ANNYEONG!
Satu sampai sepuluh, cerita ini diangka berapa, guys?
Terimakasih banyak-banyak buat kalian yang udah mampir dan semangatin aku, semoga selalu dalam lindungan Tuhan, ya.
Kalian kalau baca wattpad suka sambil ngapain?
Lagu favorit kalian apa, gengs?
Salam santun dari aku si pencinta biru💙
Happy Reading❤
•
•
•_•°•_
Jeffrey beberapa kali menguap lebar. Sungguh sangat membosankan mendengar pak Budi membahas perihal sejarah Indonesia didepan sana. Pembahasannya yang sudah ngalor-ngidul tak ada satupun yang berhasil masuk ke dalam otaknya.
Laki-laki itu melirik Zico yang sudah terlelap disampingnya. Pintar sekali si bedebah itu, bersembunyi dibalik punggung Shena yang tengah fokus mendengarkan penjelasan pak Budi.
Apalagi, saat pelajaran pertama tadi ia habiskan untuk mendengarkan petuah dari Pak Djarot karena surat panggilan kemarin. Ia juga terpaksa menyewa tukang ojek yang tengah mangkal di halte untuk menjadi walinya.
Untung juga si Hendrey enggak mengadu sama bapaknya. Kalau James tahu, habislah sudah riwayatnya.
Katakan saja ini adalah kesialan nya yang kesekian karena memilih duduk dibelakang bangku Shena yang hari ini tengah duduk seorang diri. Gadis itu dan kedua temannya memang sering kali duduk selingan, setiap harinya akan selalu ada yang duduk seorang diri.
Ingin mengikuti jejak Zico, namun pak Budi sudah beberapa kali melirik ke arahnya yang sudah dalam keadaan merem melek. Ia yang masih berusaha menjaga kesadarannya terus diawasi, sedangkan Zico yang sudah terjun ke alam lain dibiarkan saja. Huh, menyebalkan!
SRKK
Jeffrey dengan segala tingkah jahilnya mendorong kursi yang diduduki Shena menggunakan kakinya.
Ringan banget anjir! batin Jeffrey.
Shena yang merasakan kursinya sedikit maju mendengus pelan, lalu menengok sekilas ke arah laki-laki dibelakangnya yang malah cengar-cengir.
Watados banget mukanya.
Sekali lagi, Jeffrey melakukan hal yang sama pada Shena yang kini sudah anteng kembali. Laki-laki itu terkikik saat helaan nafas gadis itu terdengar dan malah memilih menarik kursinya sedikit menjauh dari meja Jeffrey.
Masih belum puas, Jeffrey semakin menjulurkan kakinya agar dapat menggapai kursi milik Shena. Setelah berhasil, ia kemudian mendorong nya dengan sekuat tenaga, membuat tubuh gadis itu terhuyung. Sedangkan lututnya terkatuk pada kaki meja.
"Bisa diem enggak sih?" tanya Shena galak.
"Enggak bisa," sahut Jeffrey.
Gadis itu merengut kesal, kedua alisnya menukik.
"Lo tuh ganggu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey
Teen Fiction"Duka terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri." ______ Perjodohan, memang mungkin terdengar sangat konyol di era modernisasi seperti sekarang ini. Apalagi menikah di usia yang terbilang cukup muda. Dan ini semua nyata dialami oleh Jeffrey, sang...