PROLOG

874 44 2
                                    

ANNYEONG!

WELCOME TO MY FIRST STORY, GUYS!!

WARNING!!

CERITA INI HANYA IMAJINASI, BILAMANA ADA KESAMAAN NAMA TOKOH, TEMPAT, GENG, ATAU APAPUN ITU YANG BERADA DIDALAM CERITA INI ADALAH MURNI KETIDAK SENGAJAAN SAYA SELAKU AUTHOR.

MERASA PLAGIAT NAMA TOKOH? KALIAN MENCARI REKOMENDASI ATAU MEMANG MEMBUAT SENDIRI? JIKA REKOMENDASI, SAYA JUGA BANYAK MENCARI REFERENSI NAMA TOKOH DARI BERBAGAI MEDIA.

SO, PANDAI-PANDAILAH BERKOMENTAR. JARI-JARI TANGANMU ADALAH HARIMAU MU! SAKIT FISIK BISA DISEMBUHKAN, NAMUN SAKIT HATI MANA ADA YANG TAHU, IYA, KAN?

PLAGIAT HARAP MENJAUH!

HAPPY READING, GUYS!

***


"Enjoy every moment."

_Calderioz_

***

Membolos adalah rutinitas yang tak boleh dilewatkan oleh anak-anak Calderioz.

Seperti halnya saat ini. Disaat teman-teman sekelasnya tengah mengadu nasib dengan guru fisika mereka yang terkesan killer, mereka malah sibuk mengisi perut dengan berbagai macam makanan.

Ada kepuasan tersendiri saat melihat Pak Djarot yang memelototi mereka dengan kumis anti badai nya yang berkedut-kedut. Terlebih, guru berbadan pendek berperut buncit itu selalu mengeluh pengap saat mengejar mereka yang memilih melarikan diri dari amukan pria paruh baya itu.

Warung Cang Sodik adalah tempat yang sering mereka kunjungi. Bahkan, saking seringnya mereka berada di sana, warga SMA Excel memanggilnya dengan 'tongkrongan Calderioz'.

Tak ada yang berani mendatangi warung yang terletak dibelakang gedung sekolah yang tak terpakai itu. Dikarenakan tempatnya yang jauh dari area sekolah, juga karena selalu banyak anak-anak Calderioz yang menongkrong.

"Beli baskom beli kacang."

"Cakep!"

"Samlekom Cang!"

Cang Sodik geleng-geleng. "Waalaikumsalam," jawabnya.

"Lain kali mah atuh salamnya yang benar. Itu, 'kan do'a!" ujar Cang Sodik membuat Adam cengengesan.

"Hehe, iya, Cang. Maklum, tadi lidahnya kepeleset dikit."

"Ini teh bukannya belum jam istirahat? Kok udah pada keluar aja atuh, kalian teh bolos lagi?" tanya Cang Sodik.

"Bolos atuh, Cang," sahut Zico.

"Enggak takut dihukum memangnya?"

"Dihukum mah masalah belakangan, Cang. Sekarang ngisi perut dulu, biar nanti kalau ketahuan bolos ada energinya," ujar Rega membuat Cang Sodik lagi-lagi menggelengkan kepalanya.

"Bukannya apa-apa atuh. Kalian teh masih muda, masa depannya masih panjang. Sekolah yang benar, biar jadi orang sukses," nasihat Cang Sodik.

"Hehe ... iya, Cang. Sekarang Zico udah boleh pesan belum?"

Cang Sodik mengangguk. "Mau apa?"

"Mau mie goreng pakai telur mata sapi, minumnya teh anget aja."

"Samain, Cang!" ujar Gerrald.

"Adam juga!" serunya.

"Punya Rega rasa soto, Cang."

"Siap!" Cang Sodik menoleh ke arah laki-laki yang tengah memakan gorengan. "Jeffrey enggak pesan juga?" tanyanya.

"Jef udah beli bubur tadi, mau makan gorengan aja," katanya.

Cang Sodik hanya mengangguk saja sebagai balasan.

"Si Aji bakal kena semprot Bu Mumun enggak, sih?" Zico meraih snack yang menggantung dekat kepala Rega.

"Dia tadi gue ajak enggak mau," ujar Adam.

"Jelas enggak mau, dia enggak akan mungkin lewatin rumus-rumus yang katanya bikin candu itu."

"Candu, ya, Dam?" Rega terkekeh.

"Gue bisa ngitung kembalian rokok tanpa pakai kalkulator aja udah bersyukur banget."

Adam sibuk mencocolkan gorengan yang dipegangnya pada saus yang berada dihadapan Jeffrey.

Gerrald mengernyit.

"Ngapain pakai dihitung segala? Kan yang ngasih kembalian tukang dagangnya, bukan elo!"

"Suka kurang duitnya, kemarin aja kurang dua ribu. Jadi gue balik lagi," kata Adam membuat teman-temannya melongo.

"Seriusan lo balik lagi?"

Adam mengangguk mengiyakan.

"Lumayan, buat beli gorengan!"

"Dua ribu doang, ikhlasin aja kali!!" Rega menyahut gorengan yang berada ditangan Adam lalu memakannya.

"Punya gue, anjir!"

"Sengaja, biar enggak usah bayar." Rega cengar-cengir.

"Sialan amat lo!"

***

Bagian pertamanya aku update dua hari lagi, ya.

See you, guys

JeffreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang