20. Melahirkan

144 4 2
                                        

Layla terbangun dari pingsannya menatap kedua orangtuanya dan mertua termasuk devan yang menatapnya dingin, menoleh menatap jovi yang sedang berbincang dengan dokter.

"M-mana daniel? Bagaimana keadaan dia?" Tanya layla.

Devan yang mendengar itu tersenyum miris. "Pertanyaan pertama yang kamu tanyakan soal keadaan dylan?, kamu gila!" Marah devan.

Layla menatap devan. "AKU MEMANG GILA! AKU BENAR-BENAR GILA KALAU SAMPAI AKU KEHILANGAN DANIEL"

PLAK.

Tamparan keras dari yadi mendarat sempurna di pipi layla anak kandungnya sendiri. "BIKIN MALU KELUARGA SAJA, KAU BENAR-BENAR JALANG KENAPA KAMU MELAKUKAN ITU LAYLA? PAPAH SAMA TIDAK PERNAH MENGAJARI KAMU SEPERTI ITU" Bentak yadi.

Layla memegang pipinya. "Ayah tampar layla?" Tanya layla tidak menyangka.

"Layla anak bunda kenapa kamu melakukan itu? Bunda kecewa sama kamu nak" lirih yuni.

Layla menatap kedua orangtuanya. "Bun, yah. Layla khilaf lay-----"

"GARA-GARA KAMU ANAK BUNGSU SAYA MENINGGAL, DANIEL MENINGGAL DUNIA" Teriak junita air matanya mengalir deras.

DEG

Layla menoleh menatap mertuanya. "A-apa maksud mamah?" Tanya layla.

"DANIEL MENINGGAL DUNIA DIA TIDAK BISA DISELAMATKAN DIA MENINGGALKAN KITA SEMUA" Jawab Junita menjambak rambut layla.

Jovi melotot sempurna ia berusaha melepaskan jambakan mamahnya. "Mamah lepas jangan sakiti layla mah" ucap jovi.

"LEPAS JOVI, ADIK KAMU MENINGGAL GARA-GARA DIA. HIKS DANIEL MENINGGAL DUNIA" isak Junita.

Jeno menatap layla yang terlihat diam mematung namun air matanya mengalir deras. "Lihat apa yang kalian perbuat, daniel benar-benar ninggalin kita semua." Ucap jeno.

Layla menatap devan yang hanya diam. "INI SEMUA GARA-GARA KAMU HARUSNYA KAMU TIDAK TUSUK DANIEL HIKS, AKU TIDAK MAU KEHILANGAN DANIEL" teriak layla.

"Salah saya? Dia yang salah Teleh berselingkuh dengan kakak iparnya sendiri."

"Aku membencimu devan selamanya" ucap layla.

***

9 bulan kemudian

Perut layla sudah memasuki sembilan bulan yang berarti sebentar lagi akan melahirkan, selama sembilan bulan layla tidak pernah melihat daniel. Entah apa yang keluarganya dan mertuanya sembunyikan darinya tentang daniel.

Sembilan bulan juga layla hanya diam menunggu bayinya keluar, setiap harinya ia bengong berharap daniel hanya pergi sebentar bukan selama-lamanya.

Devan, pria itu bersikap dingin dan acuh. Ia tidak peduli tentang layla tapi jika bersangkutan dengan kandungan layla devan bersikap baik.

"Saya berangkat kerja dulu jika butuh sesuatu panggil pelayan" ucap devan melirik layla.

"Tidak usah pedulikan saya" ucap layla.

"Saya tidak peduli dengan kamu, saya hanya peduli dengan kandungan kamu siapa tau anak itu anak saya" ucap devan.

Layla tidak menjawab wanita itu terus menatap luar jendela kamar, berharap daniel datang dan menjemputnya pergi.

Devan langsung keluar kamar entah kenapa perasaanya tidak enak tentang layla, ada sesuatu yang ia khawatirkan.

Layla memang perutnya yang terasa mulas, ia berjalan ke kamar mandi memegang perutnya yang semakin mulas tidak pernah ia rasakan sebelumnya mulas seperti ini. "S-sakit banget" lirih layla.

background biru Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang