13| Walk

36 12 5
                                    


"DAMERA ASTAGA!! TUPERWARE BUNDA MANA?!!"

"Astaga iya! Dasar! Cowok siapa sih itu?! Gue bonyokin juga ya wajahnya, udah dibilang langsung balikin! Gak tau diri!" cerocos Damera sembari keluar dan berjalan dengan langkah cepat kerumah tetangga baru sebelahnya itu.

Dia menggedor-gedor pintu rumah itu dengan kesal, tuperware itu mahal. Sebagai cewek, Damera tak sudi orang seenaknya mengambil pengalih asuhan tuperware bundanya. Nggak bakalan rela.

"WOI KELUAR LO!! TUPPERWARE EMAK GUE BALIKIN!!" Damera mengepalkan tangannya, bersiap meninju pemuda yang kurang ajar baginya itu. Tidak amanah sekali, cih.

Willows berjalan membukakan pintu untuk oknum yang menggedor-gedor pintu rumahnya tak beretika.

Satu..

Dua..

Tiga..

BUGHHHH!!

"Aw, shit!" Willows memegang bagian bibirnya yang terkena tinju.

"LO TUH YA TUPER-- EH KAK WILLOWS?!" Damera kaget bukan main. Kok jadi gini? Malah Willows yang kena tonjok.

"Maaf. Lo salah rumah ya, Kak?! Mana tu cowok yang punya rumah ini? Gue mau tinju."

Willows menarik tangan Damera, sehingga lagi-lagi tubuh mereka bertubrukan dan mempersempit jarak diantara keduanya. "Gue orangnya. Gue yang punya rumah ini. Silahkan lo tinju lagi."

"Apa?! Lo yang punya rumah ini?! Tapi kemarin cowoknya beda!! Dia udah maling tuperware bunda gue, Kak. Gak bisa dibiarin!" Damera melihat-lihat sekeliling berusaha mencari cowok kemarin yang nyatanya adalah Han.

"Btw, lo kok tinggal disini? Bukannya lo tinggal dirumah batu."

"Lo pikir gue patrick? Gak usah bercanda," ekspresi Willows serius sekali sekarang. Sialan! Ekspresi ini begitu menegangkan, tapi justru menambah kegantengannya.

Astaga, Willows diem aja tetep ganteng, apalagi mode serius gini.

"Maksud gue, tetangga gue kan Samuel didepan sama dedek Mochidi samping kiri, serta yang baru pindah. Kok mendadak lo sih, Kak?"

Willows menarik tubuh Damera lebih dekat lagi, sialan hampir saja hidung mereka bersentuhan.

"Emang yang bisa deket sama lo Samuel doang, ya? Gue kan juga mau."

"Deket? Lo mau deket sama gue?"tanya Damera memastikan, dia takut gendang telinganya sudah pecah karena terlalu sering salah tangkap omongan orang.

"Kenapa? Salah? Lo gak izinin, gue bakal tetep mau deket sama lo."

Nggak! Belum apa-apa Damera udah naksir berat. Ini dia nggak salah denger? Ini Willows maksudnya apa? Damera nggak pernah serius soal mau jadiin Willows pacarnya, karena menurutnya akan sangat sulit. Tetapi kalau gini caranya hati Damera langsung tak tahan dengam gejolak rasa ingin memacari.

"Tapi kenapa? Kenapa lo mau lebih deket sama gue?" Willows kini mendekatkan mulutnya ke gendang telinga Damera. Sehingga sekarang deru napas pemuda itu bisa ia dengar dengan sangat jelas.

Dan Damera yakin Willows bisa mendengar dengan jelas suara detak jantungnya itu.

"Kok nanya lagi? Gue udah bilang kan. Lo nyaman dan gue suka itu," bisikan ini membuat bulu kuduk Damera mendadak naik.

Damera hanya membalasnya dengan cengengesan dengan wajah yang hampir merah sempurna. "Haha bisa aja lo, g-gue maaf, maafin gue maksudnya, Kak. Lo mau sarapan sama bunda gue nggak? Sebagai tanda maaf."

NIGHTLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang