Eps. 36- Konvoi

135 13 4
                                    

ANNYEONG

Niat hati buat enggak bikin episode banyak-banyak tapi ide cerita lagi mekar-mekarnya.

Alhasil merayap lah kesana-kemari membawa alamat. Jeng-jeng!

Hehe. Asikin dulu enggak, sih?

Btw, maaf yaa. Aku enggak bisa balas komentar kalian, huhu ... Soalnya cuma satu huruf aja yang keluar. Enggak tahu deh ada masalah dimana nya.

Salam sayang dari aku si huba-huba🥰

Happy Reading❤



_•°•_

Hari ini, Shena ditemani oleh Cantika dan Githa dirumahnya. Sebab kata Jeffrey, laki-laki itu akan pulang larut hari ini.

Jeffrey pula yang meminta mereka berdua untuk menemani Shena, takut ia tidak ada temannya katanya. Padahal Shena sudah terbiasa sendiri, kemarin-kemarin saja waktu laki-laki itu sering berkumpul di basecamp hingga larut Shena tak ada yang menemani.

Lalu kenapa hari ini dia susah-susah meminta kedua temannya untuk datang kemari? Setidaknya sampai malam nanti kalau kata Cantika.

"Shen, di rumah lo enggak ada pembantu?" tanya Githa.

"Pembantu buat apa, anjir? Rumah gue cuma ukuran 4 × 5, enggak gede-gede banget!" balas Shena.

"Ya tapi, 'kan dua tingkat."

"Di atas isinya cuma kamar doang. Dua kamarnya pun cuma sesekali gue bersihin, 'kan enggak ada yang nempatin."

Githa mengangguk setuju. "Iya juga, sih!" katanya.

Gadis itu lalu sibuk mengelilingi rumah Shena, dari dapur ke depan lalu balik lagi. Dan pada akhirnya Githa menunju taman lewat pintu belakang.

Berbeda dengan Cantika yang duduk anteng diruang tamu sembari membaca majalah. Shena merasa beruntung, setidaknya hanya Githa yang petakilan dan tak tahu malu. Cantika harus kalem pokoknya titik.

"Mau pada makan enggak, kalian?" tanya Shena saat melihat Githa kembali dari taman.

Gadis bergigi kelinci itu membawa setangkai bunga mawar ditangannya.

"Uh, so pastilah! Laper, nih, tolong bikinin makan dong IRT," ujar Githa berniat menggoda.

"Emang boleh, ya, se-IRT itu?" ledek Cantika, "jadi kebelet nikah sama Taehyung!"

"HALU!!" sembur Githa seraya melempar Cushion di sampingnya tepat mendarat di wajah Cantika.

"Ya, 'kan itu memang halu Giteung! Lagian enggak ngerugiin lo juga. 'Kan enggak mungkin kalau gue haluin bapak lo? Mau emang punya mak tiri kayak gue?" tanya Cantika dengan mata melotot.

Githa bergidik. "Dih, amit-amit!"

Shena mendesah berat. Sebenarnya bukan hal yang baik menyuruh kedua cecunguk itu menemaninya disini.

Meskipun suasananya jadi tidak sepi, karena suara-suara mereka melingkupi rumah ini, tapi tetap saja. Shena pening mendengarnya.

"Yang mau makan, ikut gue ke dapur! Kalau masih mau adu bacot lanjut aja."

Sang empunya rumah melenggang menuju dapur. Diikuti Githa dan Cantika yang saling dorong-dorongan agar sampai lebih dulu.

Boleh tidak, kata-kata kalem untuk Cantika tadi Shena tarik lagi? Sepertinya manusia memang tidak boleh dipuji.

JeffreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang