Chapter 2

6 3 0
                                    

(POV Anjani)

Ditengah lapangan seorang pria berperawakan gagah berpidato kepada murid murid nya. "Oke anak-anak, sesuai yang saya sampaikan Minggu lalu, saya akan mengetes kecepatan kalian dalam berlari!" Beliau adalah pak Aziz. Selain tinggi, beliau juga memiliki tubuh yang kekar di usia 30 tahun.

Setelah menyelesaikan pidatonya. Pak Aziz mengintruksikan murid-murid nya untuk ke pinggir lapangan. "Aduh lari, padahal hari ini panas banget~." Yap, sesuai yang dikatakan Arisa, hari ini memang panas. Karena hari ini adalah pertengahan musim panas. Ditambah dengan tidak adanya pepohonan di sekitar lapangan, menyebabkan kami mandi keringat meskipun tidak berolahraga.

"Sabar ya, kalau kamu sabar nanti aku kasih eskrim deh. Kalian juga mau?" Tawaran Hana membuatku membayangkan betapa segarnya eskrim ditengah teriknya matahari. Tanpa pikir panjang, akupun mengangguk kepadanya. Hana tersenyum melihat tanggapan ku. Dan sekarang dia menatap Alya. "K-kalau mereka berdua mau, aku gak enak kalau nolak tawaran kamu." Ucapnya dengan rona merah yang terpasang di telinganya. Aku dan Hana tersenyum melihat reaksinya.

Karena dia selalu tidak bisa berhadapan dengan perlakuan Hana padanya. Meskipun dia tegas dan berkemauan keras, tapi dia selalu sulit jika berbicara dengan orang lain. Meskipun itu dengan temannya sendiri. Tapi dia selalu menolongku saat aku mengalami kesulitan.

"Oh....jadi putra dulu yang di tes ya?" Ucap Hana karena melihat barisan putra di garis start yang telah di tentukan pak Aziz. Tapi..... lari ya? Aku penasaran apa Rei akan bisa berlari setelah berhenti mengikuti kegiatan fisik. Bahkan aku tau, setiap ada tes olahraga dia selalu tidak mengerahkan semua kemampuan nya.

Dia selalu terjebak dalam kejadian yang terjadi saat itu. Dia berpura-pura bersikap tegar dan meminta untuk tidak mengkhawatirkannya. Tapi bagaimana bisa aku melakukan itu? Kamu itu sahabat masa kecilku loh.

"Ayo kak, Kakak pasti bisa!" Mendengar sorakan Alya yang menyemangati kakak kembarnya, membuatku kaget. Padahal dia biasanya selalu dingin pada Adam. Tapi "pasti bisa" itu buat apa ya?

"Bagus Adam, sudah bapak duga dari Ace club' basket sekolah kita." Kami tidak tahu berapa detik yang Adam peroleh. Tapi, kami setuju dengan pujian pak pelatih yang mengatakan jika lari Adam itu sangat cepat. Tapi, bagiku yang sudah melihat betapa cepatnya lari Rei dulu, itu adalah hal biasa untukku.

Berbicara soal Rei, entah kenapa sedari tadi aku melihat mukanya, dia selalu memasang ekspresi yang sulit dijelaskan. Mukanya yang datar, matanya yang terlihat seperti seseorang yang tidak ingin olahraga . Aku terus melihat matanya yang hitam pekat itu dari kejauhan. Dan saat gilirannya tiba, aura disekitarnya berubah. Seolah olah dia bersiap untuk bertempur dan mati.

Namun, berbeda dengan yang kulihat dan rasakan itu. Dan saat dia berlari, beberapa orang terkejut dengan kecepatannya. Sampai sampai membuat pak Aziz membuat ekspresi tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Lalu akupun melihat pak Aziz lalu memegang bahunya. Kami tidak bisa mendengar dengan jelas karena suara pak Aziz tidak sekeras seperti biasanya.

Namun, aku samar-samar dapat mendengar kata-kata "ayo bergabung dengan club olahraga" dari mulut pak Aziz. Rei hanya menatap pak Aziz dengan senyum masam yang terpasang di wajahnya. Sesaat kemudian pak Aziz melepaskan bahu Rei setelah melihat Rei menggeleng kan kepalanya. Kamipun dapat melihat ekspresi pak Aziz yang kecewa sambil berjalan untuk melanjutkan tes. Dan hasil dari tes putra adalah. Otto di posisi pertama, yang kedua dipegang oleh Rei, dan yang ketiga ditempati oleh Adam.

Berbeda dengan Hana yang bertepuk tangan dengan hasil itu, samar samar aku dapat merasakan kemarahan yang dipancarkan oleh Alya. "Rei, cepet juga larinya~" Arisa menyinggung fakta tersebut. "Iya, soalnya dari dulu dia emang suka lari. Kalian juga sering liat dia kan? Sebelum dia berhenti ikut ekskul dia itu pelari yang cepat" balasku pada perkataan arisa. yah sejujurnya akupun terkejut. Karena pada dasarnya dia tidak pernah mengikuti kegiatan olahraga dengan serius. Selalu setengah hati, berbohong dengan memasang ekspresi lelah di wajahnya. Dia selalu seperti itu sejak masuk SMA.

Lalu pak Aziz meniup peluit sambil menatap kami, sebagai isyarat bahwa sekarang adalah giliran para siswi untuk mengikuti tes. Mendengar suara peluit, kamipun berdiri di lapangan yang panas itu dan pergi menuju tempat pak Aziz.

(POV Rei)

Capek, air, aku butuh air. Berjalan meninggalkan para siswi yang menjalani tes. Kami para siswa pergi menuju ruang ganti. Aku Berjalan dengan terbungkus-bungkuk. Dan seseorang menepuk bahu ku berulang kali sambil berkata "Oi Rei, aku kaget loh pas kamu lari. Gak nyangka banget. Sumpah!" Saat aku menoleh, aku dapat melihat rama setelah mendengar sumber suara itu. "Ya jelaslah, dia dulunya atlet basket. Apalagi dulunya dia itu lebih jago daripada aku." Jawab Adam padanya.

Mendengar itu membuat Rama antusias dan bertanya padaku. "Eh? Kalau gitu kenapa sekarang gak ikut ekskul basket? Padahal sayang banget kalau bakat kamu dibiarin gitu aja." Mendengar hal itu dari Rama aku hanya bisa tersenyum masam. "Yah.... ada beberapa hal yang terjadi." Rama tidak mengorek lebih jauh akan hal itu dan hanya mengangguk pada jawabanku.

Dia adalah teman sekelas ku. Sejujurnya, aku tidak mengetahui dirinya terlalu banyak. Tapi yang kudengar, dia mengikuti kegiatan basket bersama dengan Adam. Tapi, basket ya? Kalau waktu itu jariku gak patah, bakal gimana jadinya ya?apa bakal terus lanjut sampe SMA? Yah, mana mungkin, dari dulu aku selalu meminta untuk keluar. Jadi, untuk apa memikirkannya. Benarkan?

Saat tenggelam dalam duniaku sendiri, terdapat suara lelaki yang keluar dari pengeras suara. Dia mengumumkan [salam kepada murid-murid sekalian, Dikarenakan adanya rapat hari ini. Maka saya meminta kepada murid murid sekalian untuk pulang kerumah masing-masing]

mendengar hal itu menyebabkan suara gaduh di seluruh sekolah. Dan kami, para siswa yang awalnya dengan leha-leha menuju ruang ganti, merubah tempo langkah kaki kami lebih cepat, sangat cepat seperti sedang dikejar anjing. "Tapi kita beruntung banget ya? Soalnya putri masih di tes walau ada pengumuman kaya tadi" ucap Otto sambil berlari menuju ruang ganti. Itu berarti aku harus memenuhi tugasku dari Alya kan?

Setelah kami berganti pakaian, sebagian besar siswa putra kelas 11-A segera pulang kerumah. Menyisakan aku, Adam, dan Otto yang berada dikelas. "Kalian .... mau langsung pulang?" Ujarku pada mereka berdua. "Enggak, aku mau nungguin Alya sama Arisa. Sekalian bawa kantong mereka" balas Adam sambil mengambil kantong mereka berdua. "Kalau aku nungguin Hana, tapi karena gak mau ganggu waktu kalian berdua jadi aku bakal nunggu dia di bawah" balasnya dengan senyum menggoda padaku.

"Adam....maaf ya" mendengar permintaan maaf keluar dari mulutku. Adam hanya tersenyum dan menyentil keningku. "Bego! Aku kalah bukan gegara kamu. Tapi emang kamu nya aja yang kejagoan." "Yaudah aku duluan ya. Dadah" ucap Adam sambil berjalan keluar dari kelas. "Adam tungguin eh." Otto pun menyusul Adam. Mereka meninggalkan diriku di kelas ini. Kurasa Anjani akan sedikit lama. Karena saat adanya pengumuman, yang sudah di tes hanya baru 4 orang. Kira-kira.... berapa lama ya? Bodo amat lah, mau berapa lama pun bakal kutunggu sampe dia datang.

Aku terus menunggu dan menunggu. Hingga mulai bermunculan beberapa siswi yang telah berganti pakai nya. Mereka terkejut karena diriku masih berada dikelas. Tapi mereka lebih memilih mengabaikannya. Ya wajar sih, soalnya mana ada yang tertarik sama pemuda suram kaya diriku ini. Setelah mengambil tas itu, merekapun pergi.

Tak lama kemudian, di luar kelas, aku mendengar salah seorang dari mereka berkata "kami duluan ya. Dadah" ujar mereka pada orang yang mereka panggil. Orang itupun membalas "ya, dadah. Hati hati dijalan ya." Dari suara nya aku sudah mengetahui siapa dia. Dan tak lama kemudian kenop pintu dibuka olehnya. Matanya yang indah itu sedikit bergetar setelah melihat ku. "Lama, aku nunggu dari tadi loh" ucapku pada anjani mematung di depan pintu.

30 DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang