Annyeong haseyo chingu~ya
Gitu gak sih nulisnya? Huhuuu
Berapa bulan sudah author yang sangat-sangat pemalas ini tidak update??
Ingetin aku plis😭 aku sering lupa kalau punya lapak juga di WP🤧 udah gak pernah baca dan buka-buka aplikasi Oren ini selama beberapa bulan terakhir.
Semoga masih minat ya, aku udah lupa harus bagaimana. Jadi aku tulis sesuai apa terpikir sama aku saat ini.
Happy reading guys🫶
•
•
•~•°•~
Sudah dua minggu lebih semenjak Jeffrey memutuskan untuk mengijinkan Jihan tinggal dirumahnya, dan akhir-akhir ini gadis itu seperti mengambil alih pekerjaan yang seharusnya Shena kerjakan.
Bahkan perihal keperluan Jeffrey pun Jihan yang mengurusnya, padahal Shena sudah beberapa kali menegur gadis itu agar tak perlu susah-susah mengurusi suaminya. Tapi gadis itu tetap kekeh, lalu di anggap apa Shena dirumahnya? Bukankah ia ini istrinya Jeffrey?
"Pagi, Jef!!" sapa Jihan riang ketika melihat Jeffrey dan Shena menuruni anak tangga lengkap dengan seragam sekolah yang mereka kenakan.
Shena mendengus pelan. Sudah tidak aneh jika mendengar Jihan hanya menyapa Jeffrey setiap pagi. Jelas-jelas ia berjalan berdampingan dengan suaminya yang sialnya malah menampilkan senyuman manis dan membalas sapaan Jihan.
"Pagi juga, Han."
"Kok lo masak, sih, Han? Gue bilang, kan enggak usah. Gue masih mampu buat ngurus suami gue," ujar Shena sedikit menekankan kata-kata terakhirnya.
"Enggak papa, kan kewajiban," katanya.
Kewajiban apa yang dimaksud gadis itu? Kewajiban dalam mengurusi suaminya? Memangnya dia siapa?
"Eh, sini, Jef!"
Jihan menarik tangan Jeffrey kemudian mendudukkannya di kursi depan meja makan. Gadis itu juga dengan sigap mengambilkan sarapan untuk Jeffrey.
Shena melotot. Wah, kebangetan banget tuh cewek! Bau-baunya mau jadi pelakor nih orang.
Dengan langkah lebar Shena menghampiri kedua manusia berbeda gender itu, kemudian segera mengambil alih pekerjaan yang tengah dilakukan Jihan.
"Biar gue aja, Jihan," ucap Shena sedikit jutek. "Dia suami gue kalau lo lupa."
Terlihat gadis itu tersenyum kikuk lantas mendudukkan dirinya di kursi yang berhadapan dengan Jeffrey.
"Banyak banget, nanti aku sakit perut, Shen."
Jeffrey menahan tangan Shena yang tengah mengambilkan nasi goreng ke piring milik Jeffrey.
"Berdua sama aku. Aku mau disuapin kamu!" balas Shena sambil melirik Jihan yang terlihat cemberut.
Laki-laki itu terlihat menaikkan sebelah alisnya, namun tak bisa menyembunyikan senyumnya. Ditariknya kursi yang berada disampingnya agar lebih dekat, kemudian menyuruh Shena mendudukinya.
"Seneng deh, kamu mau manja-manja gini sama aku," ucap Jeffrey, "sampe mau disuapin segala. Padahal biasanya kalau aku maksa pun kamu enggak mau."
"Ya udah, mulai dari sekarang aku mau makan disuapin kamu aja. Kamu suka, 'kan?" Sekali lagi Shena melirik ke arah Jihan yang berwajah masam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey
Teen Fiction"Duka terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri." ______ Perjodohan, memang mungkin terdengar sangat konyol di era modernisasi seperti sekarang ini. Apalagi menikah di usia yang terbilang cukup muda. Dan ini semua nyata dialami oleh Jeffrey, sang...