00.

53.6K 2.2K 56
                                    

— bad trap
prologue

***

“Lo homo, 'kan?”

Hanya sunggingan seringai yang menjadi balasan atas pertanyaan tersebut.

“Sotoy.”

“Tapi rumor bilang lo belok. Udah, ngaku aja lo doyan batang.”

“Ck, perlu gue buktikan kalo gue bukan homo?”

“Yaudah, buktiin.”

Merasa tertantang oleh penuturan cewek manis terbalut seragam sexy itu, pemuda yang sedari tadi menahan setan kecilnya mulai terpancing. Tubuh kekarnya bangkit dari bangku, agak condong ke depan menyingkirkan jarak bersama lawan.

Sementara penantang dengan gelagat angkuh yang duduk lancang di meja si pemuda, makin tersenyum puas. Tangan lentiknya menarik dasi seragam cowok itu yang terjuntai.

Ia mendongak, lalu memberi kedipan genit seraya mengelus sensual rahang yang terpahat keras.

“Minggir. Buku gue bukan bantalan duduk,” usir si cowok galak. Mata legamnya memicing.

“Lho, katanya mau buktiin kalo lo bukan homo. Masa ngehindar gitu aja? Atau jangan-jangan rumor lo gay itu valid?” goda si cewek menjadi.

“Lo minggir sekarang atau terima konsekuensi.”

“Mainnya ngancem, nih? Seru juga.”

Sentuhan lembut Brisha perlahan merambat ke area tengkuk Arzhel. Memajukan wajah cowok berambut coklat itu hingga napas mereka bertubrukan. Brisha tetap di posisinya, tanpa terkecoh kalimat penekanan dari pihak lawan.

Justru situasi seperti ini sangat memacu adrenalin.

“Kalo gitu, mau kerjasama?” tawar Brisha berbisik.

Arzhel mengernyit tak nyaman. Sedikit bergerak mundur.

“Gak minat,” tolaknya.

“Jangan langsung nolak, dong. Pikirin aja dulu, toh kita sendiri yang dapet untung. Lo pacaran boongan sama gue dan kita bikin kontrak. Lo bebas dari rumor homo, dan gue lebih deket sama Jaziel.”

“Gak. Pergi sana.” Arzhel menepis lengan Brisha dengan tolakan untuk kedua kalinya.

Sementara respons Brisha, ia sudah meledak-ledak. Senyumannya berubah masam, cukup sulit menjinakkan singa liar.

Lagi pula, apa gunanya Arzhel berbuat hal bodoh dan konyol begitu. Lebih baik menyibukkan diri dengan belajar mendalami banyak materi akademis.

“Ck, ternyata lo gak tau yang namanya simbiosis mutualisme,” gerutu Brisha mendelik. Turun dari meja bersiap pergi.

“Oke, kalo lo masih betah dicap homo doyan batang, terserah! Kesempatan lo udah abis dari gue. Bye.”

Belum sempat Brisha menarik langkah pergi, sebelah lengan besar berurat milik Arzhel mendadak mencengkeramnya. Refleks Brisha berputar badan lagi, menatap raut iblis Arzhel yang melempar sorot mata bengis.

Tanpa diduga, Arzhel menarik Brisha mendekat. Sampai tubuh mereka beradu.

“Bukannya gue nolak, gue cuma takut lepas kendali,” bisik Arzhel menggeram.

Brisha mengerjap linglung. “Maksudnya?”

“Gue peringatin sebelum lo nyesel. Sekali lo masuk, gue gak akan pernah ngasih jalan keluar. Sampe kapan pun, milik gue tetep jadi milik gue. Itu peringatan kecil. Paham?”

Mendengarnya, Brisha bergidik merinding.

Arzhel maju merapat, menyampirkan helaian rambut bergelombang Brisha ke belakang daun telinga. Dia menyeringai tipis.

“Jadi jangan bikin gue hilang kendali, Brisha Amarylin.”

***

TBC! ❤️‍🔥

eitss, ini baru prolog. next chapter pasti lebih uwah lagi. penasaran? vote and comment dulu yaw! thank you~

Moonstruck Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang