Eps. 42- Perasaan Shena

143 12 7
                                    

Hai, gimana kabarnya?

Maaf, ya, udah selalu buat kalian nunggu.

So, untuk kedepannya aku bakal up sesuai mood. Aku masih mikirin akan bagaimana ending dari cerita absurd ini, hehe.

Selamat membaca♥️

Minjae🌱✨




_•°•_

"Tuh orang bilang apa waktu pagi sama lo?" tanya Jeffrey pada Shena ketika guru yang mengajar dikelas mereka keluar dan dilanjutkan dengan free class, karena Bu Mumun guru matematika mereka berhalangan hadir.

"Siapa? Hendrey?"

"Memang ada berapa orang yang bicara sama lo?" dengus laki-laki itu.

"Eum ... empat kalau enggak salah," kata Shena kontan membuat Jeffrey menatap garang gadis itu.

"Anjir, siapa aja? Kok banyak banget, perasaan tadi yang ngajak lo ngomong cuma si dodol doang."

Jeffrey merengut sebal, membuat Zico yang duduk disampingnya geleng-geleng.

Geli anjing, mode cemburunya kayak cewek! batinnya.

"Jangan di usilin, Shen. Nanti merajuk, susah dibujuk nya." Ia terkekeh melihat wajah Jeffrey yang suram. "Masa ceweknya ngobrol sama orang aja cemburu sih, Jef. Tanya dulu ngobrol nya sama siapa, ngobrolin apa aja," nasihat Zico.

"Sok paham lo!" ketus Jeffrey.

"Paham lah, gue kan mantan kadal." Laki-laki itu tertawa.

"Bukannya masih?" tanya Shena.

"Enggak, udah insaf. Kan sekarang lagi fokus mengejar masa depan, mau memperjuangkan Cantika. Izin, ya, Shen!"

"Emang Cantika nya mau sama lo?"

Shena melirik gadis yang tengah dibicarakan anteng-anteng saja. Cantika tengah membaca komik yang tadi gadis itu pinjam dari teman sekelas mereka.

Zico menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Enggak tahu, sih. Tapi pasti maulah, secara gue, 'kan cakep!"

"Dih, pede gila."

Shena berlaga ingin muntah. Merasa muak mendengar kenarsisan laki-laki tukang gosting itu.

"Shena, ih!" rengek Jeffrey.

Zico bergidik jijik. Anjir, sejak kapan bos gue rengek-rengekan gini? Pelet Shena memang manjur, sih.

"Apa?" Shena memperhatikan laki-laki itu yang menarik kursinya mendekat ke arah Shena.

Githa yang hari ini duduk bersamanya hanya acuh tak acuh. Gadis itu tengah maraton Bollywood.

"Lo ngobrol sama siapa aja tadi? Ngobrol apa aja?"

Shena menyugar rambut suaminya dengan pelan menggunakan jari-jari tangannya.

"Enggak ngobrol sama siapa-siapa, Jef. Sama Hendrey doang, yang tadi bercanda."

"Ngomongin apa sama dia?"

"Gue cerita tapi harus tenang, enggak boleh emosi," ucap Shena.

"Memangnya dia bilang apa? Kalau lo bilang begitu berarti dia bilang macam-macam sama lo, 'kan?"

JeffreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang