Entah berapa kali MUA memperbaiki make-up kliennya kali ini, ini pertama kalinya dalam hidupnya mendapat klien yang terus menerus menangis sepanjang ia merias wajah pengantin.
sepertinya setelah pulang dari rumah kliennya ini ia harus bersujud pada tuhan telah memberikan tenaga, dan kesabaran yang sangat besar.Layla tidak peduli dirinya seperti apa, ia tidak ingin menikah dengan pria yang tidak ia kenal, ia mengenalnya tapi baru satu minggu itupun itupun pas lamarannya. sungguh nasibnya tidak beruntung seperti orang lain.
Layla terus menelpon pacarnya meminta tolong untuk membawanya pergi dari sini, sepertinya tuhan tidak berkehendak untuk ia kabur dari sini, layla yakin kalau pacarnya tidak akan menjawab telpon jika sedang kumpul dengan teman-temannya. beribu-ribu chat terus ia kirim berharap pacarnya membalas. matanya terus menatap layar ponsel yang menyala.
Senyumnya mengembang melihat chet WhatsApp ceklis dua biru, menandakan kalau si penerima Chet sudah membaca. senyuman semangat mengambang melihat balasan chet dari pacarnya. Mengetik.. itu yang layla inginkan. senyumnya pudar melihat balasan chet dari pacarnya.
Sayangku❤️
Aku tidak suka kamu bercanda seperti ini, sudah cukup kamu bikin aku kesal karena terus menganggu ku sedang nongkrong✓
Layla langsung menekan tombol telpon, ia akan bicara sungguh-sungguh ia tidak ingin menikah dengan siapapun kecuali pacarnya sendiri, ia semakin panik saat nomor telepon pacarnya tidak aktif. "Daniel, tolong jawab telpon aku" lirih layla panik.
Cklek....
Layla dan MUA yang sedang membereskan alat make-up menoleh kearah pintu yang dibuka. "Lita, raya, putri, didepan ada daniel?" Tanya layla menghampiri ketiga temannya.
Mereka menggeleng pelan sambil melahap kue yang mereka bawa dari dapur. "Enggak ada, tuh, emangnya dia tau kalau, lo, mau nikah?" Tanya raya.
Layla menggeleng ia duduk dipojok kamar, menatap lurus depan. "Enggak. gue enggak kebayang kalau daniel tau gue nikah mungkin dia minta purus dari gue, atau bahkan dia benci sama gue" lirih layla.
"Pasti" sahut lita dan putri.
Raya memukul pelan lengan kedua sahabatnya. "Mending kalian diam, habiskan tuh makanan, sahabatnya sendiri lagi sedih kalian malah makan terus" sewot raya. Diantara mereka bertiga. Lita, putri dan layla, raya, lah, yang paling dewasa dalam berpikir.
Mereka berdua mengangguk polos.
Raya memeluk layla yang kembali menangis, mengusap-usap punggung layla menenangkan sahabatnya. "Gue tau lo pasti hancur banget, tapi gue yakin sama lo, kalau lo pasti kuat dan bisa menghadapi ini semua, gue juga Percaya sama tante yuni, dan, om yudi, mereka lakuin ini demi kebaikan lo" kata raya.
Layla mendongak menatap raya. "Kebaikan dari mana?, ray, mereka egois mereka tidak mau mendengar penjelasan anaknya, gue udah bilang berjuta-juta kali kalau gue udah punya pacar, tapi mereka ngotot jodohkan gue sama pria yang tidak gue kenal" sewot layla.
Cklek....
Semua orang menoleh menatap perempuan yang tidak kalah cantik, berjalan mendekati layla. "Sebentar lagi akad dimulai, kamu tunggu disini" kata yuni---bunda layla.
Layla menepis tangan bundanya. "Layla mau kabur, layla tidak mau menikah" teriak layla.
Yuni memeluk layla erat. "Lay, bunda juga tidak mau kamu menikah karena perjodohan, tapi ini semua demi kebaikan kamu, diluar sana banyak perempuan yang salah pergaulan, bunda sama ayah tidak mau kamu terjerumus kejalan yang salah"

KAMU SEDANG MEMBACA
background biru
Novela JuvenilLayla Yunita harus menikah dengan kakak pacarnya sendiri, atas paksaan kedua orangtuanya, pria yang tidak ia kenal. dan naasnya ia harus satu rumah dengan pacarnya, mantannya, dan suaminya sendiri. satu rumah tiga orang tiga rasa yang berbeda-beda. ...