Maaf, ya kalau di bagian-bagian kemarin garing atau terlalu bertele-tele.
Aku juga belum terlalu menguasai EYD. Masih banyak kurangnya, jadi mohon di malkum ya.
Cerita ini tuh sebenarnya ada unsur non-fiksi nya juga, guys. Tapi aku rombak lah dikit-dikit.
Hewan apa yang kalian sukai? Sebutkan alasannya!
Lebih suka nonton atau baca?
Salam santun dari aku si pencinta biru💙
Happy Reading❤
°
°
°_•°•_
Jeffrey kira, acara bolosnya akan berjalan mulus. Tapi lagi-lagi Hendrey dan gadis menyebalkan itu menggagalkan nya, terlebih setelah kembalinya Hendrey si Ketua OSIS yang sialnya merangkap sebagai kembarannya.
Hendrey terlihat beberapa kali menghela nafasnya pasrah ketika melihat adik kembarnya tengah dimarahi pak Djarot. Sedangkan laki-laki itu terlihat duduk dengan ogah-ogahan, seperti tak peduli dengan apapun yang tengah dibicarakan oleh pria paruh baya dihadapannya.
Jeffrey malah sibuk memilin ujung seragam sekolahnya yang sengaja laki-laki itu keluarkan, lalu melepasnya, memilinnya lagi, dan terus seperti itu hingga seragamnya terlihat kusut.
Setelah tiga hari kemarin dirinya dirawat di rumah sakit. Hari ini adalah hari pertamanya bertemu kembali dengan gadis berkuncir kuda yang menjadi malaikat penolongnya malam itu.
Katakan hari ini adalah hari kesialannya. Sudah tak menggunakan atribut lengkap, ketahuan membolos di ruang seni, juga tidak mengumpulkan tugas.
Sehingga berakhirlah ia diruang konseling bersama teman-temannya. Lagian, memangnya tidak bisa ditoleransi? Ia kan sakit kemarin.
"Kamu itu sudah kelas dua belas, Jeffrey. Kapan kamu akan berubah?" tanya pak Djarot.
Sedari tadi laki-laki paruh baya itu tak berhenti memberikan kultum perihal penerus bangsa.
"Mana bisa saya berubah, 'kan bukan ultraman."
Teman-temannya hanya menunduk mendengarkan ocehan pak Djarot yang terus mengarah kepadanya.
Ya Allah, Adam mau ketawa tapi takut berdosa. Kalau ditahan takut kentut, gimana dong? batin Adam.
"Saya sedang tidak bercanda!"
Pak Djarot memijat pangkal hidungnya. Lelah sekali terus menghadapi tingkah Jeffrey setiap harinya.
"Iya tahu. Bapak kurang cocok soalnya kalau jadi pelawak," ujarnya.
Yang bolos banyakan, yang dimarahin gue doang! batin Jeffrey. Enggak adil.
"Algie, bapak akan pindahkan kamu ke kelas unggulan hari ini juga!" tegas pak Djarot.
Aji yang duduk anteng di samping Jeffrey menegakkan tubuhnya. Ia menumpukan kedua tangannya di atas meja.
"Maaf, pak. Saya tidak bisa meninggalkan teman-teman saya. Cukup Jeffrey dan Zico yang berbeda kelas dengan kami," ucap laki-laki itu.
Shena yang berada di sana mendengus mendengarnya.
Setia banget deh perasaan sama si mulut lemes itu, batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey
ספרות נוער"Duka terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri." ______ Perjodohan, memang mungkin terdengar sangat konyol di era modernisasi seperti sekarang ini. Apalagi menikah di usia yang terbilang cukup muda. Dan ini semua nyata dialami oleh Jeffrey, sang...