Annyeong
Alhamdulillah malam ini aku diberi hidayah untuk update cerita ini wkwk.
Ada yang nungguin kah?
Selamat membaca ya🥰
•
•
•_•°•_
Jeffrey menyunggingkan senyumnya kala melihat benda yang kini berada dalam genggamannya. Ia akan segera memberikannya pada Shena, agar gadis itu dapat segera mengenakan nya.
Itung-itung sebagai ucapan permintaan maafnya juga karena ia telah membabat habis bibit bunga gadis itu di taman belakang tadi pagi.
"Shen!"
Shena yang tengah menilap baju menoleh pada Jeffrey yang berdiri diambang pintu.
"Iya? Kenapa? Butuh sesuatu?"
Jeffrey berjalan mendekat dengan sebuah paper bag berwarna coklat muda lalu menyodorkan nya ke arah Shena.
"Buat lo," katanya.
"Ini apa? Gue lagi enggak ulang tahun, loh." Gadis itu mengernyit, namun tetap menerima pemberian Jeffrey.
"Buka aja."
Shena menurut lalu membukanya, alangkah terkejutnya ia ketika melihat isi didalamnya.
"Seriusan buat gue?" tanyanya tak percaya.
Jeffrey mengangguk. "Hape lo udah rusak, udah retak-retak, jadi gue beliin yang baru."
"Beli yang biasa, 'kan bisa. IPhone mahal loh, Jef, bisa buat jajan bulanan gue setahun lebih."
"Kalau bisa ngasih yang lebih, kenapa harus yang biasa?" ujar Jeffrey membuat lengkungan indah dibibir Shena tercetak jelas.
Gadis itu menyingkirkan baju di pangkuannya lalu bangkit dan menghadap Jeffrey.
"Gue boleh peluk?" tanya Shena ragu.
Jeffrey tertegun. Selama hampir tiga bulan menikah, mereka tak pernah berpelukan saat sadar seperti ini. Paling jika sedang tidur, itupun kalau Shena tak merengek pengap dan minta dilepaskan.
Laki-laki itu mengangguk dengan kedua tangan dilebarkan, meminta Shena agar segera menghamburkan diri ke dalam pelukannya.
"Makasih, Jef!" kata Shena.
Laki-laki itu mengangguk dan meletakkan dagunya di kepala Shena. Jeffrey juga mengusap punggung gadis itu dengan lembut.
Jujur saja, ia merasa nyaman dengan Shena. Entah sejak kapan perasaan itu tumbuh, yang jelas Jeffrey tak mau kehilangan gadis yang kini berada dalam dekapannya ini. Selama ini, tak pernah ada yang mau repot-repot mengurusi hidupnya, tak pernah ada yang mau susah-susah memenuhi kebutuhannya.
Tapi setelah ada Shena, warna kelabu di hidupnya sedikit memberikan warna lain sekarang. Jeffrey sangat tahu sikapnya sangat menjengkelkan, tapi dengan kesabaran yang Shena punya, gadis itu berhasil menjadi seorang istri yang baik untuknya.
"Lo suka sama hapenya?"
Gadis itu mengangguk pelan. "Suka banget. Sekali lagi makasih ya, suami."
Jeffrey terkekeh. Entah kenapa perutnya selalu dipenuhi ribuan kupu-kupu jika Shena memanggilnya seperti itu.
Benarkah ia telah jatuh cinta pada gadis sederhana ini?
"Omong-omong, maaf buat yang tadi pagi. Nanti gue cariin lagi bunga yang kayak gitu, kita beli banyak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jeffrey
Teen Fiction"Duka terbesar adalah yang kita sebabkan sendiri." ______ Perjodohan, memang mungkin terdengar sangat konyol di era modernisasi seperti sekarang ini. Apalagi menikah di usia yang terbilang cukup muda. Dan ini semua nyata dialami oleh Jeffrey, sang...