Eps. 19- Wali nikah?

121 12 2
                                    

ANNYEONG

Btw, motto hidup kalian apa, guys?

Ada enggak diantara kalian yang masih mikirin wali nikah? Berlaku buat yang bapaknya dua aja, sih. Wkwk

Salam dari aku sangat makhluk bumi🌎

Happy Reading❤




_•°•_

Hal yang paling tidak Shena sukai dalam hidup adalah membahas perihal wali nikahnya.

Sepulang dari butik mamanya Jeffrey tadi, Mia menelponnya dan meminta dirinya untuk pergi ke Sukabumi dan menemui ayah kandungnya. Meminta lelaki paruh baya yang hampir dua belas tahun ini tidak Shena temui itu untuk menjadi wali nikahnya.

Bahkan wajahnya saja Shena tak tahu seperti apa.

Jeffrey menatap gadis yang termenung dibelakang punggungnya lewat kaca spion. Tadi, ia sempat mendengar Shena berbicara dengan ibunya lewat telepon.

Ia tak tahu harus bereaksi apa, ia pikir Ardian adalah ayah kandung dari perempuan yang akan menjadi istrinya ini. Sebab jika dilihat dari arah pandang seorang ayah, Ardian terlihat begitu menyayangi Shena.

"Jef," panggil Shena agak keras. Takut suaranya teredam oleh angin.

"Apa?"

"Kalau gue minta tolong untuk anter ke Sukabumi hari ini, lo mau?"

"Boleh, mau sekarang atau balik dulu?" tanya Jeffrey seraya melirik Shena dari spion motornya.

"Sekarang aja, tapi pelanin dulu motornya, atau berhenti dulu, deh. Gue mau hubungin sepupu gue dulu buat minta alamat bokap," katanya.

Jeffrey menepikan motornya lalu menoleh ke belakang, menatap Shena yang tengah mengotak-atik ponselnya.

"Hallo, Kinan," ucap Shena saat sambungan telepon nya terhubung.

"iya, kenapa Shen?"

"Aku boleh minta alamat bapak enggak?"

"Boleh, tapi bapak kamu udah enggak tinggal disini lagi. Dia udah pindah rumah beberapa tahun lalu."

"Tapi masih daerah Sukabumi, 'kan?" Shena menusuk-nusuk punggung Jeffrey, membuat laki-laki yang kini tengah fokus menatap jalanan itu kembali menoleh.

Jeffrey mengangkat sebelah alisnya, Shena menginstruksikan agar laki-laki itu membantunya melepas kaitan helm. Paham atas kode yang diberikan oleh gadis itu, ia segera membantu Shena melepas helmnya.

"Iya, masih daerah sini. Cuma beda kecamatannya aja, kok."

"Aku mau ke sana sekarang, Ki," kata Shena lagi pada seseorang diseberang sana setelah helm di kepalanya terlepas.

"Nanti kamu mampir ke sini, ya kalau udah ketemu sama bapakmu. Aku kangen kamu loh!"

Shena terkekeh. "Iya, kalau sempat aku mampir ke rumah kamu, deh."

JeffreyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang