Chapter 1: Si Pengelana dan Temannya?

44 5 2
                                    

*drip* *drip* *drip* *zras*

Aku membuka mata dari tidurku di tengah rintik hujan yang semakin lebat, dengan melihat sekeliling, terasa hawa dingin dan kesendirian menyelimutiku. Masih sendiri seperti biasa pikirku. Tidurku selalu saja tidak lelap, teringat akan kejadian 10 tahun lalu, dimana aku terlempar ke dunia ini, dunia yang ku tahu pun telah hancur, sekarang aku berada di tempat bernama Donya. Bagaimana aku bisa berada disini? Akupun tak tahu... lebih tepatnya aku tidak memiliki ingatan mengenai itu, yang kutahu bahwa Donya bukanlah rumahku. Dan satu-satunya petunjuk adalah penglihatanku, mata kananku terkadang berubah warna ketika mengingat dunia yang kutahu sudah hancur. Aku mulai bersiap kembali dengan jubah dan pedangku.

"Azzo, sudah bangun? Ayo kita lanjutkan perjalanan kita ke Sonnenstadt." kata seseorang yang telah berdiri di belakangku.

"El? Ayo kita pergi." Saat ini aku bersama dengan Ellard yang sudah kuanggap kawanku, sahabatku... dan bahkan seperti keluargaku di Donya, atau begitulah pikirku, namun entahlah aku hanya mencoba mempercayainya... jika dia tidak bisa dipercaya mungkin aku sudah mati dibunuh saat aku masih tidur. Setidaknya begitu yang aku percaya bahwa dia adalah orang baik.

"Kau masih saja belum tumbuh ya masih saja kecil seperti 10 tahun lalu!" kata Ellard

"Mau gimana lagi kan? Aku juga tidak tau apa yang terjadi tapi tubuhku masih saja sama seperti 10 tahun lalu, dan aku tidak kecil enak saja!" aku menyautnya dengan sedikit kesal. Aku bertemu Ellard ketika pertama kali sadar ada di Donya ini, ia menemukanku tergeletak di tengah hutan ketika sedang dalam perjalanan berkelana. Anehnya dulu dia seumuranku sekitar 13 tahun mungkin? Atau setidaknya segitulah umurku saat itu. Namun saat ini dia sudah dewasa dan aku masih saja terlihat menyedihkan seperti ini...

"ssst.. fokus Azzo, ada sesuatu di dekat sini" tiba-tiba suasana membuat kita menjadi waspada. Ellard yang waspada mulai bersiap dengan pedangnya Ellard waspada di dekat pintu masuk goa tempat kami beristirahat.

"ya, aku tau, Jangan keluarkan pedangmu dulu, nanti dia sadar akan keberadaan kita." Tanpa diduga kami mendapati ada sesosok ruin sentinel di sekitar kami. Dengan tingkatan kultivasi energi fisik maupun sihir kami saat ini, kami sadar bahwa bertarung melawannya bukanlah sebuah pilihan yang tepat. Di Donya, makhluk bernama ruin sentinel ini sering berkeliaran dimanapun, kabarnya mereka adalah sisa-sisa dari peradaban terdahulu Sarandjana yang telah diperintahkan untuk meninggalkan negeri tersebut karena ada suatu kejadian tidak terduga, beredar rumor bahwa kejadian tersebut terjadi sekitar 10 tahun lalu. Belakangan ini aku mulai sadar kemungkinan kejadian tersebut berkaitan dengan kedatanganku ke Donya. Meskipun aku tidak memiliki petunjuk mengenai itu namun, waktunya terasa janggal.

"hei el, apakah mungkin di sekitar sini ada itu?"

"itu? Maksudmu daratan langit?" balas Ellard "meskipun ada ruin sentinel di sekitar kita, diriku ini tidak melihat apapun di atas sejauh mata memandang. Biasanya kita bisa melihatnya dengan mudah".

Daratan langit adalah salah satu misteri terbesar di Donya, tidak ada seorang pun yang mengetahui apa yang ada di atasnya karena tidak ada seorangpun tau cara untuk naik kesana. Rumor mengatakan bahwa daratan langit tersebut sebelumnya merupakan daratan biasa yang menyatu dengan daratan disekitarnya. Dikatakan bahwa terangkat dan terpisahnya daratan tersebut dari daratan bawah adalah karena terdapat seorang dewa yang mengendalikannya. Selama sepuluh tahun ini, informasi mengenai Donya sangatlah minim, yang pasti adalah disini terdapat Delapan Heavenly God yang menguasai seluruh dunia.

Sebentar saja aku termenung berpikir, ruin sentinel sudah menemukan kami yang tiba-tiba berada tepat di atas Ellard dan melompat ke arah depan gua, yang akhirnya menutupi jalan masuk gua ini. "El lihat atasmu!" aku langsung bergegas memberi serangan ke arah ruin sentinel dengan pedangku karena Ellard yang telat merespon datangnya ruin sentinel tersebut. Ellard yang terkejut langsung mundur ke belakangku. "wow, Nice cover bro!" sahut Ellard.

Aku menahan ruin sentinel tersebut dengan teknik berpedangku, lalu kulancarkan serangan dengan Teknik Pedang Hampa milikku, dengan beberapa kali tebasan ruin sentinel tersebut akhirnya tumbang. Jika bukan karena Teknik Pedang Hampa yang kutemukan dari Kitab Pedang Hampa selama perjalanan, mungkin aku tidak akan bisa mengalahkan Ruin sentinel dengan cukup mudah.

Aku mendekat dan mengamati tubuh dari ruin sentinel itu. Jika dilihat lebih dekat tubuh ruin sentinel merupakan penggabungan antara tubuh organisme seperti manusia dengan mesin, namun lebih dominan kearah mesinnya. Setelah aku melihatnya dari dekat, aku berpikir jika mereka adalah setengah manusia kenapa mereka menyerang kami yang manusia juga? Aku menyimpan pemikiranku mengenai itu, karena selama sepuluh tahun aku di Donya, aku sama sekali tidak menemukan jawabannya.

Setelah itu, aku langsung mengamati ulang daerah sekitar dan menghampiri Ellard untuk protes "El kenapa tidak membantuku tadi hah?!"

"tenang Azzo, tadi sudah kubantu kok dengan sihir penguatan, jika tadi aku tidak membantumu pasti ruin sentinel itu akan lama tumbangnya dan ga mungkin dengan beberapa tebasanmu yang seperti itu dia langsung tumbang." Balas Ellard membela diri dengan tenangnya.

"ya memang sih sedikit berasa... tapi ah sudahlah lupakan... lain kali aktifkan terus sihir pendeteksimu jangan sampai lengah. Hmph !" Jawabku dengan nada kesal karena moodku masih saja jelek sehabis bangun tidur yang langsung bertarung melawan ruin sentinel pula. Kami pun keluar dari gua peristirahatan untuk melanjutkan perjalanan.

"hei lihat ini Azzo berdasarkan peta yang kubawa, kota Sonnenstadt seharusnya ada dibalik bukit itu" kata Ellard. Kami pun memanjat bukit ini dan akhirnya terlihat kota Sonnenstadt yang terlihat sangat luar biasa terang dari kejauhan meskipun sedang hujan lumayan lebat.

Ketika pertama kali diriku melihat kota Sonnenstadt dari atas bukit, aku langsung terkagum serta teringat akan duniaku, dunia lamaku. Kota modern pertama yang kutemui di Donya.


...... Bersambung ......


TerbangunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang