Setelah hasil ct-scan Kaivan keluar dan kondisi laki-laki itu dipastikan sudah baik-baik saja, Kaivan di perbolehkan untuk pulang.
Tapi, ini juga menjadi PR tersendiri bagi Keynara karena Kaivan meminta gadis itu untuk mengurusnya 24 jam.
"Lo yang bikin gue celaka jadi lo juga yang harus tanggung jawab." Begitulah kira-kira ucapan pedas yang keluar dari mulut Kaivan.
Mereka sampai di apartment Kaivan dengan di antar Selatan dan Alka.
"Welcome home. Anggep aja apartment sendiri ya." Alka menepuk nepuk pundak Kaivan.
"Ini emang apartment gue BEGO!"
"Oh iya lupa hehe."
"Udah Al, jangan gangguin Kaivan terus, biar dia istirahat. Kalau gitu kita pulang dulu ya Key, nitip Kaivan ya. Kalau ada apa-apa langsung telfon kita." Selatan berpesan pada mereka berdua.
"Makasih ya Selatan udah di bantuin."
Selatan tersenyum manis. "Sama-sama Key."
Selatan dan Alka pulang. Hanya tinggal Keynara dan Kaivan di apartment ini. Suasana yang tadinya biasa saja berubah menjadi mencekam setelah kepergian keduanya,
"Key..."
"Iyaa Kai? Kenapa? Apa ada yang sakit?" Tanya Keynara.
Kaivan menggeleng,
"Menurut lo..."
Kaivan menggantungkan kalimatnya,
"Apa pembalasan yang pantes gue lakukan buat orang yang bikin lo hampir celaka?" Lanjutnya dengan tanpa ekspresi.
Keynara tercekat, kenapa Kaivan sampai memikirkannya? Walaupun ada orang yang sengaja melakukannya bukankah itu sudah menjadi hal biasa untuknya? Banyak orang yang tidak suka dengannya sejak ia menginjakkan kaki di sekolah itu. Hari-harinya di penuhi dengan bullying dan tatapan kebencian dari orang di sekitarnya. Padahal jika di pikirkan Keynara tidak pernah mengusik hidup mereka semua. Apa karena dia miskin? Apa orang miskin sepertinya terlihat seperti benalu menjijikan sehingga mereka semua tidak menyukainya?
Keynara menarik nafas dalam dan memaksakan senyum manis. "Dendam itu gak baik Kaivan. Tuhan aja maha pemaaf. Kita sebagai umatnya juga harus begitu."
"Tuhan emang maha pemaaf, tapi gue bukan Tuhan Key. Sakit di balas maaf itu nggak adil."
"K-kaivan..."
"Apa?"
Keynara menggeleng, "kenapa kamu ngelakuin hal itu buat aku?"
Kaivan terdiam beberapa saat. "Gak usah PD gue ngelakuin ini karena mereka berani mengusik mainan gue!"
Oh, jadi hanya karena itu.
"Temenin gue tidur, gue ngantuk."
Keynara mengerjabkan mata beberapa kali. Entahlah, ia sering tidur satu ranjang dengan Kaivan tapi rasanya aneh kalau Kaivan kembali mengajaknya tidur bersama. Meskipun tidak melakukan apa-apa, mereka bukan suami istri, rasanya hal itu masih sangat tabu untuk Keynara. Apalagi Kaivan juga sering menggoda dan memojokkannya. Keynara hanya takut kalau iblis ada di tengah-tengah mereka dan menggoda iman mereka.
Selain itu, Keynara juga takut setelah mendapatkan apa yang ia mau Kaivan akan bosan dan membuangnya begitu saja.
Memikirkannya membuat Keynara sedih. Dia sadar posisinya disini hanya menjadi mainan Kaivan dan suatu saat dia akan di buang, tapi Keynara belum siap jika Kaivan membuangnya.
Karena apa?
Keynara mulai menaruh hati pada Kaivan.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVIL OBSESSION
Teen FictionKaivan Aeron Aldrich. Laki-laki berhati iblis yang bersembunyi di balik wajah malaikat. Mabuk-mabukan, berkelahi, balap liar, bahkan bermain wanita, itulah kesenangannya. Hingga suatu malam ia dipertemukan dengan perempuan berpenampilan kacau bernam...