Layla duduk di sofa sambil menonton film kesukaannya, sesekali terkekeh kecil melihat tingkah kartun yang sedang ia tonton, karena lucu.
"Asyik banget." Ucap seseorang sambil duduk di samping layla.
Layla menoleh menatap kaget pria dihadapannya yang sedang tersenyum tipis menatapnya. "Kak jovi" kaget layla.
Jovi tersenyum tipis. "Sudah lama kita tidak mengobrol, tiba-tiba kamu menikah dengan abang saya saja. Padahal dulu kita merencanakan pernikahan" kata jovi.
Layla tersenyum hambar. "Kau yang meninggalkan aku, kak" ucap layla terkekeh hambar.
Jovi mengangguk pelan. "Ya memang aku yang meninggalkan kamu, tapi aku berjanji sama kamu setelah aku lulus jadi dokter aku akan kembali dan menikahi kamu. Dan sekarang aku kembali namun status kamu sekarang berbeda dengan yang dulu" jawab Jovi lirih.
Layla memejamkan matanya mengingat kenangannya bersama jovi. "Apapun alasannya perpisahan tetap menyakitkan" lirih layla.
Jovi mengangguk membenarkan perkataan layla. "Apakah kamu menyukai abangku?" tanya jovi pelan.
Layla berdiri dari duduknya menatap jovi. "Cinta atau tidak itu bukan urusan kakak" setelah mengatakan itu ia langsung masuk kamar meninggalkan jovi yang menatapnya sedih.
Layla masuk kamar merebahkan tubuhnya di kasur ia tidak mau masa lalunya bersama jovi teringat lagi, sangat menyakitkan baginya. Membuka laptopnya menonton drama Korea kesukaannya yang belum selesai ia tonton.
Cklek..
Layla menoleh ke pintu ternyata suaminya sudah pulang, mengabaikan suaminya yang tersenyum tipis menatapnya. "Sok ganteng" cicit layla kembali menonton drama Korea yang menarik baginya ketimbang melihat suaminya.
"Sayang, kamu lagi apa?" Tanya devan menghampiri istrinya.
Layla menutup laptopnya menatap devan kesal. "Nonton drkor, udah deh jangan banyak tanya aku enggak fokus" kesal layla.
Devan menaruh laptop layla di meja samping tempat tidur. Menatap sang istri yang kesal. "Marah mulu padahal saya baru tanya satu kali" ucap devan.
Layla beranjak dari tempat tidur, mengambilkan pakaian ganti devan. "Mending ganti baju tadi papah cari kamu" ucap layla malas.
Devan tersenyum tipis menarik layla sampai tepat di depannya. Membuat sang empu melotot kaget. "Kamu lagi pengen sesuatu sampai kesal kaya gini, hmm?" Tanya devan mengelus pipi layla lembut.
Layla tersenyum miring, mengangguk cepat sepertinya ia harus memanfaatkan suaminya ini. "Ya. Sebenernya aku pengen ganti ponsel baru" ucap layla berpura-pura sedih.
"Memangnya kenapa sama ponsel lama kamu, rusak?" Tanya devan.
Layla menggeleng. "Tidak. Aku pengen ganti aja dulu sebelum nikah aku dibelikan papah, tapi sekarang tidak lagi" sedih layla.
Devan mengangguk paham. "Yasudah nanti malam kita beli" putus devan.
Mata layla berbinar-binar. "Seriusan? Enggak bohong?" Tanya layla.
Devan mengangguk. "Ya. Asalkan kamu jangan marah-marah gini" kata devan mengelus ujung bibir layla.
Layla mengangguk cepat. "Ya. Aku tidak akan mar----"
Devan mencium bibir layla lembut membuat sang empu melotot kaget, dan berusaha melepaskan ciuman devan yang malah semakin devan menjadi-jadi, lama kelamaan layla menikmati ciuman devan membuat devan tersenyum tipis dibalik ciumannya.
Devan melepaskan ciumannya menatap layla yang sedang mengatur napasnya. "Maaf" kata devan mengusap ujung bibir layla. Belum sempat layla menyahut devan kembali mencium leher jenjang layla membuat sang empu kembali melotot devan menahan kepala layla agar diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
background biru
Fiksi RemajaLayla Yunita harus menikah dengan kakak pacarnya sendiri, atas paksaan kedua orangtuanya, pria yang tidak ia kenal. dan naasnya ia harus satu rumah dengan pacarnya, mantannya, dan suaminya sendiri. satu rumah tiga orang tiga rasa yang berbeda-beda. ...