12| Request

31 15 8
                                    


   Damera  salah berfokus oleh kejadian kemarin. Bagaimana tidak, Willows sudah membuat perasaannya terhempaskan ke langit ketujuh tanpa permisi.

"Damera Arrue ini penilaian makalah kamu," panggil bu Marwa, guru sosiologi dikelasnya.

"Woi Damera," Ayesca selaku teman sebangku Damera menepuk bahunya kasar. "Malah senyum-senyum sendiri, tu makalah lo ambil kedepan!"

"Iya, iya." Damera mengambil hasil penilaian makalah sosiologinya beberapa hari yang lalu. Matanya membelak lebar saat mendapati angka 92 tertulis disana.

"EH, BU MARWA JANDA! INI IBU NGGAK SALAH KOREKSI DAN REVISI PUNYA DAMERA?!" tanya Damera kegirangan yang dibalas anggukan dari bu Marwa.

Maaf, jikalau kalian berpikir Damera sedang mengejek bu Marwa, kalian salah besar. Itu memang nama lengkap bu Marwa. Marwa janda. Entah apa yang dipikirkan orangtua bu Marwa saat memberikannya nama, padahal mah bu Marwa perawan tulen.

Damera sungguh tak percaya, ia menatap berulang kali lembar jawaban itu. Kok bisa? Padahal saat menerjakan soal, Damera hanya mengingat deep voice seorang Karwillows saat menjelaskan materi diperpustakaan waktu itu.

Wah, kalau gini caranya.. dia bisa meningkatkan dan memperbaiki nilainya yang hanya sebatas cukup. Willows adalah kuncinya!

"Yasudah, sekarang kalian boleh pulang," ucap bu Marwa sesaat saat mendengar bel pulang sekolah telah dibunyikan.

Sekelas kompak mengucapkan salam pamit, dan tak lupa memberikan ucapan terimakasih atas pelajarannya hari ini kepada sang guru.

"Terimakasih bu Marwa Janda."

◇◇◇

"Bagi duit!"

"N-nggak ada."

"Halah bohong lu!" Aska tersenyum miring dan mengambil paksa tas Daniel, sementara kembarannya Arka menahan Daniel agar tak memberontak.

"Jangan!!" pupus sudah harapan Daniel kala buku-buku dan peralatan sekolahnya dijatuhkan semena-mena oleh Aska.

Melihat dompet Daniel Arka dan Aska mengunggah senyum lebar. Akan tetapi saat melihat isinya, senyum itu pudar.

"Etdah, Ka. Cuma seratus rebu."

Arka tertawa kencang-kencang,"baru tau gue ada anak SMA Geomada yang miskin."

"Eh," Aska mengangkat dagu Daniel lalu membuangnya kasar,"lo gak malu apa masuk sini?"

"Yoi, bro. Mungkin nggak punya kemaluan kali."

Sialan, salah bahasa tu anak bedua.

"Jawab!! Ditanya malah diem! Lo tuli apa bisu?" Arka tak tahan, dia menarik kaca mata Daniel lalu membuangnya. Sementara itu, Aska malah menginjak-injaknya tega.

"Woi, kalian!" Damera datang sambilan memasang wajah yang cukup emosi. Mau lewat lorong malah ketemu hal yang seperti ini nih membuatnya naik darah.

"Waduh, cewek, Ka! Mau sok jadi pahlawan tuh dia." Arka tertawa meremehkan.

"Oy, Damera! Mending lo pulang. Jangan ikut campur."

Damera memutar bola mata lalu memperlihatkan ponselnya. "Gue udah rekam dan gue bakal tunjukin ke kepala sekolah kalau kalian masih ganggu Daniel lagi."

"Wah, kurang ajar nih cewek," Aska segera menjambak rambut Damera, tetapi sebelum itu Damera duluan melekukkan tangan Aska hingga suara dari tulang pemuda itu terdengar. Tak lupa Damera menonjok bibir Aska dan alhasil mengeluarkan cairan merah yang pekat.

NIGHTLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang