Holla
Di Jumat berkah ini, alhamdulilah aku dapet hidayah wkwk.
Sorry kalo makin ngawur, jujur ide aku udah teralihkan buat cerita lain. Tapi disatu sisi aku juga pengen cerita ini selesai.
Dari aku, buat kalian yang setia nunggu.
Selamat membaca, sayang❤️
•
•
•~•°•~
"Aku enggak apa-apa, kamu aja. Seriusan!" ujar Shena meyakinkan suaminya.
Beberapa menit lalu, mereka tengah memperbincangkan perihal perguruan yang akan ditempuh Jeffrey. Lalu kemudian, laki-laki itu mengajak serta istrinya agar ikut mendaftar juga di universitas yang sama dengannya, namun gadis itu menolak.
Alasannya, karena ibunya meminta agar gadis itu fokus mengurusnya dirumah. Menjadi istri yang baik baginya.
"Masa aku doang yang kuliah." Jeffrey berdecak. Shena sungguh keras kepala!
Shena meraih wajah tampan Jeffrey, menangkup kedua pipi tirus laki-laki itu lalu membelainya lembut.
"Aku ... mau jadi istri yang baik buat kamu. Ngurus semua keperluan kamu, cuma aku. Tanpa bantuan kamu," ucapnya.
"Sayang, selama ini kamu udah jadi istri yang baik buat aku. Istri terbaik yang selalu penuhi kebutuhan aku, soal sapu-sapu, ngepel, sama jemur baju itu emang aku mau bantu." Digenggamnya tangan Shena dengan lembut.
"Soal rumah tangga itu enggak seharusnya semua dikerjain sama cewek. Ibu rumah tangga itu cuma status, suami juga perlu andil dalam pekerjaan rumah istrinya."
"Aku juga mau jadi suami yang baik buat kamu, Shen, yang bisa meringankan pekerjaan istrinya. Bukan cuma ongkang-ongkang kaki sedangkan kamu kecapean."
"Soal ibu, biar aku yang bilang. Aku egois kalau cuma aku yang bisa ngejar mimpi aku, sedangkan kamu mengorbankan semuanya buat aku—"
"Tujuan awal aku memang begitu, Jef," potong Shena cepat.
Jeffrey menggeleng. "Aku pengen kita sama-sama sukses, Shen. Aku dengan gelar ku, dan kamu dengan gelar mu."
"Aku pikir-pikir dulu," kata Shena membuat Jeffrey berdecak malas.
Laki-laki itu kemudian beringsut menjauh. Pura-pura merajuk.
"Aku juga enggak mau kuliah kalau kamu enggak kuliah!" rajuknya.
Menghela nafasnya. Shena merapatkan dirinya pada laki-laki itu, memeluknya dari samping.
"Biarin aku kuliah tahun depan," putus Shena pada akhirnya.
"Kenapa enggak barengan aja? Biar lulusnya barengan juga."
Shena mengangkat lengan Jeffrey untuk melingkupi dirinya, yang langsung dimengerti laki-laki itu. Jeffrey kemudian membalas dekapannya.
"Tahun ini, biarin aku sepenuhnya jadi istri kamu, tanpa embel-embel mahasiswa, atau yang lainnya." Ia mendongak menatap Jeffrey. "Sure?"
Anggukkan singkat dari laki-laki itu membuat senyum Shena merekah.
"Janji, ya? Harus kuliah," kata Jeffrey.
"Iya, Sayang."
***
"Gue mau bicara sama lo!" ujar Jihan siang itu. Wajahnya terlihat jutek saat berbicara berdua dengan Shena, berbeda sekali ketika ada Jeffrey ditengah-tengah mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey
Teen Fiction"Duka terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri." ______ Perjodohan, memang mungkin terdengar sangat konyol di era modernisasi seperti sekarang ini. Apalagi menikah di usia yang terbilang cukup muda. Dan ini semua nyata dialami oleh Jeffrey, sang...