Chapter 1: Kucing Kecilnya yang Manis

1.8K 148 114
                                    

Elio mengelus pipi penuh lemak bayi Iluka. Sesekali menusuknya pelan. Setelah puas memainkan pipi sang pujaan hati, Elio meraup mukanya sendiri, lalu menelungkupkan wajah di lipatan tangan—menyembunyikan seringai mengerikan yang tidak bisa Elio tahan.

Ah, Elio benar-benar dibuat gila.

Padahal tidak ada yang spesial dari Iluka. Lihat saja hidung yang tidak terlalu mancung, mata coklat berkelopak ganda yang senantiasa menatap tajam, maupun bibir sewarna ceri—semuanya terlalu biasa.

Namun, entah mengapa semua yang serba biasa bisa menjadi sempurna bila ada dalam diri Iluka.

Harus Elio akui, gadisnya ... benar-benar sempurna.

Tidak ada yang bisa menyaingi kesempurnaan Iluka. Meski di luaran sana banyak yang lebih cantik dan anggun dari Iluka, tapi bagi Elio mereka tidak ada apa-apanya. Di matanya, manusia di luaran sana tidak lebih dari sekadar sampah pengganggu.

Elio menegakkan tubuh, kemudian mencondongkan wajah agar lebih dekat dengan Iluka. Ia bertopang dagu, memperhatikan Iluka yang masih tertidur pulas dengan tatapan penuh puja. Bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis. Ah, dilihat dari jarak sedekat ini, Iluka sungguh luar biasa mempesona. Membuat jantungnya berdebar tak karuan.

"Iluka ...."

Kucing Kecilnya yang manis ... Elio tidak akan membiarkan siapa pun merebutnya. Iluka hanya milik Elio dan jika seandainya ada lelaki lain yang bisa membuat Iluka jatuh hati, Elio tak segan menyingkirkannya dengan cara paling sadis.

"Gue beneran gila." Elio bergumam. Ia berdiri, kemudian menjatuhkan diri di atas Iluka. Membuat sang gadis tersentak kaget dan terbangun dari tidur lelapnya.

"Gue cinta lo, Ka. Bener-bener cinta," ujar Elio seraya menatap plafon kamar.

"Gue adek lo, Bego!" Iluka memukul kepala Elio keras, kemudian mendorong tubuh sang kakak dengan tangan dan kakinya, berusaha menyingkirkan tubuh yang membuat Iluka kesulitan bernapas. Meski pada akhirnya usaha Iluka sia-sia.

"Oh, iya! Gue lupa!"

Iluka mendelik. Dalam hati memaki. Bisa-bisanya pemuda yang merupakan kakaknya melupakan status di antara mereka berdua. Walau Iluka paham mengapa Elio bisa lupa. Itu karena yang ada di kepala Elio hanya berisi cara menyiksa Iluka saja. Jadi, tidak heran Elio melupakan ini.

"Habisnya gembel kayak lo gak ada cocok-cocoknya jadi adek gue." Perkataan Elio berhasil menyulut emosi Iluka. Alhasil kepalanya kembali menjadi sasaran pukulan. Ia meringis, kemudian mengelusi kepalanya yang berdenyut nyeri.

Memang, ya, di dunia ini hanya Iluka seorang yang berani menganiaya Elio sampai seperti ini. Untung saja ia mencintai Iluka. Jadi, Elio mengurungkan niat untuk mematahkan tangan yang dengan kurang ajar memukul kepalanya.

"Ah, gue nyesel mungut lo!" seru Elio kesal seraya menendang angin. "Harusnya gue biarin lo mati. Dengan begitu, lo gak bakal jadi adek gue dan gue gak bakal sakit hati karena lo tolak terus."

Gila!

Iluka memang tau bila kakaknya tidak waras, tapi ia tidak menyangka jika Elio ternyata setidak waras ini.

Dosa sebesar apa yang Iluka perbuat di kehidupan lampau sampai-sampai membuat Iluka harus bertemu dengan Elio? Apa mungkin ... Iluka dulunya seorang pengkhianat negara? Atau seorang pembunuh berantai?

"Tapi, semuanya udah terlanjur terjadi." Elio membalikkan tubuh hingga matanya dengan Iluka saling bersitatap. Sontak saja pergerakan mendadaknya membuat Iluka terdiam kaku.

Elio tersenyum manis, lalu mendekatkan kepalanya dengan wajah Iluka—mengikis jarak yang menjadi penghalang—kemudian menempelkan keningnya dengan kening sang gadis. "Yang harus lo tau; gue cinta lo. Bener-bener cinta."

Elio's Obsession [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang