pengakuan ini. Tapi, aku merasa tidak pantas mendapatkannya.
Diruang seni yang sepi ini, Alya mengaku padaku. Hari ini adalah hari kedua PORA. Dan kenapa ini bisa terjadi? Entahlah tapi sejak kami membawa sisa katering, Alya tiba-tiba mengatakan ini. Akupun menyadari bahwa dia terlihat cemberut setiap kali aku berbincang dengan salsa dirumahnya.
Jika diceritakan itu akan seperti in
i ceritanya, Rama ditelpon oleh orang tua nya bahwa mobil yang membawa sisa katering mengalami masalah. Dan aku, Alya, dan Rama dilarang bekerja oleh Anjani.
Aku yang masih sakit karena terjun dari atap, Alya dan Rama yang terlalu banyak bekerja membuat Anjani sangat kesal. Lalu, kami sepakat untuk membawa sisa katering secara diam-diam.
Meski hampir kepergok oleh yang lain. Tapi rencana kami bisa dibilang berhasil. Itulah seharusnya, saat sedikit lagi kami keluar sekolah, kami dihadang oleh Anjani. Dia mengetahui hal ini karena Salsa juga telah menghubunginya.
Namun, kami berhasil kabur meski Rama harus menghalangi Anjani. Jadi bisa dibilang, kami membawa sisa katering oleh 2 orang. Tidak, Otto yang mengejar kami sembari meneriakkan nama kami. Kami kira dia akan menangkap kami makanya kami berdua melarikan diri darinya. Namun, karena dia adalah pelari yang cepat, dia dengan muda menyusul kami.
Dia menjelaskan dia akan membantu kami dengan nafasnya yang terengah-engah itu. Yah, itu mungkin lebih baik dengan banyak orang. Lagian, dia juga sedang nganggur katanya.
Saat tiba, kami disambut oleh Salsa. Dan seperti biasanya Otto yang penuh energi ini memperkenalkan diri dengan penuh energik. Salsa menatap heran pada kami dan seolah kewalahan karena tingkah Otto itu.
"Dia....temen kakak? G-gimana bilangnya...dia orang yang unik"
Aku sungguh menyesal karena membawa Otto kemari. Seharusnya aku tolak saja dia.
Aku berbincang-bincang dengan Salsa. Dan aku mengetahui bahwa dirinya sekarang mengikuti klub memanah di sekolahnya. Dia menceritakan bahwa meski amatir, dia sering kali dipuji oleh kakak kelasnya."Apa mungkin aku jenius ya?"
"Iya iya kamu jenius"
"Kakak kok responnya dingin gitu sih? Pantes gak punya pacar. Tapi, kalau aku sih bakal nerima kakak yang kaya gitu."
"Anak ini dah berani nge goda Kakak kelas nya ya!....tapi, kamu udah tumbuh ya? Entah gimana bilangnya, aku senang"
Aku senang sungguh. Tapi aku akan lebih senang jika tidak merasakan aura menakutkan dibelakang ku ini.
"Rei! Jangan malas-malasan, bantu aku sama Otto dong!"
Hiii, Alya yang sedang galak itu menakutkan. Apa dia sedang pms ya? Entahlah, tapi yang penting aku tidak boleh mengusiknya saat ini.
Karena takut, aku segera membantu Alya dan Otto. Kotak yang tersisa adalah 24 kotak. Jadi pembagiannya adalah, Otto 10, Alya 4, dan aku 10. Alya mengeluh dengan pembagian itu. Tapi, pada akhirnya dia tetap menerima pembagian itu.
Setelah berpamitan pada Salsa, kami kembali menuju sekolah. Dan sepanjang jalan, Alya menatapku sambil cemberut gitu. Kan udah kubilang kalau yang kaya gitu tuh gak cocok sama kamu. Enggak, ternyata imut euy! Walau rasanya entah kenapa menyakitkan sih.
"Otto, dia kenapa? Dari tadi ngeliat aku kaya gitu loh"
Aku memanfaatkan kesempatan untuk bertanya pada Otto saat Alya yang memimpin jalan. Dia melihatku dengan wajah sombong yang sangat membuatku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Detik
Random"hei kamu tahu? Ada suatu penelitian mengatakan, bahwa sebelum mati, otak manusia akan membawa mereka ke masa lalu dalam kilatan memori. Menarik bukan?" ucap seorang gadis berambut panjang bergaya ponytail tersenyum padanya. Rei yang sedari awal...