"hei, bukankah kamu terlalu bersenang-senang dengan gadis bernama Alya itu akhir-akhir ini? Apa kamu sudah melupakan dosamu terhadap ibu kita? Apa kamu juga sudah lupa dengan janji yang kamu buat dengan Anjani. Sadarlah, bersenang-senang itu tidak cocok dengan kita."
Tempat ini gelap. Bahkan aku tidak bisa melihat tanah yang ku pijak. Satu-satunya yang bisa kulihat hanyalah anak yang mengoceh di depanku. Matanya yang dipenuhi dengan kebencian, mukanya yang menjijikan. Itu membuatku ingin menggapai lalu mematahkan lehernya.
"Bukankah pemikiranmu itu terlalu kejam? Bagaimanapun juga aku ini anak kecil loh. Ditambah, aku adalah kamu. Kita berdua adalah Rei. Anak yang telah mengutuk ibunya hingg mati. Jadi, jangan jijik ke diri sendiri gitu dong."
Maka, aku tidak perlu membuka mulutku padanya. Yang ingin ku ketahui sekarang adalah, kenapa kamu muncul lagi setelah sekian lama?
"Jawabannya udah aku bilang tadi, kamu itu terlalu bersenang-senang dengan gadis itu. Apa kamu ingin membuat dia menangis seperti yang kamu lakukan pada salsa?"
Itu bukan kesalahan salsa! Itu hanya karna jika dia jatuh, bisa saja dia mengalami gegar otak. Itu salahku karna tidak menangkapnya dengan benar.
"Ya, itu benar. Dan disitulah kesalahanmu. Andai kamu menangkapnya dengan benar, dia pasti tidak akan menyalahkan dirinya sendiri karna jari tidak berguna mu yang patah itu. Sejak awal, harusnya kamu tidak usah mengikuti klub basket."
Itu karna aku ingin mencobanya, lagipula aku diajak oleh Adam karna memiliki tinggi badan yang cukup untuk mengikuti klub basket.
"Lalu apakah kamu akan menyalahkan Adam karna hal itu terjadi? Keinginan untuk mencoba sesuatu yang baru itu tidak cocok untukmu. Lagian, bagimu basket hanyalah tempat untuk melupakan ibu dan menghapus keberadaan diriku kan? Dirimu ini sangat kejam ya~ padahal kita itu satu orang yang sama loh."
Aku tidak bisa melawan argumennya, dan setelah menyebutkan hal itu. Aku jadi penasaran, kapan anak ini akan menghilang.
"Aku gak akan menghilang kok, selama rasa bersalahku pada ibu belum hilang. Aku akan berada di sisimu bahkan saat malaikat maut datang menjemput."
***
Saat ini aku harusnya fokus dalam rapat ini. Tapi, entah kenapa perkataan anak itu terus terdengar di telingaku. Padahal kami sudah mempersiapkan acara ini 3 Minggu yang lalu.
Dan sekarang kepalaku malah sangat pusing, nafasku menjadi berat, tubuhku merasakan dingin dan panas disaat yang bersamaan. Apakah aku sakit? Tidak, aku tidak bisa memanjakan diriku dengan alasan seperti itu.
"Baiklah, meski Minggu depan kita akan menghadapi ujian, kita akan melaksanakan rapat sesuai kesepakatan bersama." Kata-kata penutup dari Alya mengajarkanku dari dunia kecilku.
Dan kalau tidak salah, saat ini harusnya aku pergi bersama Alya untuk membuat list para siswa yang ingin mengikuti lomba-lomba Yang ada.
"Hei Rei, kamu gapapa? Wajahmu pucat loh" ujar Alya dengan wajah khawatirnya
"Iya, mending kamu istirahat. Biar kami yang urus sisanya."
Oh, Anjani sudah mau berbicara denganku lagi ya. Sepertinya akan ada hal baik yang terjadi sebentar lagi.
"Makasih, tapi gapapa kok cuman segini."
Mereka berdua menahan pundakku dan hal itu memaksakan diriku ini untuk tetap duduk.
""Gak! Kamu gak boleh! Istirahat sekarang juga!""
Kenapa kalian mengucapkan hal serupa? Apakah mereka robot yang dirancang untuk mengucapkan hal yang sama di saat-saat tertentu.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Detik
Random"hei kamu tahu? Ada suatu penelitian mengatakan, bahwa sebelum mati, otak manusia akan membawa mereka ke masa lalu dalam kilatan memori. Menarik bukan?" ucap seorang gadis berambut panjang bergaya ponytail tersenyum padanya. Rei yang sedari awal...