Chapter 23: Mempermainkan

346 38 0
                                    

Hari kedua sampai keenam Iluka tinggal di kediaman Pratama, semuanya berjalan lancar. Tidak ada yang menguras emosi ataupun mengusik ketenangan. Itu semua berkat Nata yang jatuh sakit setelah semalam suntuk menangisi nasibnya yang berantakan akibat kehadiran Iluka.

Kehidupan di sekolahnya pun sama lancarnya. Tidak ada yang berani merundung maupun menyinggung setelah Elio dengan terbuka menyatakan jika Iluka adalah pacarnya dan memberi peringatan pada semua orang.

"Siapa pun yang berani nyentuh Iluka walau seujung kuku, bakal gue bales berkali lipat," ancamnya dengan penekanan pada beberapa bagian yang sontak mendapat sorakan dari yang mendengar.

Tentu saja tidak semua orang percaya. Sebab Elio yang mereka kenal adalah pemuda baik hati yang tidak mungkin menyakiti perempuan. Maka dari itu, ketika awal-awal, masih ada beberapa yang merundung Iluka. Baik dengan menyiram air kotor sampai menguncinya di gudang.

Dan seperti yang Iluka tebak. Keesokan harinya, orang-orang yang menyusahkan Iluka berakhir di rumah sakit. Sepertinya Elio benar-benar berniat menunjukkan sisi aslinya. Terlampau muak karena harus bersikap ramah pada orang-orang yang mendekati. Oleh karena itu, ketika ada kesempatan, Elio memanfaatkannya dengan sepenuh hati.

Alhasil murid populer yang terkenal karena keramah-tamahannya kini lenyap dan tergantikan dengan cowok berbahaya yang sangat mencintai pacarnya. Walau begitu, kepopuleran Elio tidak hilang. Malah semakin bertambah saja.

"Bosen," gumam Iluka seraya melipat tangan di besi pembatas balkon, kemudian menumpukkan kepalanya dengan lesu di.

Kehidupan yang damai ini terasa membosankan. Sedikitnya Iluka merindukan kehadiran Nata. Ia ingin melihat adiknya menggila seperti beberapa hari silam. "Semoga lekas sembuh, Nat."

Iluka menegakkan tubuh kala mendengar deru mobil yang memasuki area pekarangan. Matanya sontak berbinar ketika melihat seseorang yang bisa menghapus kebosanannya keluar dari mobil. "Oh? Nyonya rumah ini udah pulang dari liburannya, ya?"

Iluka menyeringai. Lekas berjalan ke lantai bawah untuk menyambut kedatangan Gayatri. Dan seperti yang sudah Iluka tebak, begitu turun, dia langsung berpapasan dengan Gayatri yang sedang berjalan sambil menenteng dua kantong besar yang terbuat dari kertas.

Iluka menyunggingkan senyuman manis yang dibalas pelototan terkejut dari si wanita. Gayatri menjatuhkan kantong yang dibawa dengan mulut ternganga.

Apa-apaan ini? Mengapa Iluka ada di sini?

Wajah Gayatri menggelap. Matanya menyorot bengis. Dia menggeram marah. "Kamu—"

"Aku gak nyusup kayak waktu itu, kok," potong Iluka sebelum Gayatri menyelesaikan perkataannya. Dia berdecak kagum kala respon yang Gayatri beri mirip dengan Nata. Apalagi sorot mata serta wajahnya yang memerah benar-benar mirip.

Membuat Iluka kian yakin jika Nata memang anak Gayatri. Padahal dulu ia sempat berpikir jika anak Gayatri tertukar dengan Nata ketika di rumah sakit. Seandainya pemikiran itu benar, Iluka akan menjadi orang paling bahagia sebab bisa balas menghina Nata yang tidak memiliki darah keluarga Pratama.

"Tante tenang aja. Lagian aku udah jadi bagian dari keluarga ini. Jadi, gak aneh, 'kan, kalau aku nyambut kedatangan Tante?" tanyanya seraya berkedip lugu.

"Sejak kapan kamu jadi bagian dari keluarga ini?!" bentaknya murka. Ia berjalan maju, hendak menyeret Iluka keluar rumah. Namun, belum sempat rencananya terlaksana, Iluka lebih dulu menendang kaki Gayatri hingga si empu kehilangan keseimbangan dan berakhir jatuh mencium lantai.

"Nah, ini lebih baik!" seru Iluka girang. Ia berjongkok, menatap Gayatri yang masih telungkup di lantai, lantas melanjutkan, "Jangan teriak-teriak! Kasian Nata nanti kebangun. Tante tau, 'kan, kalau dia lagi sakit? Dan sebagai ibu yang baik, Tante harus ngelakuin apa pun demi kesembuhan anaknya, dong. Termasuk jangan ngeganggu waktu istirahat Nata. Tante paham?"

Iluka menatap dingin. Ia memainkan ujung rambutnya yang tergerai, kemudian menuturkan, "Dan ... bukannya Tante gak boleh gini, ya? Maksudku berniat jahat dengan mengusirku pake kekerasan kayak di masa lalu. Mau gimana pun, darah Pratama mengalir di tubuhku." Iluka memiringkan kepalanya. "Kalau Tante gak terima keberadaanku, gak masalah. Karena aku bisa pake cara yang lebih keras buat bikin Tante nerima kehadiranku walau terpaksa."

Gayatri menelan ludah susah payah. Gadis ini ... masih sama menyeramkannya seperti di pertemuan terakhir mereka. Tatapan tajamnya membuat seluruh tubuh Gayatri merinding hebat. Kobaran dendam di mata Iluka membuat Gayatri tidak bisa berkutik. Dan seringaian itu terlihat sangat menakutkan.

Bahaya!

Akalnya terus meneriakkan jika Iluka berbahaya. Sangat berbahaya. Iluka jauh lebih nekat dari yang dia bayangkan. Dia tidak waras dan tidak takut dengan apa pun. Bahkan jika nyawa Iluka sedang dalam bahaya sekali pun, Gayatri yakin Iluka masih bisa tertawa.

Ini salahnya. Seharusnya Gayatri bunuh Iluka sejak dulu agar tidak mengusik keluarganya. Bagaimana ini? Apa yang bisa Gayatri lakukan? Jangan sampai putri kesayangannya diapa-apakan oleh Iluka.

Gayatri tercekat kala Iluka mendekatkan wajahnya. Untung hanya satu detik. Karena setelahnya Iluka bangkit dan menyenderkan punggungnya pada pegangan tangga. Menanti wanita yang masih terbaring di lantai mengeluarkan apa yang tertahan di kerongkongan.

"Kamu ...." Gayatri mendudukkan diri. Ia menelan ludah susah payah sebelum melanjutkan, "Bukannya kamu sudah berjanji tidak akan muncul di hadapan anak saya?"

"Kapan aku bilang gitu?" tanya Iluka heran. Ia mencoba mengingat-ingat, lantas menjentikkan jari kala berhasil mengingat. "Oh, yang itu." Iluka mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tapi kayaknya Tante salah paham, deh."

"Apa—"

"Aku gak pernah bilang 'janji'," potong Iluka lagi. "Aku cuma bilang 'tolong Tante didik Nata biar gak berlaku sesukanya' sama 'Tante pasti gak pengen Nata tau kalau dia punya kakak, 'kan?'. Itu doang."

Sial.

Gayatri salah mengartikan perkataan bocah labil itu. Bagaimana ini?

"Maaf karena perkataanku bikin Tante salah paham," ucap Iluka tulus. Ia tersenyum manis, berbanding terbalik dengan Gayatri yang terdiam dengan wajah semakin pucat. "Tapi, bukannya anak kecil aja bakalan ngerti kalau apa yang aku ucapin itu bukan janji?"

Singkatnya, Gayatri terlalu bodoh karena tidak bisa mengerti perkataan Iluka. Iluka memasang wajah kasihan, membuat Gayatri mengepalkan tangan menahan amarah.

"Yah, aku gak nyalahin Tante, sih. Soalnya bukan keinginan Tante juga buat salah paham kayak gini, 'kan?" Iluka mendatarkan ekspresinya. Mulai merasa bosan bermain-main dengan Gayatri yang tidak banyak melawan. Maka dari itu, ia memilih mengakhiri obrolan 'menyenangkan' ini sekarang.

"By the way, aku cuma numpang selama sebulan doang, kok. Soalnya aku sumpek liat suasana kamarku yang gitu-gitu aja. Aku butuh suasana baru dan pilihanku jatuh ke rumah ini." Tanpa diminta, Iluka menceritakan tujuannya datang ke sini. Ia memasang wajah berseri kala melanjutkan, "Intinya ... tolong jadi tuan rumah yang baik selama aku di sini, ya?" tanya Iluka yang tidak mendapat jawaban apa pun dari Gayatri.

"Tante gak perlu khawatir. Aku gak bakal ngeganggu keluarga bahagia ini." Iluka menegakkan tubuhnya. "Jadi, Tante bisa nganggap aku gak ada. Karena aku juga bakal ngelakuin hal yang sama." Selepas mengatakan itu, Iluka berbalik dan menaiki tangga meninggalkan Gayatri yang masih duduk di lantai.

"Ternyata lebih seru main bareng Nata dibanding sama nyokap-bokapnya," ucap Iluka dingin.

Iluka tau dirinya terlihat tidak waras sekarang ini. Iluka juga tau bila tindakannya tidaklah tepat. Namun, melihat keluarga Pratama menderita membuat Iluka tidak bisa berhenti. Ia bahagia dan ingin melihat lebih. "Ada yang aneh sama gue. Kayaknya ... kewarasan gue nyisa dikit," gumamnya. "Yah, itu wajar, sih," lanjutnya seraya mengedik tak acuh.

Malah akan terlihat aneh jika Iluka masih waras setelah melihat kekejaman Elio dan hidup di bawah tekanan yang diberikan cowok itu selama kurang lebih tujuh tahun, bukan?

____________________________________________
19 Desember 2023

Elio's Obsession [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang