(POV Anjani)
Hari Minggu telah tiba, alih-alih dibangunkan oleh alarm, aku malah terbangun oleh suhu udara yang sangat dingin. Hari ini adalah hari yang telah kutunggu selama 3 hari terakhir. Dan kuharap anak yang bernama salsa itu tidak mengalami halangan untuk bertemu denganku. Andai Rei menceritakan semua masalahnya. Mungkin aku tidak akan melakukan hal seperti ini. Maaf ya Rei.
"Anjani, sini turun sarapan" mendengar panggilan ibuku, aku pun segera turun sambil berkata "bentar Bu." Saat mencapai ruang makan aku dapat melihat ayah, ibu, dan adik ku sedang sarapan. "Kakak tumben lama, biasanya suka ngebantuin ibu dulu" mendengar itu keluar dari mulut adik kecilku. Aku hanya tertawa. "Maaf ya, kakak lagi siap-siap buat nanti siang" saat aku duduk dan menyantap sarapan ku. Ibuku tiba-tiba berkata. "Mau kencan sama siapa?"
Mendengar itu membuatku tersedak. Dan aku pun segera meminum air yang berada tepat disamping piringku. "Bukan kencan, ini cuman ketemuan sama kenalan" mendengar penjelasan ku ibu ku bertanya lagi. "Cewek atau cowok?" Aduh, gini amat jadi anak burung. "Cewek, dia adik kelasnya Rei" mendengar penjelasan ku ibuku melanjutkan makannya. Namun, dia berkata sekali lagi.
"Ngomongin soal Rei, kemarin ibu ketemu sama Rena loh" eh? Bibinya Rei? Bukannya udah biasanya buat ketemuan. Lagian kita kan tetanggaan. "Rena bilang dia mau ke makam kakaknya. Rei juga ikut sama Rena" pantes aja Rei bilang gak bisa ikut waktu di ajak Rama. Tapi, kenapa dia bilang senggang ya saat itu ya?
"Dia beneran hebat deh, bisa ngegantiin posisi almarhumah ibunya Rei walau usianya masih 28 tahun" berarti, udah hampir 5 tahun si Rei ditinggal ibunya. Aku penasaran apa dia benci ibunya gak ya? Soalnya, ibunya selalu mukul dia waktu dia kelas 5 SD. "Rei itu baik banget, beda jauh sama ayahnya yang goblok itu."
Sambung ibuku. Ibuku sepertinya sangat membenci ayah Rei, aku tidak tahu kenapa dan entah kenapa.Tapi yang kudengar dia mengambil harta warisan milik ibu Rei dan menyelingkuhi nya. Yap, bagiku orang sepertinya memanglah bajingan. Dia bahkan tidak menghadiri pemakaman mantan istrinya. Selain itu, dia tidak ingin mengurus Rei kecil. Tapi, untunglah bibi Rena datang dan memeluk nya. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada Rei jika bibi Rena tidak datang padanya.
Setelah menyantap sarapan akupun membantu ibuku. Seperti membersihkan piring, mengepel lantai, dan mencuci pakaian. Saat aku melihat jam, aku dapat melihat waktu yang tersisa sebelum bertemu Salsa adalah 40 menit lagi. Segera setelah membereskan semua itu. Akupun pergi mandi dan berharap agar pertemuan ini tidak memiliki gangguan.
(POV Salsa)
Gawat! Gawat! Aku telat, aku bakal telat! Ini gegara kak Rama yang ngajak main game sampe tengah malam. Saat aku melihat jam tanganku. Aku dapat melihat waktu yang tersisa sebelum jam temu dengan kak Anjani adalah 3 menit lagi. S
Akupun berlari semakin kencang dengan ditemani panas yang terik.Sesaat setelah aku tiba di tempat yang telah dijanjikan. Aku dapat melihat seorang wanita yang menawan memakai gaun one piece. Rambutnya yang panjang dan hitam, Menggunakan topi jerami untuk melindungi wajahnya dari terik matahari. "Hei, kamu gapapa?" Saat tersadar dari efek pesonanya. Aku pun menggeleng kan kepala dan menjawab. "E-enggak apa-apa, cuman-" sebelum menyelesaikan ucapannya, perut ku mengeluarkan suara sehingga kak Anjani dapat mendengarnya.
Dia hanya terkekeh dan berkata "kamu belum makan? Ayo ke Wcdonald. Kakak yang traktir deh." "E-hehe, makasih kak" jawabku dengan malu. Tapi, dia sempurna banget ya? Baik, cantik, dan anggun. Aku bakal dapet peluang gak ya? Maksudku, orang yang tiap hari bersama kak rei itu orang secantik dia loh. Dari kecil lagi, aku sungguh iri dengan posisi kak Anjani.
Andai saja aku mencoba lebih keras untuk menyelesaikan masalah itu."Kamu imut banget ya" mendengar pujian itu keluar dari mulut kak Anjani, aku pangling sendiri, membuatku terlihat lebih memalukan lagi dengan kelakuan tidak jelas. "....Kakak bisa aja" balasku. "Enggak eh, ini serius loh. Kamu itu imut banget." Mendengar penjelasan itu membuatku lebih malu lagi.
"K-kakak juga cantik" aku berusaha membalas serangannya yang tiba-tiba itu. Namun, dia terlihat biasa saja dan hanya terkekeh. Maka, aku pun melanjutkan. "Beneran! Aku gak bohong. Aku kalau jadi kak rei kayak nya bakal suka ke kak anjani" mendengar itu membuat wajah nya memerah. Dia berusaha menyangkal pernyataan ku itu. "....dia gak bakalan kaya gitu" pernyataan itu keluar dari mulutnya.
Hah? Kok bisa? Akupun bertanya padanya. "Apa dia gay?" Mendengar itu kak Anjani menjitak dahiku. Itu sangat sakit. Sungguh, tapi aku menyadari apa yang kukatakan itu kelewatan. "Dia itu normal. Cuman.....dia, itu emang agak aneh sampai-sampai aku juga gak tahu jalan pikirnya."
Itu membuatku heran. Karena kupikir dulu kak Rei hanya terbuka pada kak Anjani. "Kenapa bisa gitu? Kan kakak sahabat dia dari kecil" dia hanya tersenyum. Namun aku dapat merasakan kepalsuan dari senyumnya. "Kakak pun gak tau, tapi dia udah berubah semenjak ada kejadian di kelas 6 waktu itu" aku melihat diujung matanya ada air mata yang menetes. "Aku pun mengulurkan tanganku sembari memegang sapu tangan ku. Kak Anjani hanya berucap terima kasih padaku.
Hah?kelas 6? Kejadian apa itu? "Kakak.....sayang dia?" Mendengar itu dia hanya mengangguk. Aku juga, aku juga menyayangi nya. Tapi, tapi mana bisa orang yang mematahkan jarinya bisa bersanding bersamanya? Itulah alasan nya, aku memasuki sekolah khusus perempuan saat ini.
Aku menunggu kak Anjani menghapus air matanya. "Maaf ya, aku orangnya emang gini" dia terlihat lebih lega. Aku hanya tersenyum. "Gapapa kok, aku juga bakalan nangis kalau punya temen masa kecil kaya kak Rei." Kak Rei itu sangat sulit dipahami. Dia terlihat tidak ingin dipedulikan orang lain. Meski dia sering menarik perhatian orang lain, dia selalu terlihat tidak tertarik dengan orang lain.
Saat aku berusaha membuka hatinya, itu malah membuatnya semakin rapat. Itu semua salahku karena ikut campur dengan masalah kak Rei. Saat kami terdiam di restoran tersebut. Handphone kak Anjani berdering. Tapi, dia langsung menolak panggilan itu.
Meski dia menutup panggilan itu, aku dapat melihat nama yang terpampang. Kalau gak salah namanya itu (Arisa.) "Kenapa gak diangkat?" Tanyaku padanya. "Kalau aku ngejawab panggilan dia, nanti pertemuan ini bakal lebih lama lagi." Jelasnya dengan mata yang tiba-tiba terfokuskan padaku. "Hei, boleh kasih tahu aku? Apa yang terjadi saat dia ikut ekskul basket dulu?" Pertanyaan yang tiba tiba membuatku tak bisa berkata-kata untuk sejenak. Setelah menghirup udara yang dalam. Akupun membuka mulutku. "Kakak yakin?" Mendengar pertanyaan itu kak Anjani hanya mengangguk. Lalu akupun melanjutkan "cerita ini dimulai, saat kami bertemu di lapangan basket"
KAMU SEDANG MEMBACA
30 Detik
Random"hei kamu tahu? Ada suatu penelitian mengatakan, bahwa sebelum mati, otak manusia akan membawa mereka ke masa lalu dalam kilatan memori. Menarik bukan?" ucap seorang gadis berambut panjang bergaya ponytail tersenyum padanya. Rei yang sedari awal...