16| our memories

28 13 3
                                        


Damera mengambil sapu tangan bermotif beruang kesayangannya, sapu tangan itu memiliki satu cerita yang terkenang indah baginya.

"Gue pengen banget ketemu lagi sama lo, pangeran malam,"Damera tersenyum kecil mengingatnya.

Terbalut akan memori lama, Damera tak berhenti tersenyum sumringah. Alasan dia menyukai beruang adalah karena sapu tangan lucu yang diberikan oleh seorang lelaki tujuh tahun lalu. Tepat saat Damera masih menginjak sekolah dasar kelas lima.

Tujuh tahun lalu..

Kehilangan adalah hal terberat yang tidak semua orang sanggup menghadapinya, menjalani hari dengan keadaan yang telah berubah.

Hari ini, Damera kehilangan neneknya tepat dihari ulang tahunnya yang kedua belas.

Anak kecil yang terombang-ambing dalam derasnya ombak lautan, hanya memiliki jiwa yang telah buntu.
Itulah hal yang dirasakan Damera kala itu.

Ia hanya anak kecil yang kehilangan arah, karena merasa bahagianya telah sirna kala neneknya telah pamit.

Kehilangan orang yang disayang, hanya satu obatnya. Menyusulinya untuk bertemu.

Apalah daya Damera, dia masih kecil saat itu, hal yang wajar untuk berpikiran dangkal. Dia ingin menyeburkan dirinya ke kolam renang dewasa di sebuah villa agar ia bisa mati kehabisan napas.

Satu detik sebelum Damera, si gadis mungil berbaju putih dengan rambut pendek itu akan melompat, sebuah pelukan hangat ia dapatkan dari belakang.

"LEPASIN!!"

"Nggak, nanti kamu lompat."

"LEPASIN! AKU MAU KETEMU NENEK!!"

"Itu dalam, nanti kamu tenggelam," lelaki berbaju hitam dengan rambut coklat itu berusaha menghentikan Damera.

"Memang mau tenggelam! Kamu jangan hentikan aku!" Damera memberontak.

Lelaki itu membalikkan tubuh Damera lalu memegang tangannya,"kalau lompat ke air, nanti tangan kamu jadi keriput. Nanti gak lucu lagi."

"Aku kangen nenek! Biasanya nenek selalu temenin aku tidur setiap malam! Malam ini nggak! Nenek aku meninggal sehari yang lalu, aku sedih!" Damera tidak bisa membendung air matanya.

Lelaki itu memeluk Damera kembali, "ceritakan semuanya ke aku, lalu menangislah. Aku disini dengerin kamu, jadi tidak apa-apa."

Damera sedikit lebih tenang, pelukan hangat lelaki itu membuatnya merasakan sensasi damai. Lelaki itu juga mengusap air mata Damera.

"Kamu kok bisa di villa ini malam-malam?"

"Villa ini milik nenekku, kami sering berlibur disini. Kamu disini liburan?"

Lelaki itu mengangguk, lalu memberikan sapu tangan bermotif beruang yang sangat menarik perhatian Damera,"kalau kamu menangis lagi, usap pakai ini saja! Anggap saja ada tangan aku yang sedang mengusap air mata kamu. Jadi kamu tidak merasa sendirian lagi."

Damera tersenyum terharu, ia mengambil sapu tangan itu dengan air matanya yang mengalir,"terimakasih! Kamu sangat baik."

"Jangan seperti itu lagi, ya?"

"Kenapa?"

"Karena kehilangan itu tidak enak."

"Kamu tau darimana?"

"Dari kamu. Coba kamu bayangkan kalau kamu juga pergi seperti nenek kamu, orangtua kamu pasti sedih. Nanti dia malah ingin menyusul kamu seperti yang kamu lakukan sekarang, memangnya kamu mau?"

Damera menggeleng cepat,"tidak mau."

"Nenek kamu masih ada, kok. Dia udah jadi bintang disana," lelaki itu menunjuk bintang paling terang malam ini.

"Kenapa begitu?"

"Karena dia masih bisa lihat kamu saat ini, walaupun dari jauh, jadi kamu tidak boleh sedih."

Damera mengangguk mengerti,"baik."

