06| Do Not Wait

45 15 5
                                        


   Damera  mengaduk-aduk milkshake blueberry-nya dengan sedotan sambilan menatap kosong ke arah meja cafe. Sudah cukup lama gadis itu menunggu kehadiran sosok Willows. Dia bahkan rela bersepeda untuk kemari, karena tak ada yang bisa mengantarnya. Masalah soal duit, uang jajannya kan juga dipotong sang Ayah jadi dia tak bisa memesan taksi. Soalnya lebih boros.

Damera membuka kembali ponselnya dan menampilkan chatannya dengan Willows tadi malam.

"Segoblok inikah gue sampai nungguin cowok yang bahkan gak tau bakal dateng atau nggak?" gadis berkemeja coklat itu membatin sejenak.

Rintik mulai menguyur jalanan dengan cepat, kini udara terasa lebih dingin dan lembap.

Langit terlihat semakin kelabu, hari juga sudah mulai gelap. Damera padahal berniat baik, dia hanya ingin membalas budi dengan mentraktir pemuda itu karena telah melakukan hal baik untuknya dua kali.

Damera melirik ke arah kaca jendela cafe yang menembus pandang ke arah luar, kaca itu sudah dihiasi embun.

Gadis itu melangkah mendekat ke arah kaca, menulis sepongkah kata sembari bergumam,"seharusnya gue gak kesini. Dia bahkan belum bilang iya, tapi gue malah buang waktu dan tenaga buat nunggu yang gak pasti."

Damera mulai mengetik pesan untuk pemuda yang sedang dia tunggu itu.

Lo gak dateng? |
Gue padahal udah nungguin dari tadi |
Maaf udah ganggu waktu lo |
:(|
5.29 PM

Damera segera keluar dari cafe itu, dia mengambil jas hujan bening di keranjang sepedanya, kemudian ia memakainya. Segera lah dia berlalu pergi untuk kembali pulang kerumah.

◇◇◇

Willows meringis pelan, luka yang didapatnya saat jatuh dari motor barusan terasa begitu nyilu. Apalagi sekarang terkena derasan air hujan.

Tadi Willows jatuh dari motor karena pusing kembali menghantam kepalanya. Tangannya juga mendadak gemetaran lagi. Karena insiden kecil tadi Willows mendapatkan luka sedang di bagian lututnya karena tergores aspal.

Pemuda itu bersyukur karena ia tak menabrak seseorang. Karena itu, ia terpaksa harus meninggalkan motornya di bangunan dekat ia terjatuh. Kalau ia paksa mengemudi lagi, pasti akan bahaya bagi orang lain. Jadi dia harus jalan, walau agak jauh dari cafe depan perpus yang Damera janjikan itu.

Willows menatap jam hitamnya, sudah menunjukkan pukul lima lebih, dia mendadak kepikiran Damera. Gadis itu pasti sudah lama menunggu, memikirkan itu Willows langsung berlari agar tak membuang waktu lagi.

Dua puluh menitan setelah itu, dia akhirnya sampai di perpustakaan. Kala itu Damera sudah memutar balik dengan sepedanya, sedangkan Willows masih fokus menyebrang.

Sesampai disana Willows membuka pintu cafe itu cepat. Ia menatap satu demi satu pengunjung disana, tetapi dia sama sekali tak melihat Damera.

Willows mengecek ponsel miliknya, terdapat empat pesan baru dari Damera. Saat membaca chat itu, Willows merasa bersalah seketika.

Dia kemudian melirik ke arah kaca berembun di samping pintu, tertulis kata--

"lama :("

Itu pasti Damera yang tulis, karena dia juga mengetik ":("di chat tadi.

Willowspun mendekati kaca, kemudian menulis kata--

"maaf :("

Ia menulis dari embun yang tentunya ia tunjukan kepada gadis yang sudah lama menunggunya sendari tadi, Damera.

Mendadak seorang karyawan cafe mendekatinya dan menyuruhnya menepi agar tak membuat lantai licin. Tentu karena dia sudah basah kuyup sekarang.

Karena tau diri, Willows keluar dari cafe, kepalanya benar-benar berat sekali kali ini. Dia juga belum sempat makan, tadi di rumah sakit, dia hanya mengurus Serena dan mendengarkan keluh kesah gadis itu. Tak apa, agar dia merasa lebih tenang.

Dia berjalan linglung kearah yag tak menentu, entahlah dia hanya perlu pulang.

◇◇◇

"Masih lama ya, Pak?" sekarang Damera tengah menunggu menambal ban sepedanya yang bocor di salah satu bengkel.

Sudah dua puluh menit ia menunggu.

Maklum, sepeda tua. Damera saja tidak tau ayahnya mendapatkan sepeda itu darimana.

Gadis itu akhirnya menunggu untuk kedua kalinya hari ini.

Setelah waktu yang cukup lama, ban sepedanya sudah selesai di tambal. "Makasih, Pak!" ucapnya lalu menggayung sepedanya kembali.

Taklama selang waktu itu, Damera sampai di persimpangan jalan. Menatap sekitar sebentar, netranya langsung tertuju pada lelaki di ujung jalan yang tengah terduduk di trotoar.

Lelaki yang memang adalah Willows. Lelaki itu benar-benar tak kuat bahkan hanya untuk berjalan pulang. Kepalanya benar-benar tak seimbang kali ini. Jadi dia memilih untuk duduk di trotoar sambilan menunggu taksi lewat.

Tadi dia sempat mimisan lagi, bagaimana tidak dia saja belum makan apa-apa satu setengah hari belakangan ini.

Dia memilih duduk di trotoar dengan posisi kepala yang ia sanggahkan dilututnya.

Sendari tadi, tak ada taksi yang mau menerima permintaan dikala hujan. Itu memang wajar seminggu belakangan ini.

Alasanannya cuaca yang terlalu ekstrim, angin yang bertiup cukup keras akhir-akhir ini. Bahkan, banyak pohon yang tumbang di jalanan secara tiba-tiba yang membuat pengguna jalanan sedikit was-was saat berkemudi.

Damera yang melihat itu kemudian menyiritkan alisnya kemudian mendekat pelan, " Willlows? Itu Karwillows, kan?"

Damera semakin mendekat kearah pemuda itu, memperkecil jarak diantara mereka. Gadis itu berhasil menutupi cahaya rembulan yang ia belakangi. "Ngapain hujan-hujanan malam-malam disini? Dingin."

Willows mendongak, mendapati gadis yang tak asing baginya. Bagaimana tidak? Ini pertemuan ketiganya.

Menyadari itu beneran Willows, Damera langsung menatap khawatir, tak tau kenapa. Karena sepertinya lelaki itu kurang sehat, matanya lebih sendu dari yang ia lihat kemarin. Wajahnya juga lebih pucat.

"Astaga, lo gapapa?!!" Damera menyulurkan tangannya ke arah Willows. Dia ingin membantu lelaki itu berdiri, Willows meraih tangan mungil milik Damera.

Ditariknya lelaki itu lembut sehingga dia berdiri. Akan tetapi selepas itu lelaki itu malah terjatuh di bahu Damera. Dengan sigap Damera langsung menangkap tubuhnya dan tangannya langsung bergerak memeluk lelaki itu agar keseimbangan tetap terjalin.

"Gue anter pulang, ya?" tak ada jawaban maupun pergerakan dari pemuda itu, melainkan hanya napas tak beraturan yang ditangkap indra pendengarannya membuat Damera langsung memapah tubuh lemas pemuda itu ke arah sepedanya.

Gadis itu dengan sigap berusaha menaikkan tubuh Willows ke arah kursi belakang, dilihat mata pemuda itu akan tertutup sempurna.

"Mata lo jangan ditutup, gue suka liat soalnya."



ZE'S NOTE
KOK GUE BAPER AMA KETIKAN GUE?!!
Hadeuhhh ini konfliknya belum berat ya geng

NIGHTLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang