Chapter 40: Pertempuran

256 23 0
                                    

Elio nyaris gila.

Dia ditelan murka dan ketakutan maha dahsyat ketika melihat Iluka diculik tepat di depan matanya. Elio sangat marah, sampai rasanya ingin menghancurkan kedua manusia lancang yang dengan tidak tahu dirinya menyakiti Iluka detik itu juga. Elio sangat marah, sampai rasanya yang ada di pikiran hanya berisi cara menyingkirkan mereka dengan proses yang sangat menyakitkan.

"Sialan! Sialan! Sialan! Ini salah gue! Iluka diculik gara-gara gue!"

Elio sangat menyesali keputusan yang memilih kembali ke kamar hanya untuk mengambil kunci mobil yang tertinggal. Seharusnya Elio langsung menghampiri Iluka saja agar penculikan tidak terjadi.

Iluka yang diculik orang-orang tidak berotak itu adalah kesalahan Elio. Seandainya dia mampu berlari lebih cepat, dia pasti bisa menolong Iluka. Seandainya saja kediaman Javier tidak begitu luas, Elio pasti bisa menyelamatkan Iluka tepat waktu. Dan juga, ke mana perginya para petugas keamanan yang biasanya berpatroli di sekitar komplek?

Ah, brengsek!

Kini Elio sadar, si penculik sudah merencanakan dengan matang. Sampai-sampai bisa membuat para petugas keamanan menghilang dari pos jaga dan jalan-jalan. Sial, Elio kecolongan. Ini ... membuat harga dirinya terluka.

Berpacu dengan waktu, Elio berlari menuju mobil yang terparkir di garasi pinggir kediaman, mengambil langkah cepat untuk mencari Iluka. Dia melompat masuk ke dalam mobil, lekas memutar kunci mobil.

Suara mesin yang menderu hidup, memecah keheningan malam. Dengan mata yang memancarkan kemarahan, Elio melajukan mobil dengan kecepatan tinggi melalui jalanan ramai ibu kota menuju titik lokasi Iluka di aplikasi pelacak dalam ponsel.

Dari luar, lampu-lampu kota berkedip seperti bintang di langit malam. Memantulkan cahaya redup yang tidak Elio indahkan. Pemuda berlesung pipit terus menatap lurus ke jalanan, fokus menjalankan mobil agar segera sampai pada Iluka. Sesekali menyalip mobil lain dengan sangat lihai.

Namun, kilatan lampu sorot yang memantul di kaca spion dan depan mobil-yang tidak dihasilkan dari lampu jalanan-membuat fokus Elio buyar. Semakin mendekati perempatan, beberapa mobil hitam si pemilik sorot lampu muncul dengan kecepatan yang sama, membentuk formasi penghalang. Dengan refleks cepat, Elio menghindari beberapa di antaranya. Namun, beberapa mobil lain berhasil menyusul dan mengepung dengan lincah.

Deru mesin dan dentuman benturan terdengar memekakkan telinga. Dengan keahlian mengemudi di atas rata-rata, Elio menghindari mobil-mobil yang ingin mengepungnya. Dia tidak ada waktu untuk meladeni mereka, sebab keselamatan Iluka jauh lebih penting.

Namun sayang, keinginan Elio tidak berjalan lurus dengan keadaan sekarang. Mobil-mobil yang mencoba menghalangi terus berdatangan. Mereka berhasil mencipta garis halang yang tak bisa Elio lewati.

Elio dirugikan. Jelas saja. Kendaraan-kendaraan mereka menjadi penjara yang memerangkap Elio dan membuat pemuda berlesung pipit menginjak rem dengan segala keterpaksaan.

"Bangsat! Mereka ini ... bener-bener gak tau diri. Dasar sampah sialan!" maki Elio murka. Dia mencengkeram setir mobil erat, kemudian menatap mobil yang mengepung di depan dengan sorot bengis. "Hari ini, kalian semua bakalan habis di tangan gue, Bajingan!"

Di sisi lain, begitu melihat mobil Elio terhenti, para bawahan Nata keluar dari mobil, lantas mengelilingi mobil Elio dengan tatapan dingin. Salah satu dari pria bertubuh kekar dengan pakaian serba hitam mengetuk jendela Elio. Ketukan yang awalnya pelan berubah keras seiring Elio yang tak kunjung keluar.

"Keluar, Brengsek!" teriaknya marah ketika Elio masih diam di balik kemudi. "Kalau lo gak mau mati, keluar sekarang!" titahnya lagi setelah melihat salah satu bawahannya selesai menyiram bensin pada mobil Elio.

Elio's Obsession [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang