ANNYEONG
Hei kalian, ada skedule apa aja hari ini kalau boleh tahu?
Omong-omong aku baru tahu kalau wattpad cuma kasih 100 vote selama 24 jam. Dan kemarin aku udah melebihi kapasitas, jadi sekarang ngang ngong aja. Enggak bisa kasih vote😭
Salam dari aku istrinya Jaemin💖💋
Happy Reading ❤
•
•
•_•°•_
Jeffrey berdecak malas saat James berulang kali menelponnya. Ada urusan penting apa sehingga pria paruh baya itu terus menerus memintanya untuk segera pulang.Terlebih Hani malah ikut-ikutan mengiriminya banyak pesan singkat, memberikan voice note dengan isi yang sama.
"Ngapain, sih? Pakai suruh-suruh pulang segala, biasanya juga masing-masing!" dumel Jeffrey seraya memasuki rumahnya.
"Kenapa?" tanya Jeffrey saat mendapati James berada diruang tamu bersama Hani.
Mau kemana laki-laki itu? Rapi sekali.
"Cepat ganti pakaian kamu, Jef. Papa tunggu disini," ujar James.
Jeffrey mengernyit. "Apa, sih? Gak jelas banget."
"Biar aku saja, kamu tak perlu bicara!" seru Hani saat melihat James yang sepertinya tidak suka dengan respon yang diberikan oleh putra bungsu mereka.
"Jef, ikut mama, ya?"
Hani segera menggiring tubuh tegap Jeffrey menuju kamar laki-laki itu yang berada di lantai dua.
"Pakai ini!"
Wanita itu menyodorkan sebuah kemeja berwarna denim juga celana bahan berwarna hitam ke arah Jeffrey.
"Apa ini?" tanyanya.
"Kamu pakai aja, mama tunggu kamu disini," ujar Hani seraya mendudukkan dirinya di ujung kasur.
Dengan raut bingung, Jeffrey membawa pakaiannya menuju kamar mandi. Selang beberapa menit, laki-laki itu kembali dengan pakaian yang tadi diberikan oleh Hani.
Wanita paruh baya itu tersenyum simpul lalu menghampiri Jeffrey. Membenarkan kerah kemeja laki-laki itu kemudian menyisir rambutnya, membuat kedua matanya terpejam.
Jujur Jeffrey rindu momen-momen seperti ini bersama Hani. Dulu, dulu sekali, sebelum semuanya serumit saat ini, mereka sering menghabiskan waktu bersama di taman belakang rumahnya. Bercanda dan bermain bersama.
Namun, tanpa alasan yang jelas. Kebahagiaan itu lenyap seketika, mereka jadi lebih sering memperhatikan Hendrey dan mengabaikannya.
Seolah keberadaannya bukanlah suatu hal yang penting untuk mereka.
"Jef, boleh mama minta sesuatu sama kamu?" tanya Hani.
Jeffrey membuka kelopak matanya. "Apa?"
"Terima apapun yang akan terjadi malam ini."
Kedua alis Jeffrey tertaut.
"Memangnya apa yang akan terjadi?"
Hani memeluknya, membuat tubuh laki-laki itu menegang. Selama sepuluh tahun ini mereka bersikap bagaikan orang asing di kehidupannya.
Jangankan bertanya perihal sekolahnya, perihal keadaannya pun tak pernah. Jeffrey tak pernah paham apa yang terjadi pada keluarganya.
Ia selalu bertanya apa yang salah terhadap dirinya, sehingga mereka memperlakukannya tak adil. Namun, tak pernah ada satupun balasan dari apa yang selama ini ia tanyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey
Novela Juvenil"Duka terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri." ______ Perjodohan, memang mungkin terdengar sangat konyol di era modernisasi seperti sekarang ini. Apalagi menikah di usia yang terbilang cukup muda. Dan ini semua nyata dialami oleh Jeffrey, sang...