4. satu kampus

140 5 0
                                        

Layla dan devan duduk di ruang makan menatap semua orang yang menatapnya dengan tatapan curiga, tidak lupa senyum jahil mamah dan papah nya. sedangkan layla ia menatap daniel yang menatapnya tanpa ekspresi sama sekali.

Layla melirik jovi yang tersenyum tipis menatapnya, layla langsung mengalihkan tatapannya ke sembarang arah enggan menatap jovi. kalau boleh milih layla lebih memilih menatap seekor monyet.

"Ciyee, abis keramas, bentar lagi ada bayi nih" goda junita menatap devan yang menatap kedua orangtuanya dengan tatapan tidak paham.

"Maksudnya?" Tanya devan tidak paham.

"Enggak" jawab jeno tidak mau memperpanjang godaan istrinya, bisa-bisa menantunya malu.

"Oh, ya, hari ini hari pertama layla masuk kuliah di universitas xxx. selamat ya" kata junita tersenyum manis menatap menantunya.

Layla mengangguk tidak lupa senyum tipisnya. "Makasih, mah, layla senang banget bisa kuliah di sana, layla bisa dekat-dekat sam----"

"Maksudnya?" Potong devan.

Layla menoleh melirik daniel yang terkejut mendengar layla pindah kuliah di kampusnya, berarti ia satu kampus dengan layla. "M-maksudnya, layla bisa dekat-dekat sama teman-teman layla, lita, putri, dan raya" jawab layla.

"Kirain" cicit devan.

"Kamu boleh berangkat bareng daniel, saya tidak bisa mengatakan kamu ke kampus, ada meeting penting soalnya" kata devan.

Daniel dan layla menoleh kaget. tidak lama mereka mengangguk kecil, sepertinya mereka harus menyelesaikan masalah ini secepatnya. "Jurusan apa?" Tanya daniel melirik layla.

Layla tersenyum tipis, akhirnya daniel mau bicara dengannya. "Manajemen, pengennya sih jadi istri kamu" jawab layla, keceplosan.

Daniel menoleh menatap layla kaget, begitupun devan yang langsung menatap datar istrinya, layla baru menyadari perkataannya salah ia langsung menutup mulutnya, menoleh menatap devan.

"Ah, mak---"

"Ingin dia adik ipar kamu, jangan macam-macam" kata devan dingin.

Layla mengangguk. "Ya. aku cuma bercanda ko, lebay banget marah gitu" sinis layla.

"Siapa yang marah, saya biasa aja kalaupun itu terjadi yasudah, terserah kalian berdua" sinis devan.

Layla langsung menatap devan dengan wajah yang bahagia. "Serius?, Kalau gitu kita ce----"

"Kalau mau diantara kalian berdua mati" tegas devan.

Layla melotot ia memukul lengan suaminya. "Ah, becanda, kalau gitu aku berangkat dulu" pamit layla.

Devan mengangguk ia menarik layla yang hendak beranjak dari duduknya, mencium singkat bibir layla di depan keluarganya, daniel yang melihat itu marah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa ia keluar rumah tanpa pamit meninggalkan layla dan devan yang masih berciuman, lebih tepatnya devan yang memaksa.

Devan melepaskan ciumannya ia menatap layla yang menatapnya tajam. "Maaf, hati-hati. nanti pulangnya saya yang jemput" kata devan.

Layla mengusap kasar bibirnya. Ia langsung keluar menyusul daniel yang sudah masuk mobil. "Maaf, aku tidak tau kalau----"

"Wajar, dia suami kamu" potong daniel menyalakan mesin mobilnya. Menatap depan, enggan menatap layla yang menatapnya kesal.

Layla menatap lurus. "Turunkan gue disini" pinta layla enggan menatap daniel yang terkejut mendengar permintaan layla.

"Jangan gila. Ini di tengah-tengah jalan" kata daniel melirik tajam layla.

"BERHENTI ATAU GUE LONCAT" bentak layla kesal.

"Eh. Jangan. Oke" pasrah daniel memberhentikan lanjutnya. "Mau kemana?" Tanya daniel mencekal pergelangan tangan layla.

Layla menepis tangan daniel kasar. "Enggak usah pedulikan gue" kata layla dingin dan tajam.

Daniel mengunci mobilnya mencekal lengan layla, menarik layla kedekapan nya. "Gue tau lo marah dama gue, begitupun gue, lay, gue marah, kecewa, kesal benci, tapi rasa cinta gue lebih besar daripada itu, gue juga akui kalau gue salah besar karena tidak percaya perkataan lo di chet waktu itu. tapi gue mohon sama lo, jangan tinggalkan gue" lirih daniel.

layla melepaskan pelukannya menatap daniel. "Terlambat. gue udah nikah sama abang, lo, hubungan kita udah hancur"

Daniel menyekat air mata layla. "Kalau gitu kita jalani hubungan ini secara diam-diam, tanpa sepengetahuan siapapun"

Layla melotot syok. "Jangan gila!, Ini ti---"

"Kamu sendiri yang bilang waktu itu. Kita cari cara keluar dari masalah ini" potong daniel.

"Tap----"

Daniel mencium singkat bibir layla. "Aku tidak peduli dia abang ku, atau bukan, dia tetap musuhku karena dia sudah mengambil hak ku"setelah mengatakan itu ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. "Kita masih bisa berhubungan kalau tidak ada yang tau, jangan sampai ada yang tau" lanjutnya setelah beberapa menit diam.

Sesampainya di kampus daniel langsung memarkirkan mobilnya di parkiran tempat ia sering parkir. "Jangan genit, ingat lo udah punya pacar" bisik daniel.

Layla mendengus kesal. "Enggak ada sweet-sweet nya" kesal layla.

Daniel tidak menjawab ia turun dan membukakan pintu mobil untuk pacarnya, sekaligus kakak iparnya.
"Enggak bisa romantis" kata daniel.

Layla merangkul lengan daniel. "Menyebalkan sekali" kesal layla.

Daniel terkekeh kecil ia berjalan menghampiri sahabatnya yang sedang nongkrong. "Gue mau pamer pacar gue" kata daniel.

"Layla, lo kuliah di sini?" Tanya zaki dan kedua sahabatnya.

"Yeps, gue bakal tiap haru berduaan sama daniel, kalian jangan iri" kata layla sambil mengibaskan rambutnya.

"Ge'er" ucap zaki, robi dan iwan.

Mereka memang sudah tau hubungan daniel dan layla. Karena daniel sering mengajak layla nongkrong bersama ketiga sahabatnya yang tidak ada otak dan urat malu.

"Daniel sayang" teriak seorang perempuan menghampiri daniel.

Sontak layla dan daniel menoleh menatap perempuan berpakaian seksi, dan makeup tebal. layla menatap daniel. "Maksudnya apa?, Kamu selingkuh dari aku?" Tanya layla melepaskan pelukannya.

Daniel menggeleng cepat. "Enggak. dia emang suka panggil aku sebutkan dayang, tapi kita tidak pacaran" jawab daniel cepat.

Layla menatap tajam perempuan itu. "Apa panggil pacar gue, sayang, HAH?" Marah layla.

"Dihh. Nyolot, lo anak baru di kampus ini?" Tanya

"Kalau, ya, kenapa emangnya?" Tanya balik layla.

"Diih. Songhong banget jadi cewek" kesal perempuan itu.

"Udah jangan bertengkar, sayang kita masuk aja, yuk, aku tunjukkin kelas kamu" ajak daniel malas bertengkar.

Layla tersenyum manis ia mengikuti daniel. "Genit banget tuh cewek, kamu enggak risi emangnya? Atau kamu senang di genitin gitu?" Curiga layla.

Daniel menyentil kening layla pelan. "Sembarang kalau bicara, aku jelas enggak suka, lah, tapi kalau kamu yang genit aku suka banget. Haha" tawa daniel.

Layla mencium pipi daniel di depan banyak orang. "Sekali-kali kamu yang genit, biar aku senang" pinta layla.

Daniel geleng-geleng kepala, ia masuk kelas manajemen. setelah itu ia langsung kembali menghampiri teman-temannya yang sudah masuk kelas lebih dulu. daniel senyum-senyum tidak jelas akhirnya ia bisa satu kampus dengan pacarnya, sekaligus kakak iparnya.

****

background biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang