Hidungku sakit. Ini sudah 3 hari loh. Dan suasana hatiku pun sangat buruk karna Alya dan Anjani ikut memarahiku yang memisahkan Adam dengan cara kasar. Bahkan, Hana yang bisanya berwajah ramah menjadi menyeramkan saat mengetahui cerita kami.
Sekarang adalah pertengahan November, dan ini adalah pagi yang sial karena hujan sudah turun sejak dini hari.
"Kepalaku sama perutku sakit. Si Rei itu, kalau nendang agak sinting ya"
"Oi, apakah aku harus mengatakan padamu kalau hidungku hampir patah gegara kamu."
Adam terlihat kaget karena orang yang disampingnya yaitu aku tiba-tiba berbicara.
"Dan perlu diingat, kamu itu Hampir jadi pembunuh loh."
Anjani menarik telingaku setelah aku mengatakan hal itu. Sepertinya, rasa sakit di tubuhku ini akan bertambah.
"Kamu juga, kalau misal kamu kekencangan nendang kepada Adam gimana? Dia juga bisa mati loh."
"Gak, gak, mustahil gorilla tampan sepertinya mati hanya dengan tendangan manusia."
Kini telinga kananku pun ditarik, pelakunya adalah Alya. Dan kenapa kau malah meninggalkan ku? Oi Adam!
"Apa? Berarti aku juga gorilla dong. Gimana Rei? Gini ya Rei, kalian itu punya kekuatan yang bisa dibilang besar loh. Meski kamu udah gak aktif jadi atlit, kamu itu tetep ngegunain anggota tubuh yang sering menahan berat badan loh. Dan kamu Adam...Adam? Hei, jangan lari!"
Alya mengejar seolah tidak memikirkan resiko terciprat nya seragam sekolah. Aku tidak tahu apa yang Alya ucapkan. Tapi yang jelas, setelah mengucapkan hal itu Adam berhenti berlari dan telinganya ditarik hingga sekolah.
***
"Hei, jangan dengerin kata-kata Alya itu. Mulai sekarang, kalau ada yang gangguin kamu. Pake aja tendangan yang udah kamu pelajari. Itu gunanya kamu belajar taekwondo kan?"
Bukan bodoh! Aku belajar buat melindungi orang yang ku sayangi. Dan ngomong-ngomong, kenapa kamu muncul saat jam pelajaran? Bisa gak pilih waktu yang tepat?
"Gak usah mikirin hal remeh kaya kemunculanku. Aku tahu kok sebenarnya kamu itu sebenarnya masih sakit hati kan sama perkataan Adam? Tendang aja dia sekarang."
Denger ya bocah, segala masalah itu gak bisa diselesaikan hanya dengan menghajar, ngerti?
"Kamu itu munafik ya. Padahal waktu itu kamu pengen banget matahin leherku"
Itu Karna kamu adalah aku. maka aku tidak keberatan menghancurkan diriku sendiri.
"...Rei! Rei! Kamu gapapa? Wajahmu bermasalah banget loh"
Otto menyadarkan ku dan membuat si kecil pengganggu itu pergi. Aku sangat berterimakasih padamu kawanku.
"Oh ya, sekarang rapat soal dana kan? Ayo pergi bareng."
"Kamu gak usah ikut Rei, kalau kamu ikut itu agak...."
Aku tahu jika membicarakan dana, suasana rapat akan membuatku tertekan. Aku juga tahu sebenarnya Otto hanya berusaha melindungi ku dari hal itu. Tapi, rasa penolakan darinya itu menyakitkan. Alya dan Anjani pun begitu, mereka menatap kami lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan apapun.
"Karna kamu sekarang satu kapal dengan ku, kenapa enggak main basket bareng ku aja? Dah lama aku pengen main sama kamu"
"......Maaf Adam, kalau dipikir-pikir bibi nyuruh aku pulang cepet saat ini."
Tanpa melihat wajahnya aku bergegas pergi keluar dari kelas. Dalam perjalanan pulang aku mendengar orang-orang sekitar membicarakan ku soal hilangnya uang kas dan saat kejadian di kantor polisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Detik
Random"hei kamu tahu? Ada suatu penelitian mengatakan, bahwa sebelum mati, otak manusia akan membawa mereka ke masa lalu dalam kilatan memori. Menarik bukan?" ucap seorang gadis berambut panjang bergaya ponytail tersenyum padanya. Rei yang sedari awal...