Chapter 14

0 0 0
                                    

Kami telah tiba di depan pintu rumah. Dan dengan segera aku membuka pintu. "Aduh Rei kamu basah? Ayo cepetan ganti baju ter..... aduh siapa ini? Cantik banget! Pacar kamu ya?" Ini udah yang ke berapa kalinya ya? Yah aku hanya perlu menyangkal nya seperti waktu itu.

Setelah menyangkal bibiku, aku memperkenalkan Alya pada bibi Rena dan begitupun sebaliknya. "Aduh si cantik ini basah banget. Ayo, bibi antar ke kamar mandi ya." Waduh, sepertinya aku dilupain oleh bibiku ini. Tapi ya, ini mungkin pertama kalinya bibi i tamu dariku untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Biasanya yang datang kesini itu Anjani. Tapi dilihat dari perlakuan nya padaku hari ini mungkin dia tidak akan kemari besok.

Setelah mengeringkan dan mengganti baju, aku menuju ruang makan. Dan betapa terkejutnya aku, melihat banyak makanan ringan berserakan di meja makan. Aku bertanya ke bibiku. "Ini itu buat kamu. Kan kamu bentar lagi kamping." Aku menjelaskan padanya bahwa kamping itu akan dilaksanakan 4 hari lagi.

"Ya gapapa dong, kalau kebanyakan kan tinggal kamu makan. Apalagi kamu bisa kasih ke dia tuh. Omong-omong, kamu ganteng banget! Kakak, kamu bisa tenang di alam sana." hei, itu membuatku senang sekaligus takut. Bagaimanapun, aku ingin menceritakan kenapa aku memotong rambut ku pada bibiku. Namun, sepertinya niat itu harus ku urungkan. Melihat betapa senangnya dia membuatku takut melihat apa ekspresi apa yang ia pasang jika aku benar-benar menceritakan hal ini.

"Oh ya, kalau hujan udah reda, aku bakal anterin dia pulang" bibi sepertinya tida menerima itu dan hanya menatapku. "Bibi, aku udah janji loh kalau aku cuman ngasih dia tempat berteduh. Jadi, jangan ngeliat aku kaya gitu." Dia mengejekku dengan mengatakan bahwa aku tidak berbelas kasih dengan membiarkan seorang gadis pulang di malam hari. Namun, setelah dia melihat ponselnya dia tersenyum penuh arti dan mengalihkan topik pembicaraan.

Tak lama setelah aku berbincang dengan bibi. Kami melihat seorang gadis cantik yang sedang mengeringkan rambutnya menghampiri kami. Sial, pakaian bibiku yang ia kenakan saat ini sangat cocok sehingga aku tidak bisa mengalihkan pandangan ku darinya. "H-hei, kamu kenapa ngeliatin aku kaya gitu? Apa aku keliatan aneh?"

Ah, aku terlalu lama melihatnya. Sekarang bibi dan Alya menatap ku secara bersamaan. "Gak kok, kamu keliatan cantik seperti biasanya." Kata-kata itu keluar dari mulutku secara tidak sadar. Yang menyebabkan wajah putihnya itu terlihat memerah Semerah tomat. Imut! Reaksinya saat ini sangat imut. Kenapa aku bisa terpikat oleh dirinya sih? Dan kenapa aku tidak memiliki ketertarikan pada Anjani seperti yang dikatakan Otto. Perasaan manusia sungguh misterius sekaligus menyeramkan.

"Hei-hei anak muda, kalian jangan mesra-mesraan kaya gitu dong! Sini bantuin bibi" kata-kata bibi membuatku malu. Dan setelah tersadar bahwa kami berdua mengalami suasana canggung, aku dengan segera aku membantu bibi untuk menyiapkan makan malam.

Setelah selesai, kami duduk dan menyantap makanan kami. Ditengah-tengah suasana yang sunyi ini bibi tiba-tiba televisi dan itu sangat pas sekali dengan berita ramalan cuaca. Eh? Menurut laporan cuaca, malam ini akan terjadi hujan deras disertai angin. "Nah, karena itu Alya, kamu harus menginap malam ini. Soalnya selain cuaca, mobil bibi juga udah dimasukin ke garasi" ucapan bibiku dengan matanya yang berbinar itu membuat Alya menatapku.

I-ini diluar rencana ku loh Alya! Jadi, jangan menatapku seolah aku sudah mengetahui hal ini oke? "Modus" ucapanku itu loh Alya! Ini itu diluar rencana ku loh. Dan bibi, kenapa kamu malah terlihat senang dengan mendengar berita itu!

Sehabis makan, aku langsung tiduran di sofa. Dan, Alya menceramahi ku karena kebiasaanku ini. Dia berkata bahwa itu sangat tidak sopan dan lebih baik untuk duduk selama 10 menit dahulu. Aku tidak mengerti apa yang ia sampaikan padaku tentang 10 menit duduk itu. Tapi aku harus menurutinya agar tidak membuat masalah bagiku.

"Bagus Alya, marahin aja dia! Kalau sama bibi dia itu gak mau denger loh" hei, sejak kapan bibi menceramahi ku tentang itu! Karena bosan di keadaan itu, aku mengambil salah satu cemilan yang bibi belikan itu lalu kembali duduk di sofa.

Dan, Alya juga merebut dan memanggil diriku ini rakus. "Kalau habis makan malam itu jangan makan cemilan. Perutmu juga harus istirahat. G.ak baik loh kalau ngemil di malam hari, kamu bakal gendutan kalau gitu terus"

Sembari mendengarkan ceramah Alya, aku melihat bibiku senyum senyum sendiri sembari melihat handphonenya. "Bibi, bibi kenapa? Sepertinya aku harus mengantar bibi kerumah sakit. Tapi karna hujan, besok lagi aja ya" mengerti dengan candaanku, bibi tertawa terbahak-bahak " gak sopan! Tapi yah, aku harus ngasih tahu kamu hal ini juga sih."

Dia yang awalnya duduk di meja makan kini menghampiriku dan memperlihatkan satu foto yang ada di handphonenya. Disana aku melihat seorang lelaki tampan yang terlihat sebaya dengan bibiku. "Dia itu pacar bibi. Ah, akhirnya musim semi tiba di hidup bibi"

Aku senang dengan berita ini, sangat senang. Tapi, apa pacarnya itu akan menerimaku? Atau jika suatu saat bibiku ini menikah, apakah suaminya akan menerima ku sebagai keluarga? Hei, untuk apa aku berpikir seperti itu, sedari awal aku ini hanya penumpang di rumah ini. Bibiku juga yang membiayai hidupku. Jadi, untuk apa seorang beban seperti ku berpikir seenak jidat itu?

"Wah, selamat bibi. Aku harap, dia benar-benar serius ke bibiku ini." Ya, ini jawaban tepat untuk saat ini. Seorang anak durhaka kepada ibunya macam diriku ini harus menebus kesalahan dengan cara menyanjung dan menjilat kepada bibi. Dan, bibi menyukai sanjungan ku. Kurasa, kata-kata ku cukup untuk membuat hatinya semakin berbunga.

"Omong-omong Alya, kamu tidur dimana? Kalau mau kamu bisa kok tidur di kamarku. Ah, tenang aja, aku bakal tidur di sofa kok" dia menolak tawaranku dan berkata lebih baik dirinya yang tidur di sofa. Tentu saja aku menolak hal itu dan mulai memaksanya untuk tidur dikamar ku.

Dia semakin tegas menolak tawaran ku yang menyebabkan kami berdua berselisih. "Baiklah daripada kalian ribut-ribut kaya gini, Alya tidur dikamar bibi aja." Ucapan bibi membuatku lega. Dan bisa-bisanya aku tidak memikirkan hal itu.

Setelah itu, aku meminta ijin untuk istirahat terlebih dulu. Dan, sesampainya dikamar, aku langsung menjatuhkan diriku ke kasur. Suara hujan yang deras itu membuatku mengantuk. Yah mungkin ini adalah efek kelelahan dari aktivitas ku dengan Alya hari ini. Memikirkan tentang kegiatan hari ini membuatku tersenyum dan tanpa sadar mataku berat dan semakin berat. Hingga akhirnya diriku ini menutup mata.

30 DetikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang