23. WARM

225 12 0
                                    

Sesampainya di apartment Kaivan, Keynara masih terdiam kaku. Pandangannya kosong, wajahnya muram.

"Gue nggak lagi ngomong sama tembok ya!" Kaivan mengulang perkataannya dengan sedikit keras.

Keynara yang tersadar langsung gelagapan menatap Kaivan, "kamu ngomong apa Kai?"

Kaivan mendengus malas. "Lo kenapa sih?"

"Aku... nggak papa,"

"Wajah lo jadi jelek banget kalau lagi murung."

Keynara otomatis menyentuh wajahnya sendiri. "Emangnya aku pernah cantik?"

"Ya enggak sih. Lo itu selalu jelek di mata gue." Kaivan mengelak dengan lihai.

Keynara hanya mengangguk kecil sambil membatin, Kaivan saja bisa menilai kalau dia itu jelek. Lalu, apa yang perlu di khawatirkan oleh Diana? Dia tidak mungkin sanggup merebut Dirga dari Diana, kan? Diana itu cantik, cerdas, sedangkan dia? Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan Diana.

"Kaivan..."

Kaivan yang mulanya berkutat dengan ponsel mengalihkan tatapannya pada Keynara. "Hm?"

Disaat itu juga Kaivan melihat mata Keynara mulai berkaca-kaca.

"Diana benci aku. Sekarang, aku nggak punya temen lagi."

Kaivan mulai memfokuskan seluruh perhatiannya pada perempuan di depannya. Tangan laki-laki itu terulur untuk menghapus air mata yang hampir jatuh di pipi Keynara.

"Jangan cengeng!" Kaivan berbicara dengan tegas. Entah kenapa, Kaivan jadi tidak suka melihat Keynara menangis.

Namun, hal itu justru membuat Keynara sesenggukan.

Lalu hal yang tidak terduga-duga pun terjadi. Kaivan memeluk Keynara dengan hangat dan mengelus rambut perempuan itu. Sedangkan Keynara hanya diam di pelukan Kaivan sambil memejamkan mata. Pelukan Kaivan membuatnya tenang dan nyaman. Seakan beban berat yang ada di pundaknya sedikit berkurang.

"Gue nggak suka lihat lo nangis! Lo jadi tambah jelek!"

"M-maaf,"

"Yaudah sekarang diem. Jangan nangis lagi,"

Keynara mengangguk di pelukan Kaivan.

Kaivan melepas pelukannya. Laki-laki itu menatap mata sembab Keynara dengan pandangan yang sulit di artikan.

Keynara terkejut ketika merasakan kecupan ringan di kedua kelopak matanya. Perlakuan Kaivan itu membuat pipinya menghangat.

"K-kaivan..."

Keynara memberi jarak karena mereka terlalu dekat. Namun sayangnya Kaivan menarik wajah Keynara dan mencium bibir perempuan itu terlebih dahulu,

"Emhh... K–kai...!"

Kaivan baru melepaskan tautan di bibir mereka ketika Keynara hampir kehabisan nafas.

Kaivan menatap Keynara dengan senyum miring, "mulai sekarang kalau lo nangis lagi bakal gue cium. Kalau gue yang buat lo nangis itu pengecualian." Imbuhnya.

Keynara melebarkan matanya. Setelah tersadar dengan perlakuan Kaivan, Keynara memukul bahu laki-laki itu tanpa sungkan.

"Kaivan jahat!"

Bukannya marah, Kaivan justru terkekeh geli melihat tingkah malu-malu Keynara.

"Emang kenapa Diana benci sama lo? Lo udah ngelakuin kesalahan apa?" Kaivan sendiri merasa takjub karena berhasil melontarkan kalimat tanya itu. Padahal sebelumnya dia tidak pernah mau repot-repot mengetahui urusan wanita-wanitanya. Tapi sepertinya Keynara adalah pengecualian. Karena rasanya, Kaivan ingin mengetahui semua tentang Keynara.

DEVIL OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang