Satu Minggu sudah layla di rumah kedua orangtuanya ia tidak mau pulang ke rumah suaminya, entah kenapa ia tidak sanggup jika harus melihat daniel kembali. Karena setiap hari daniel ke rumah devan untuk mengantarkan berkas yang di tanda tangani orang tua mereka berdua.
Layla juga mengambil curi kuliah yang tidak tahu kapan ia kembali kuliah rasanya malas jika harus kuliah lagi dan bertemu daniel, rasa sakitnya masih ada di hatinya. Bayangkan saja daniel memposting foto dan video bersama Perempuan lain di pantai tempat mereka berdua bertemu.
Devan setiap hari mengajak istrinya pulang karena ia tidak bisa jika harus bolak-balik dari kantor ke rumah mertuanya, cukup memakan waktu lama. Namu ajakan nya selalu di tolak dengan beribu alasan.
Devan mengajak kedua orangtuanya untuk membujuk layla untuk pulang, kedua adiknya juga ikut entah kenapa mereka ingin ikut. Tanpa curiga devan setuju-setuju saja semoga kedua adiknya bisa membujuk istrinya pulang ke rumah.
"Layla suami sama mertua kamu nih" teriak yuni.
Layla langsung turun Menatap mereka kaget. "Mah, pah, kalian kenapa enggak bilang kalau mau kesini?" Tanya layla tanpa menatap daniel dan jovi yang terus menatapnya.
"Enggak papa pengen main sekalian mau ajak kamu pulang" jawab Junita.
Layla tersenyum tipis menoleh menatap suaminya. "Ngapain sih cepu ke mamah sama papah, aku udah bilang kalau aku mau nginep di sini cukup lama" kesal layla.
Devan merangkul pundak layla. "Supaya kamu mau pulang, saya kangen tau tidur berdua sama kamu rasanya hampa banget tidur enggak peluk kamu, biasanya saya peluk, cium kamu dulu baru tidur lah satu minggu ini saya tidur sendiri" ungkap devan tanpa rasa malu.
Layla melotot sempurna ia mencubit pinggang devan. "Asal bicara aja, enggak malu apa di dengar banyak orang" kesal layla sekaligus malu.
"Buatkan minum dulu meetua kamu" ucap yudi.
Layla mengangguk ia langsung beranjak dari duduknya berjalan menuju dapur, tanpa melirik jovi dan daniel.
Daniel pamit ke kamar mandi ia langsung menghampiri layla yang sedang membuat jus. "Kenapa lo enggak masuk kuliah?" Tanya daniel menatap layla.
Layla terlonjat kaget ia melirik daniel. "Bukan urusan lo hue kuliah atau enggak" jawan layla dingin.
Daniel melotot sempurna mendengar ucapan layla yang tidak seperti biasanya m "sejak kapan lo sebut gue lo?" Tanya daniel Manarik tangan layla agar menghadapnya. "Lo marah sama gue? Seharusnya gue yang marah sama lo" ucap daniel kesal.
Layla menepis tangan daniel. "Gue males ribut lo jangan urusin hidup gue lagi" ucap layla dengan wajah dinginnya.
Daniel semakin lekat menatap layla. "Enggak. Lo masih pacar gue jadi gue berhak urusin hidup lo" ucap daniel.
"Kita put------"
Belum sempat layla melanjutkan ucapannya sudah dipotong lebih dulu daniel yang langsung mencium bibirnya lembut, daniel mengelus punggung layla lembut membuat sang empu yang awalnya berontak jadi diam dan mengalungkan tangannya di leher daniel.
Daniel melepaskan ciumannya menatap layla. "Nanti kebablasan" ucap daniel mengusap bibir layla membalikkan tubuhnya sebelum melangkah ia menyempatkan memajukan wajahnya. "Manis, bibir lo manis" bisik daniel langsung keluar dapur sambil senyum-senyum sendiri.
Layla senyum-senyum sendiri ia menggeleng cepat mengusir pikiran yang tidak-tidak, berjalan sambil membawa nampan yang isinya minuman dan beberapa cemilan..
"Silahkan di makan, mah, pah" ucap layla tersenyum tipis.
"Ko saya enggak di tawarin sih?" Tanya devan cemberut.
Layla melirik sinis devan. "Bikin sendiri manja banget" sinis layla.
"Lho ko gi-----"
"Ini minuman khusus untuk kakak" kesal layla menyodorkan jus kesukaan devan.
Devan tersenyum tipis ia mengambil minuman itu. "Terimakasih sayangku" ucap devan mencium singkat bibir layla membuat sang empu melotot sempurna. Sama halnya dengan jovi dan daniel yang sama-sama mendengus kesal mereka tidak ikhlas melihat layla di cium pria lain.
***
Layla akhirnya pulang ia duduk manis di sofa kamarnya sambil main laptop ponselnya mati walhasil ia jadi kesusahan berkomunikasi dengan teman-temannya.
"Sayang enggak mandi?" Tanya devan keluar kamar mandi yang hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya.
Layla melotot sempurna Melihat tubuh devan yang sempurna di matanya, walaupun sudah melihat berkali-kali tapi rasanya beda kali ini air bekas mandi bercucur di tubuhnya sampai perut.
Devan tersenyum miring melihat reaksi layla menarik pelan tangan layla menaruhnya di perut sixpack miliknya. "Bilang aja kalau mau pegang ini semua punya kamu" bisik devan tersenyum miring.
Layla menarik tangannya. "Apaan sih, sana pakai baju" usir layla panik takut dirinya khilaf.
Devan terkekeh kecil ia malah mendorong tubuh layla sampai tiduran di sofa. "Yakin suruh saya pakai baju? Kamu tidak mau----"
"Enggak. Aku mau mandi dulu" potong layla berusaha menahan tubuh devan.
Devan menggeleng pelan. "Sebentar saja, ya?" izin devan dengan tatapan memohon.
Layla menggeleng cepat. "E-enggak aku enggak mau" tolak layla berusaha mendorong tubuh besar devan.
Devan melepaskan lilitan handuknya membuat layla melotot dan langsung menutup matanya. "Sebentar aja saya mohon" devan mencium leher layla lembut.
Di depan pintu jovi bingung kemana abangnya padahal ia sudah menunggu dari tadi. "Bang devan" teriak jovi kesal ia naik kelantai dua menatap pintu kamar devan yang tidak tertutup rapat. "Masuk aja deh siapa tau ada di dalam" gumam jovi.
Cklek.
"Bang dev......ASTAGA!" kaget jovi melihat abangnya yang sedang bermesraan dengan layla.
Reflek layla dan devan menoleh kearah pintu menatap jovi kaget, devan langsung mengambil handuknya yang jatuh melilitnya asal. "Apa? Kenapa lo ada di sini?" Tanya devan menatap datar adiknya.
Layla mengancing bajunya asal menatap dingin dan malu kearah jovi. "Aku mandi dulu" ucap layla langsung masuk kamar mandi Meninggalkan suami dan adik iparnya.
"Enggak sopan banget masuk kamar orang enggak ketuk pintu" ucap devan menatap tajam adiknya.
jovi mendengus kasar. "Suruh siapa dipanggil enggak nyahut, gue lihat pintu kamar enggak dikunci jadi gue masuk aja" ucap jovi tidak mau disalahkan.
"Mau apa kesini?" Tanya devan malas berdebat.
"Suruh nginep katanya mamah kangen layla, mau BBQ juga" jawab jovi hilang sudah semangatnya.
"Kenapa enggak telpon aja sih ribet banget" kesal devan.
"Nomor lo enggak aktif, nomor istri lo juga enggak aktif telpon rumah enggak ada yang jawab" jelas jovi malas.
Devan mengangguk ia mendorong pelan jovi keluar kamar. "Sana pulang gue mau lanjut berduaan sama istri gue" usir devan langsung menutup pintu keras.
"SOMBONG BANGET LO" teriak jovi kesal. Ia langsung turun kelantai bawah napasnya memburu melihat layla sedang mesraaan. "Pokonya gue mau layla titik." Gumam jovi.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
background biru
Roman pour AdolescentsLayla Yunita harus menikah dengan kakak pacarnya sendiri, atas paksaan kedua orangtuanya, pria yang tidak ia kenal. dan naasnya ia harus satu rumah dengan pacarnya, mantannya, dan suaminya sendiri. satu rumah tiga orang tiga rasa yang berbeda-beda. ...