Lelaki itu mengembangkan senyumnya lagi,"kamu pintar dan lucu."

Damera tersenyum manis,"lalu jika nenekku adalah bintang, kita ini apa?"

"Aku langit malam saja! Dia sangat tenang dan sangat keren!!"

"Sedangkan aku?" Damera mendekatkan dirinya kewajah lelaki itu, ia penasaran.

"Kamu bulan saja, soalnya aku suka."

"Mengapa suka?"

"Karena bulan cantik, dan kamupun tak kalah cantiknya."

Damera mengunggah senyum lagi, lelaki ini damai dan menenangkan.

"Kenapa baju kamu basah? Apakah kamu habis berenang?" tanya Damera sekilas setelah memperhatikan baju lelaki itu ternyata penuh terkena air, pantas saja bajunya ikutan basah.

Anehnya, pelukannya hangat.

Lelaki berambut coklat itu menggeleng,"kakakku mencemplungkanku ke kolam, dia bilang dia tidak suka aku lahir kedunia."

"Maksudku, kakakmu membencimu?"

"Iya, kakakku sangat benci kenyataan bahwa aku adalah adiknya."

Damera memeluk lelaki itu, sepertinya dia juga akan menangis.

"Tidak papa, menangis tidak akan menjadikanmu lemah. Kau mau ceritakan padaku?"

"Kakakku selalu marah ketika Mama ataupun Papa lebih memperdulikanku ketika sakit, dia juga membenci setiap pujian yang terkadang kakek berikan kepadaku, kata dia, aku adalah lelaki yang membuat hidupnya berubah menjadi buruk karena menjadi bahan bandingan dan juga membagi perhatian keluarga untuknya," lelaki itu terhanyut dalam pelukan Damera.

"Kakakku mencemplungkanku kekolam dan meninggalkanku sendirian saat Mama Papa sedang tertidur. Dia sengaja melakukannya padahal dia tau aku tidak bisa berenang."

Hati kecil Damera tersentuh, kenapa banyak sekali anak kecil yang harus didewasakan oleh keadaan?

"Aku bisa saja tak berusaha untuk menepi, agar kakakku melihatku mati. Tak apa, asal dia senang, tapi aku masih punya alasan untuk tetap hidup."

"Apa itu?"

"Karena, jika kakak meninginkan aku mati, akan kulakukan. Tapi sebelum itu, aku akan membuktikan kepadanya bahwa aku bukanlah adik yang buruk."

"Kau tidak boleh berkata seperti itu! Kehilangan adalah hal yang membuat kita sakit! Kau keren seperti langit malam, kau memberikanku ketenangan walau kau juga butuh tenang. Kau hebat sekali! Aku akan menjadi bulanmu dan akan berjalan bersamamu walau dalam gemerlap langit malam sekalipun! Jadi kau tak perlu khawatir.."

"Terimakasih, aku suka sinar bulan yang membuatku tidak takut gelap, kau mau menjadi bulanku, kan?" Lelaki itu memberikan jari kelingkingnya, pertanda ingin membuat suatu ikatan janji.

Tentu saja Damera menerima ikatan kelingkin mungil mereka. Lelaki ini membuatnya sadar bahwa kehilangan bukanlah hal yang harus menghentikan kita, tetapi memberi pelajaran untuk lebih menghargai apa yang masih kita miliki.

Luka akan selalu menyambut dimasa depan, tetapi jangan pernah lupa, bahwa senantiasa ada iringan bahagia yang juga menunggu.

Jadi, sambut dia dengan baik.

"Kau pulang sana, orang tuamu pasti cemas mencarimu, ini sudah malam. Terimakasih ya bulan atas pertemuan singkat ini."

Damera mengunggah senyum, kali ini senyum yang tidak terbalut luka seperti tadi.

Damera berlari menjauh, "sampai jumpa pangeran malam!
Aku akan meminta pada Tuhan untuk mempertemukan kita lagi! Mari bertemu di masa depan!!" Damera berlari meninggalkan lelaki itu.

Lelaki itu ikut tersenyum, dia punya teman sekarang. Teman sang rembulan yang akan mengirinya dalam setiap langkah gelapnya.

NIGHTLIGHTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang