Chapter 1

24 4 0
                                    

Sesudah jam pelajaran pak Idan habis. Murid kelas 11-A bersiap-siap mengganti pakaian untuk jam pelajaran olahraga di ruang ganti. Namun, "kalian bertiga tunggu dulu, ada yang mau aku bicarain. Terkhususnya kamu, Muhammad Rei Al-Ghifari!" Ugh, suara familiar ini, suara yang sangat Adam sukai namu begitu ku benci.

Saat kami berbalik kami dapat melihat gadis yang memiliki rambut panjang yang dibiarkan terurai, ditemani dengan seorang gadis yang memiliki rambut yang mencapai bahunya. Mereka adalah kombinasi paling menyebalkan dari saat aku SMP hingga sekarang.

"Alya.....emang nya harus sekarang banget?" Aku melihat ke mereka berdua. Namun aku memfokuskan pandanganku pada Gadis yang rambutnya terurai. "Iya, sekarang BANGET!" Pernyataan ini membuatku sedikit gugup, karena topik yang dibahas pasti menyangkut Anjani. "Arisa, Adam. Bisa bantu aku?" Namun, Arisa langsung menjawab "maaf ya,tapi jawabanku adalah tidak~" lalu dilanjut dengan Adam yang berkata "maaf sobat, jika ini menyangkut Alya, maka meskipun itu kamu, aku akan dengan tegas meninggalkan mu"

Aku sudah menduganya. Karena sifat "melindungi teman masa kecilnya" milik Arisa,lalu dikombinasikan dengan sifat "sister complex" yang dimiliki Adam adalah hal tersulit yang aku hadapi. Alya dari dulu memang seperti itu. Semenjak dia mengenal Anjani, dia selalu menatapku dengan tatapan iri dan benci. Yah dia mungkin tidak membenciku secara langsung tapi dia selalu mencari celah untuk membuat menekan ku.

"Santai aja Rei, ini akan sangat menyenangkan kok~" sambung Arisa. Menyenangkan pala kau, di situasi seperti ini mana bisa menyebabkan hal menyenangkan. Sesudah mendinginkan kepala akupun bertanya pada Alya "terus, Anjani dimana?" "Aku minta Hana buat duluan sama anjani~" jawab Arisa dengan santainya.

"Eh?seriusan?sayang banget gak disini" mengatakan hal itu secara tidak sadar. Oh kawanku, bisakah engkau melupakan dia hanya untuk sesaat saja? Dasar bodoh. "Oh....kamu kangen dia?mau aku chat dia kah?" Tanya Arisa dengan nada menggoda nya yang khas. "G-gak dulu deh. Hehe" serentak wajah kami berubah menjadi jijik dengan wajahnya yang memerah.

Kami semua berasal dari SMP yang sama, terkecuali Hana dan Otto. Otto memberitahuku dan Adam bahwa dia telah pacaran bersama dengan Hana sejak kelas 8 SMP. Awalnya kami tidak percaya hal itu. Namun setelah mendapatkan konfirmasi dari dari Hana sendiri membuat kami ingin membunuh Otto. Karena orang yang kita bicarakan ini Otto loh. Orang paling ceroboh dikelas ini. Bisa berpasangan denganya? Ugh, mengingat hal itu saja membuatku ingin memukulnya.

"Oh adikku tersayang sini dong peluk kakak kembarmu ini♡︎" ucap Adam yang sangat bersemangat melihat Alya. Namun, "kakak bisa diem dulu gak? Adek mau ngomong sama Rei bukan kakak, terus pelukan sama kakak itu bikin adek jijik" mendengar hal itu membuat Adam jatuh terpuruk. "Padahal Kakak ini sangat mencintaimu loh"

Dia mengabaikan perkataan Adam dan berkata "Aku denger kamu bikin dia kesel. Itu, bener?" Loh? Bukannya aku yang harusnya kesal dengan perkataan anjani? Bisa-bisanya Alya mengganggap ku yang salah. Ah yasudah lah "emangnya kenapa? Itu kan bukan urusanmu." Mendengar itu membuat Alya mengerutkan alisnya "segala yang berhubungan dengan Anjani adalah urusanku! Kalau kelakuan kamu kaya gini aku minta kamu buat jauhin dia. Bisa?" Kamu bukan ibunya, kenapa kamu seenak jidat minta aku jauhin dia? Aneh betul anak ini.

"Enggak" Mendengar kata itu yang keluar dari mulutku dengan santai membuat Alya mengerutkan alisnya dan berkata "kalau gitu ayo buat "taruhan" berani gak?" Lagi?dia selalu membuat game konyol semacam ini. Dan pasti taruhan ini tidak akan pernah menguntungkan ku. "Kalau aku menang, kamu harus ngejauhin Anjani. Tapi kalau kamu menang, kamu harus menghibur dia sampai dia gak murung lagi." Liat kan? Game konyol ini terus menerus ada. dan hukuman nya selalu semacam ini.

Aku tau kalau dia mengadakan game konyol ini hanya untuk menghukum ku. Ditambah dengan ancaman seperti taruhan yang kalah itu membuatku tidak bisa untuk menolaknya. "...oke" mengatakan itu dengan sedikit enggan akupun melanjutkan "apa yang bakal kita mainin?" Tanyaku kepada Alya. "Yah karena ini satu satunya kesempatan kita karena jam olahraga sekarang adalah tes kecepatan, gimana kalau lari? Tentunya kamu lawan kakak ku kan? Kakak ku tersayang♡︎"

Mendengar hal itu, Adam menjawab tanpa ragu "baiklah! Aku bakalan mengerahkan seluruh tenagaku buat mengalahkan mu, Rei." Oi Adam? Seriusan deh, kamu ini cuman diperalat sama dia bodoh! Kok bisa sih aku punya 2 temen yang otaknya korslet kek mereka. Setelah kedua belah pihak menyetujui itu. Perkumpulan dadakan itupun pergi ke ruang ganti secara terpisah.

Dalam keheningan menuju ruang ganti. Adam tiba-tiba berkata "maaf Rei, kalau menyangkut permintaan Alya, aku gak bisa nolak." hal itu tidak membuatku kesal. Karena dari dulu dulu pun dia sering diperalat seperti sekarang sehingga aku sudah terbiasa dengan hal itu. "Yaudah sih santai aja. tapi aku juga gak akan kalah."

"Inget loh kamu keluar ekskul pas kita di kelas 8, jadi peluang menang ku bakalan tinggi" ucapnya dengan percaya diri. "....kita liat aja nanti." Aku mengatakan hal itu dengan santai. Dan tanpa disadari kami telah sampai di ruang ganti. Lalu berganti baju dan bersiap untuk pelajaran olahraga.

(POV Anjani)

"Hana, kok Alya sama Arisa lama banget sih?" Tanyaku pada Hana. "Eh? Ya mungkin dompet yang mereka cari itu belum ketemu?" Tak lama setelah Hana mengatakan itu. Kenop pintu ruang ganti berbunyi dan menampakan 2 orang gadis masuk kedalam ruangan. "Anjani! maaf lama" ucap Alya yang langsung memeluk ku setelah memasuki ruangan.

"Kalian kok lama sih? Emang sesusah itu nyari nya?" Mendengar hal itu Alya tersentak kaget. Dan berkata "y-ya emang sih, soalnya, aku lupa kalau aku nyimpen nya di kolong meja. Hehe" "kamu itu ceroboh banget sih. Untung gak ada yang ngambil." Setelah mengatakan itu akupun melanjutkan. "Kamu juga kasih tahu ke mereka dong Hana" ucapku padanya sambil menatapnya.

"Nanti aku kasih tahu mereka ya, nah sekarang, mending kalian sekarang ganti baju." Ucap Hana pada mereka berdua. "Oke~ ayo Alya, nanti pak Aziz bisa marah kalau kita kelamaan." Ucap Arisa sambil menarik tangan Alya. Kami berdua pun menunggu mereka berdua. "Aslinya aku gak mau kepanasan sih hari ini. Tapi karna ada hal yang menarik, akupun ikutan deh~" mendengar hal itu akupun bertanya pada Arisa. " emang nya hal menarik apa?" Mendengar hal itu, Arisa tersentak kaget dan menutup mulut nya, dan akupun dapat melihat wajah Alya menegang. "a-ahaha bukan apa apa kok~" ucap Arisa. Dengan nada yang terbata-bata itu membuatku semakin penasaran. Tapi tak apalah. Lagian dia itu emang perempuan yang misterius.

Setelah melihat mereka sudah berganti pakaian. Akupun membuka pintu. Namun, "ah..." aku terkejut karena melihat Rei dan 2 temannya berhenti berjalan tepat saat aku membuka pintu. Sesaat setelah Rei melihatku, dia memalingkan muka dan berjalan menuju lapangan. "Maaf ya Anjani, dianya lagi di mode gak boleh di ganggu siapa-siapa. Tenang aja, Habis pelajaran ini juga dia bakalan kembali normal." Ucap Otto, setelah mengatakan itupun dia menyusul Adam dan Rei menuju lapangan.

Rei? Kenapa? Apa gegara aku ya? "Hei, ngapain ngelamun. Ayo pergi." Ucap Hana yang menepuk pundakku dari belakang. "I-iya, ayo..." balasku dan berjalan bersama teman-teman sambil tenggelam dalam lamunanku.

30 DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang