ANNYEONG
HAPPY READING♥️
•
•
•_•°•_
Setelah libur semester selama dua minggu kemarin, akhirnya hari ini mereka kembali menginjakkan kaki mereka di sekolah.
Shena tengah mengenakan sepatunya di teras, sembari menunggu Jeffrey yang katanya sakit perut dan mau setor pagi.
Ia merasa beruntung karena cewek-cewek Excel tidak banyak komplen saat tahu Jeffrey akhir-akhir ini terlihat dekat dengannya. Mereka juga tak membuat rusuh, apalagi membully dirinya seperti yang sering ia baca di cerita wattpad.
"Ayo, Shen!"
Gadis itu menoleh saat Jeffrey keluar dari rumah sambil mengunci pintu. Ia menelisik penampilan laki-laki itu lalu berdecih.
"Mau sekolah apa tawuran?" tanya Shena dengan bersedekap dada.
Jeffrey menaikkan sebelah alisnya. Paham arah pandang Shena mengarah pada seragamnya ia terkekeh.
"Pulang sekolah nanti gue ada konvoi. Jadi, lo bisa pulang sendiri, 'kan?" ucap laki-laki itu enteng.
Shena menatap curiga laki-laki yang berdiri menjulang di hadapannya.
"Konvoi atau tawuran?"
"Konvoi Shena," kata Jeffrey lembut, "udah lama banget kami enggak konvoi."
"Tapi enggak bakal bikin ulah sama bikin macet jalanan, 'kan? Enggak usah bikin rugi pengendara lain sama warga, deh!"
"Enggak bakal bikin rusuh, tapi kalau enggak bikin macet, gue enggak janji. Calderioz itu banyak! Jalanan bakal penuh sama kami," kata nya.
"Ya udah, enggak usah pakai konvoi-konvoi segala!" imbuh Shena.
"Enggak bisalah, kami udah sepakat."
Gadis itu mendesah berat lalu meraih dasi milik Jeffrey yang tersampir di bahu laki-laki itu.
"Bisa enggak, sih, semuanya itu dipergunakan dengan baik dan pada tempatnya?!" Shena mendekat dan segera menyimpulkan dasi ditangannya pada leher Jeffrey.
Laki-laki itu memandangi wajah Shena yang tengah fokus membuat simpul. Gadis itu lebih terlihat cantik tanpa make-up jika dilihat-lihat, kulit putih bersihnya begitu bercahaya.
Apalagi melihat pipi tembam dan bulu mata lentik yang sedari tadi mengerjap-ngerjap lucu. Menggemaskan sekali!
"Bajunya dimasukin! Capek-capek gue setrika biar rapi malah jadi lecek begini. Gimana pakainya sih, lo?" cecar Shena.
"Kan tadi habis berak."
Jeffrey menurut saja. Ia membuka sabuknya lalu segera memasukkan bajunya, kedua tangan mungil Shena terangkat. Hendak membantunya, namun Jeffrey segera menahan kedua tangan gadis itu hingga hanya menggantung di udara.
"Enggak usah, biar gue aja. Nanti malah lo bikin bangun lagi! Mana masih pagi," ujarnya yang membuat Shena mengernyit bingung.
"Apa yang bangun? Elo? Kan memang sudah bangun," ucap Shena dengan kepala dimiringkan.
"Jeffrey junior," sahut laki-laki itu.
Shena semakin mengernyit. "Gak jelas, lo!" Ia berlalu menuju motor Jeffrey yang terparkir dihalaman.
"Dih, dia yang enggak paham pakai bilang enggak jelas segala. Dasar Markonah!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey
Novela Juvenil"Duka terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri." ______ Perjodohan, memang mungkin terdengar sangat konyol di era modernisasi seperti sekarang ini. Apalagi menikah di usia yang terbilang cukup muda. Dan ini semua nyata dialami oleh Jeffrey, sang...