Chapter 21

0 0 0
                                    

Aku merasakan perasaan nostalgia. Tempat yang sangat ramai dengan sorak-sorai orang-orang. Itu adalah tempat saat aku bertanding taekwondo dan gagal meraih juara pertama.

"Kamu ini gimana sih, jadi juara satu di sekolah gak bisa. Jadi juara pertandingan kayak gini pun gak bisa. Bisanya kamu apa? Ngabisin nasi doang?"

Perkataan yang kudengar di suatu tempat itu terasa familiar. Lalu, aku melihat seorang anak yang sedang dipukuli oleh seorang wanita yang mengenakan kursi roda. Orang yang menemani wanita itu sangat aku kenal.

Menyadari hal itu aku bergegas pergi untuk menghentikan si anak.

"Padahal jalan aja gak bisa"

Hentikan!

"Sok-sokan marahi aku? Ibu itu lebih nyusahin dari aku tahu! Kenapa gak mati aja? Kasian bibi Rena yang ngerawat ibu."

"Berhentiii!"

Aku tersadar dari tidurku. Jika tidak salah, saat ini aku diminta untuk istirahat oleh bibi Rena. Lalu, tak lama setelah tenang. Aku bisa mendengar suara langkah kaki yang menuju kemari dengan tergesa-gesa. Aku tidak tahu siapa itu. Tapi yang jelas mereka datang lebih dari 2 orang.

"Rei! Kamu kenapa teriak-teriak gitu!? Baik-baik aja kan?"

"Aku baik-baik aja kok. Tapi, kenapa kalian semua kesini?"

Otto, Adam, Alya, Anjani, Hana, Arisa, dan Rama. Bisa dibilang perkumpulan orang-orang top disekolah kini berada di kamarku.

"Kami khawatir loh. Tiba-tiba pingsan di keadaan kayak gitu." Ujar Anjani.

"Gapapa kok, besok juga kayaknya bisa sekolah lagi."

Bagaimana bilangnya ya, suasana saat ini sangat lah canggung. Mereka terlihat segan padaku. Jadi, apa yang sandi ucapkan itu benar ya.

"Ngomong-ngomong uang nya gimana? Dah ketemu?"

Mereka terdiam seperti orang bisu. Apa yang ku lihat adalah hal yang langka, Karna orang seperti Otto pun mempunyai ekspresi seperti itu.

"Harusnya kalian terima uangku kemarin"

"Gak! Kalau kami Nerima, itu berarti kamu ngaku kalau kamu pencurinya Rei"

Bantahan dari Alya membuatku terharu. Dia masih membelaku meski memiliki kecurigaan padaku. Tapi....

"Hei kalian, aku sangat berterima kasih karna kalian berusaha mempercayaiku. Tapi itu tidak baik, apa yang sandi katakan itu benar. Selain itu, perasaan setengah-setengah hanya akan menghalangi kalian. Dan aku tidak ingin itu terjadi."

Saat menatap mereka, aku bisa merasakan kemarahan dalam wajah mereka.

"Apa maksud mu? Kami benar-benar percaya padamu. Apa aku harus bersumpah dulu agar kau percaya?"

"Bener kata Otto. Lagian, gadis yang bernama Alya ini bangga dan akan selalu mempercayai partner nya."

Aku senang dengan ucapan mereka. Tapi, saat aku memandang Adam, o kenapa raut wajahnya yang rumit itu entah kenapa aku mengetahui satu hal. Mungkin kapan-kapan aku akan menanyakan hal itu. Karna sepertinya dia tidak ingin membuka mulutnya itu.

Lalu, kami berbincang-bincang seperti rumor tentang pencurian uang kas yang tersebar di seluruh sekolah, hingga pencarian sisa uang yang hilang dengan cara patungan untuk setiap anggota OSIS. Itu membuatku semakin merasa bersalah. Namun, mereka terlihat tidak keberatan sama sekali dengan hal itu.

"Yaudah, kami pulang dulu ya. Kamu harus istirahat yang bener oke?"

Otto mewakilkan mereka berpamitan, dan dari yang kudengar bini Rena sudah pulang lebih awal ke rumah yang membuatku merasa bersalah lagi.

30 DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang