25. TRIO RUSUH

207 13 0
                                    

Saat dokter keluar dari ruang rawat Kaivan, Keynara langsung menghampirinya dengan tergesa.

"Dokter, bagaimana keadaan Kaivan?"

"Kondisinya saat ini sudah stabil. Tapi alangkah baiknya kita tunggu hingga hasil ct-scannya keluar."

Keynara menghela nafas lega. "Terimakasih dokter. Apa saya boleh masuk ke dalam?"

"Silahkan. Kalau begitu saya permisi dulu."

Keynara mengangguk. Setelah itu Keynara langsung masuk dan menghampiri Kaivan yang saat ini sedang tertidur tenang di atas ranjang rumah sakit.

Keynara duduk di sebelah Kaivan. Tangan gadis itu terulur untuk menyentuh kepala Kaivan yang di perban,

"Maaf udah nyusahin kamu terus." Keynara menghentikan kalimatnya, gadis itu menatap Kaivan dengan teduh. "Aku janji bakal jagain kamu disini sampai kamu bangun."

Saat Kaivan bangun, yang pertama kali ia rasakan adalah kepalanya yang pusing dan terasa berat. Kaivan mengedarkan pandangan, ia menemukan Keynara tidur meringkuk di kursi yang tak jauh dari tempatnya berada. Kaivan bangkit dari ranjang dan menghampiri Keynara. Sebelum itu, ia melepas infus di tangannya dengan tanpa beban. Sesaat, Kaivan hanya memperhatikan Keynara yang tertidur pulas dan nampak tenang hingga kemudian laki-laki itu mengangkat tubuh Keynara dengan hati hati dan meletakkannya di ranjang rumah sakit. Syukurlah ranjang itu dapat menampung tubuh mereka berdua.

Kaivan mengingat kejadian tadi siang. Dari kejauhan dia bisa melihat dengan jelas kalau pelakunya adalah Zolanda dan para pengikutnya. Memikirkan hal itu membuat Kaivan geram, kenapa perempuan itu hobi sekali menyakiti Keynara? Padahal Keynara sama sekali tidak pernah mengusiknya.

Kaivan tersenyum miring. Tunggu saja, ia akan membalas apa yang dilakukan Zolanda pada Keynara. Dia akan membuat perempuan itu tidak berani lagi menyentuh... ah, jangankan menyentuh, Kaivan akan membuat Zolanda berpikir dua kali jika ingin mendekati Keynara.

Kaivan mengelus pipi Keynara dengan hati-hati, tidak mau mengusik tidur gadis itu. Entahlah, saat melihat Keynara jiwa posesif Kaivan terasa menggebu. Rasanya Kaivan ingin terus melindungi Keynara dari kerasnya dunia di luar sana.

"Lo nggak akan ngecewain gue kan Key?" Kaivan berbisik sangat pelan.

*****

Di pagi harinya, Keynara bingung kenapa ia bisa berada di ranjang yang sama dengan Kaivan. Dia menatap tangan Kaivan yang melingkari perutnya dengan posesif.

Ini sudah pasti ulah Kaivan. Keynara membatin.

Keynara menyingkirkan tangan Kaivan dengan hati-hati dan perlahan bangkit dari ranjang rumah sakit. Sebentar lagi perawat pasti datang untuk memeriksa keadaan Kaivan, tidak lucu kalau perawat itu malah melihat adegan peluk pelukannya dengan Kaivan.

Selang beberapa jam kemudiam perawat datang untuk melakukan pemeriksaan pada Kaivan.

"Kenapa infusnya di lepas paksa begini?"

Kaivan hanya memutar mata malas, "risih. Selangnya ngehalangin buat peluk cewek saya."

Keynara membelalakkan mata tak percaya mendengar ucapan Kaivan.

Suster itu langsung diam, sedangkan Keynara mengalihkan pandangan karena malu.

"Saya pasang lagi ya kalau begitu,"

"Gak usah. Saya sudah baik baik saja."

Suster itu hanya menghela nafas panjang dan memaksakan senyum kecil. "Kalau begitu saya keluar dulu, jangan lupa obatnya diminum."

Setelah suster itu keluar, Keynara menatap Kaivan dengan pandangan kesal.

"Kaivan gak boleh gitu. Nanti kalau Kaivan kenapa kenapa gimana?"

DEVIL OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang