20| gantungan kunci

36 13 13
                                        


"KAK!!!" pelukan tubuh mungil dari Damera melingkar di badan bidang milik Willows.

Sebentar, wajah Damera terlihat lebih berbinar dari biasanya. Tandanya kebahagiaannya sedang berlipat ganda, nih!

Damera melepas pelukannya. "Gue lolos SNBP PLEASE!! Makasih ya, Kak! Kak Ilo emang yang terbaik!!" ucap Damera, dengan semangat yang membara. Terlihat dari kibaran mata dan tarikan napasnya itu.

Willows terperangah. Senyumnya mengembang dengan sendirinya, tubuhnya tergerak membalas pelukan Damera. "Serius, Ra?!"

"Iya, Kak! Serius! Jurusan ekonomi! Sekali lagi makasih loh, Kak! Kak Ilo yang paling berjasa buat gue!"

"Ini juga kerena niat dan usaha lo, Ra! Gue ikut seneng!!" balas Willows masih memahat senyum. Senyum yang entah rasanya bisa abadi sepanjang hari ini. Willows mengambil alih kembali pelukan mungil mereka, memberi nuansa hangat penyejuk suasana.

"Gue mau traktir Kak Ilo makan! Mau nggak??!" tawar Damera, tanda terimakasih atas pencapaian yang tak terduga ini.

"Mau! Gue mau! Kita main di pasar malem aja gimana??! Gue juga mau kasih hadiah buat pencapaian lo!" rupanya Willows juga tak kalah semangatnya.

"Oke! Nanti malem, ya! See you, Kak!!"

[]

Wangi kopi yang menggema, seakan memakan semua harum wewangian manusia di keramaian pasar malam ini. Begitu menyengat, harum kopi Bali parfum Willows itu memang sudah menyapa hidung Damera sendiri dulu.

Damera tidak suka bau kopi, tapi dia suka Willows. Jadi, dia harus bertahan demi itu.

"Kak," Damera memutar tubuhnya seratus delapan puluh derajat ke hadap Willows. Willows menatap heran dengan wajah sedikit bingung sembari menyeruput secangkir kopi yang ia beli.

Iya, selalu kopi.

Bahkan, bau napasnya..

"Kalau insomnia itu, jangan minum kopi terus!" suruh Damera, katakanlah ini sebagai sebuah pengalihan karena mencium aroma kopi selalu membuatnya jengkel.

"Tapi ini udah kebiasaan gue, Ra. Lagian bukan kopi hitam, kok." Willows terdengar membela diri.

Damera menarik napas panjang, "Kak Ilo, apa peduli soal itu kopi hitam? Hari ini gue mau lo menerima semua saran gue, Kak!"

Willows mendekatkan wajahnya, menarik hidung Damera pelan. "Apa aja, Damera?"

Damera memasang berbagai raut wajah yang ekspresif sembelum jejeran kata-kata oceh keluar dari mulut mininya itu.
"Pertama! Lo harus biasa hidup tanpa obat tidur dan kopi, kecuali parfum lo, Kak! Supaya lo punya waktu untuk tidur. Kedua! Kalau lo tidur, lo gak belajar. Penekanan terhadap diri lo jadi berkurang, dan gue yakin lo akan lebih bahagia!"

Willows mengangguk, menarik tangan Damera mendekati wahana.

"Kak Ilo!", Damera menepis tangan Willows kasar. " Omelan gue belum selesai, Kak!"

"Itu terlalu ribet buat bikin gue bahagia. Kenapa gue gak naik wahana bareng lo aja biar lebih sederhana?"

Sialan lelaki ini. Kelewat word of affirmation, membuatnya jadi salting brutal. Damera bisa rasakan itu, dengan apple checksnya yang terasa pegal ketika ia tersenyum kala ini. Tak lama, Damera mendatarkan ekspresinya.

"Kenapa? Mau ngomel lagi?"

"Kak, " nada Damera berubah serius. "Hidup kayak gitu gak menyenangkan. "

Willows rasa lehernya tertahan, salivanya ia telan dengan kasar. Willows selalu berusaha mati-matian untuk IP sialan ini, dengan desakan keluarga yang menyertainya. Bahkan, disaat ia seharusnya bersenang-senang di pasar malam ini, ia bahkan minum kopi agar terjaga tengah malam nanti untuk sekedar memperdalam materinya.

"Gue gak suka cium bau kopi dari lo, Kak. Karena gue gak suka lo terlalu berusaha di luar batasan lo juga. Gue ingin memberi celah waktu untuk lo menikmati hidup lo ini, Kak. "

Willows diam, sudah cukup ia berusaha. Ia tidak perlu berusaha lebih lagi seakan menjadi manusia rakus yang ingin menguasai semua keinginan dunianya.

"Kalau Kak Ilo rasa nyempatin waktu untuk gue membuat lo bahagia. Maka di kesempatan itu, gue mau lo belajar bahagia yang lain, Kak. "

Willows menatap Damera. "Kenapa, Ra?"

"Lo udah banyak bantuin gue, Kak. Bisa kan gue bantuin lo keluar dari zona yang menjerat lo ini? Ini semua hanya dunia, Kak. Kita pasti gak bakal tetap tinggal. "

Willows memahat senyum, lelaki ini kian mengerti. " Lo bener. Hidup cuma sekali, mari lebih banyak melakukan hal yang menyenangkan, Ra!" Ia menarik Damera untuk segera mengantri tiket menaiki wahana tertinggi di pasar malam ini.

[]

"Gimana, Kak? Mual, gak?"

"Lo?" tanya Willows balik.

"Mual kalau hamil, " jawab Damera enteng.

"Dih, gak gitu juga, Ra!" Willows terkekeh kemudian menatap sekeliling. Mencermati satu persatu sudut demi sudut pasar malam itu. "Bentar, ya!" lelaki itu kini berlari membelah keramaian tanpa mengajak Damera.

Damera memilih duduk di bangku pasar malam, menatap rangkaian bintang demi bintang yang ditemani beberapa kembang api bersinar di atas langit.

Indah sekali, Damera menatap ke dominasi pusat cahaya langit. Rembulan, yang tak henti mencipta terang untuk langit malamnya.

Damera tersenyum, "bahkan bulan butuh malam untuk membuatnya bersinar. "

Ditengah skenario Damera tentang sang malam dan rembulannya, ia merasakan ada sebuah jari yang mentoel pundaknya.

Ketika ia berbalik, Siapa lagi? Lelaki yang-- kita sebut saja manusia kopi itu menutupi seluruh wajahnya dengan boneka beruang yang tampak menggemaskan.

Damera merebut boneka itu, memeluknya seolah ia tau bahwa itu memang untuknya. Iya memang benar. Ia ingat betul kala merengek meminta boneka di depan lelaki Kanada ini saat sedang main capit mesin di Mall.

"Kak, lo?!" Damera terharu, ia melingkarkan pelukan lagi. Semangatnya seakan menjerit tubuh Willows.

Damera melepaskan pelukan-- maksudnya jeratannya dari Willows. Ia mengembangkan senyum, yang Willows selalu balas. Entah kenapa.

"Damdam! Namanya Damdam!!" Damera memeluk boneka itu sembari berputar-putar. Beberapa waktu kemudian ia berdiri tegap, mengambil jari-jemari Willows dan memberikan sebuah gantungan kunci bergambar langit dengan bintang yang bertebaran.

"Gue yang bulan, Kak! Gue mau ngasih ini sebagai tanda terimakasih. Impas, kan?"

Willows terperangah, lalu mengacak rambut Damera. "Impas, Ra. "

Damera membalas Willows, mencubit pipinya seakan tengah terguyur sindrom adegan romantis ala drama Korea.

"Kak."

"Iya, Damera?"

"Mata lo indah, gue suka."


NIGHTLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang