Chapter 26

0 0 0
                                    

(POV Arisa)

'kamu itu anak yang sepesial dan beruntung.'

Itulah yang dikatakan sebagai orang yang mengaku-ngaku ayahku saat pertama kali kami bertemu. Sejujurnya aku tidak menyukainya. Meninggalkan ibuku selama bertahun-tahun tapi saat aku berusia 8 tahun dia muncul dengan wajahnya yang tidak tahu diri itu.

Aku juga membenci Rei yang memiliki wajah yang hampir mirip dengannya. Tapi berkat orang tua itu, ibuku bisa naik jabatan menggunakan harta yang dia berikan.

Dia bisa dibilang layak menjadi seorang ayah. Baik hati, mampu mengabulkan keinginan ku. Meski enggan, aku mulai menerima kata-kata yang ia ucapkan.

Keberuntungan selalu berpihak padaku. Seperti saat aku tidak belajar ataupun menyontek. tapi aku berhasil mendapatkan rangking 2 berturut-turut. Tidak, itu bukan keberuntungan. Tapi, aku adalah anak jenius.

Keseharian ku yang menyenangkan dengan mempermainkan orang lain terus berlanjut. Tapi, aku tidak ingin melakukan hal itu lagi. Untuk pertama kalinya aku takut merasakan kehilangan. Dirinya yang ada di atap bukanlah Karena keberuntunganku. Tapi itu hanyalah kebetulan. Sejak awal, semua yang terjadi hanyalah kebetulan.

Aku berlari menyusuri lorong dan mengutuk dirinya yang mesum dan gila itu. Dan saat aku menemukannya, dia sedang duduk dibawah pohon sembari menonton pertandingan sepak bola.

"Kamu itu ya....seenggaknya chat aku kalau selamat bego!"

Aku memukulnya dengan sekuat tenaga. Tapi, dia tidak jatuh. Malah, tanganku yang sakit.

"Oh Arisa, sini duduk! Ngeliat mereka tanding asik juga ternyata."

"A-K-U B-I-L-A-N-G....... Kenapa gak chat aku kalau kamu selamat! Aku khawatir tahu!"

"S-sakit jangan cubit pipiku kaya gitu."

Sembari kesakitan, dia merogoh saku belakang celananya dan memperlihatkan padaku keadaan ponselnya yang terbelah dua.

"Ya ini.....kayaknya kebelah pas aku jatuh di pohon deh"

"Maaf.... gara-gara aku, kamu...."

"Udah kubilang aku gak peduli kan? Yah, aku memang marah sih. Tapi karena kamu sudah memberikan layanan terbaik maka ku maafkan"

"A-apa? Kamu cabul! Mati aja sana!"

Si babi mesum ini memang tidak bisa diajak serius. Tapi, sepertinya dia hanya ingin mencairkan suasana.

"Ah! Itu mereka, hei temen temen kesini....eh? Pakaianmu kenapa Rei? Ponsel mu juga kok kebelah gitu?"

Rama yang memanggil teman-teman sangat kebingungan. Begitu juga dengan yang lainnya saat mereka melihat pakaian dan ponselnya itu.

Aku awalnya takut. Tapi, sebagai penebusan dosa maka aku harus menceritakannya. Tapi, Rei menghalangi mulutku dan mengelus kepalaku.

"Yah, sebenernya belakangan ini aku nonton anime yang punya plot armor tebel banget. Nah, pas disalah satu adegan, dia itu jatuh dari atas dan berhasil selamat berkat pohon mangga. Nah, karena aku penasaran, aku nyobain deh terjun dari atap. Tapi sayang banget kurang mantep, gegara Arisa ngegangguku"

Kebohongan bodoh macam apa itu!? Tentu saja mereka gak akan percaya kan? Buktinya mereka diem doang. Harusnya aku cerita aja yang sejujurnya kan!?

Tapi, Alya yang diam menendang kepalanya dan menginjak kepalanya itu berulang kali."

"Kamu gila! Aku gak bakal ngerekomendasiin anime ke kamu yang bodoh ini!"

Yang lainnya sudah tidak membatu lagi dan mulai melakukan hal serupa padanya. Yang membuatku takut itu adalah kuncian yang dilakukan Hana. Rei sampai tidak berkutik dengan kuncian itu.

30 DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang