"Dirga, berhenti disini aja." Ucap Keynara menepuk bahu Dirga.
Hal itu sontak membuat Dirga langsung mengerem motornya mendadak.
"Rumah lo dimana Key?" Tanya Dirga bingung. Pasalnya Dirga tidak melihat rumah di sekitar sini hanya ada gang sempit yang masuk ke dalam.
"Eum masih masuk gang sih tapi berhenti disini aja. Aku bisa jalan sendiri." Setelah itu Keynara menyerahkan helm pada Dirga,
"Makasih ya Dirga.""Sama-sama Key. Lo yakin gak mau di anter sampai rumah?"
Keynara menggeleng, "aku harus kerja di toko dulu Dirga. Toko nya deket kok darisini."
"Oh oke."
"Dirga..."
"Iya Key?"
"Aku mau bilang sesuatu sama kamu, tapi kamu jangan tersinggung ya."
Dirga menaikkan sebelah alis bingung. "Santai aja Key, lo mau ngomong apa?"
Keynara menggigit bibir, bingung ingin memulai darimana. "Temen aku, Diana, dia udah lama suka sama kamu. Aku rasa kalau di sekolah lebih baik kamu pura-pura nggak kenal aja sama aku." Sungguh, Keynara tidak berniat mengatakan itu pada Dirga. Dirga sudah banyak membantunya dan bersikap baik padanya. Tapi sikap perhatian dan hangat Dirga bisa saja di salah artikan oleh orang-orang yang melihat. Keynara hanya tidak mau Diana salah paham atau orang-orang seperti Zolanda menindasnya lagi. Karena laki-laki seperti Dirga memang tidak seharusnya berteman dengan perempuan sepertinya.
Dirga terdiam cukup lama hingga membuat Keynara semakin tidak enak.
"Oke. Gue akan pura-pura nggak kenal sama lo kalau kita lagi di sekolah." Dirga masih bisa tersenyum walau wajahnya terlihat masam.
Maaf, Dirga.
"Terimakasih Dirga. Kamu itu laki-laki paling baik yang pernah aku kenal."
"Lo juga cewek paling baik yang pernah gue kenal, Key. Tapi, kalau lo perlu apa-apa jangan sungkan minta bantuan ke gue ya." Dirga memegang tangan Keynara hangat.
Keynara menarik tangannya sepelan mungkin. "Iya Dirga."
"Dan soal masalah di gudang waktu itu, lo yakin gak mau speak up Key?"
Keynara menggeleng cepat. Dia tidak mau berurusan dengan Zolanda lagi. "Itu udah berlalu Dirga aku nggak mau ngungkit masalah itu lagi."
Dirga menghela nafas panjang. "Lo terlalu baik jadi orang, Key. Sebenernya gue udah tau siapa pelakunya. Tapi karena lo udah buat keputusan, jadi gue hargain keputusan lo."
Keynara tersenyum kecil. "Sekali lagi makasih Dirga. Kalau gitu aku pergi dulu."
Dirga mengusap kepala Keynara sebelum perempuan itu benar-benar pergi.
"Kali ini, gue memang hargain keputusan lo Key. Tapi lain kali kalau dia buat lo menderita lagi gue gak akan tinggal diem."
Keynara mengerjabkan mata beberapa kali.
"Gue pulang dulu ya. Jangan lupa makan Keynara." Kali ini, Dirga mengelus pipi kemerahan Keynara dengan lembut. Lalu setelahnya laki-laki itu benar-benar pergi dari hadapan Keynara.
Keynara menggeleng kecil setelah kepergian Dirga. Perlakuan Dirga memang sangat manis. Tapi, kenapa jantungnya hanya berdebar untuk Kaivan?
*****
"Pagi, Din."
Diana menoleh ke arah Keynara namun perempuan itu kembali fokus pada ponselnya.
Keynara mengerjabkan mata bingung. Diana tidak membalas sapaannya. Kenapa? Apa dia membuat kesalahan?
Pada jam pertama hingga jam istirahat mereka hanya saling diam. Keynara sendiri tak berani mengajak Diana bicara karena sepertinya teman sebangkunya itu sedang dalam keadaan bad mood.
Keynara itu tipe perempuan yang gampang sekali merasa tidak enak. Di diamkan selama beberapa jam oleh teman satu-satunya yang dia miliki rasanya sangatlah aneh. Pasalnya, Diana itu perempuan yang banyak bicara, Diana tidak pernah tiba-tiba diam begini sebelumnya.
Hingga bel pulang sekolah berbunyi dan murid-murid berhamburan keluar kelas, Diana masih mendiamkan Keynara. Akhirnya Keynara memutuskan membuka suara lagi,
"Din, kamu marah ya sama aku? Aku ada salah sama kamu?" Tanya Keynara.
Diana menghentikan aktivitas memasukkan buku ke dalam tasnya dan menatap Keynara sekilas.
"Lo pikir aja sendiri salah lo apa." Balas Diana ketus.
Keynara terdiam dengan wajah pias. Diana tidak pernah bicara sekasar ini dengannya.
Lalu, Keynara melihat Diana melempar sesuatu, tidak, Diana melempar beberapa lembar foto yang terbalik ke atas meja.
Keynara langsung mengambil foto itu dan membaliknya. Keynara sangat terkejut ketika melihat fotonya bersama Dirga kemarin ada disana. Di foto pertama; terlihat dia dan Dirga sedang berjalan bersama menuju parkiran, foto kedua; ketika Dirga memegang tangannya, dan foto ketiga; ketika Dirga sedang mengusap kepalanya, kemarin sebelum laki-laki itu pulang.
"Jadi, lo manfaatin gue supaya bisa nikung Dirga dari gue?"
Keynara menggeleng cepat. "Kamu salah paham Din. Aku nggak ada niatan nikung Dirga dari kamu—"
"Halah bullshit! Semua bukti udah ada di depan mata lo dan lo masih berusaha ngelak? Ckk, jangan-jangan bener apa kata Zolanda, selama gue nggak ada, lo berusaha deketin Dirga, kan?!"
Mata Keynara berkaca-kaca. "Kamu lebih percaya Zolanda daripada aku? Aku berani sumpah, aku nggak ada niatan sama sekali buat deketin Dirga."
"Terus, ngapain Dirga sampai nganterin lo pulang segala hah? Lo pikir gue goblok jadi bisa lo tipu?"
Keynara menggeleng, "dengerin penjelasan aku dulu Din—"
"Udah cukup ya Key gue belain lo selama ini. Lama-lama gue muak sendiri temenan sama lo! Emang bener kata Zolanda, lo itu muka dua! Dikasih hati minta jantung, temen gaktau diri!" Diana segera menyambar tasnya dan meninggalkan Keynara yang terdiam kaku.
Sepergian Diana, Keynara menggigit bibirnya keras berusaha untuk tidak menangis.
Keynara mengusap bulir bening yang hampir jatuh dari sudut matanya. Perempuan itu mengambil tas selempangnya dan berjalan pelan keluar kelas.
Saat Keynara keluar dari pagar sekolah, Kaivan sudah menunggu disana dengan wajah kesal bercampur marah.
"Lo itu tuli? Gue udah telfon berkali-kali tapi gak lo angkat juga! Percuma gue kasih lo hape kalau lo—"
"Maaf. Aku minta maaf." Sahut Keynara. Suaranya terdengar lirih di telinga Kaivan.
Kaivan mengernyit melihat raut sedih perempuan di depannya. "Naik. Gue pengen cepet-cepet pulang." Kaivan menyodorkan helm pada Keynara.
Keynara melihat sekelilingnya. Masih ada beberapa anak yang menunggu jemputan dan sekarang mata mereka mengarah padanya dan Kaivan. Mereka semua terlihat penasaran. Pasti besok muncul gosip yang tidak tidak lagi.
"Masih banyak orang, kamu nggak malu pulang bareng aku?"
Kaivan menatap sekitar dengan acuh. "Bodo. Gue gak perduli! Cepetan naik, lo mau gue tinggal?!"
"Iya iya." Keynara segera memakai helm pemberian Kaivan dan naik ke atas motor. Keynara mencengkram sisi seragam Kaivan untuk berpegangan.
"Yang bener pegangannya. Lo bisa jatuh. Kalau lo mati gue juga yang repot!" Kaivan membenarkan posisi dengan melingkarkan tangan Keynara di perutnya.
Hal itu sontak membuat para siswi Baratayudha yang melihatnya menjerit histeris.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL OBSESSION
Teen FictionKaivan Aeron Aldrich. Laki-laki berhati iblis yang bersembunyi di balik wajah malaikat. Mabuk-mabukan, berkelahi, balap liar, bahkan bermain wanita, itulah kesenangannya. Hingga suatu malam ia dipertemukan dengan perempuan berpenampilan kacau bernam...